Rhinitis Alergi pada Balita Bisa Jadi Penyebab Masalah Perilaku?
Rhinitis alergi pada balita dan masalah perilaku mungkin tampak tidak berhubungan, tapi berbagai studi ilmiah justru menunjukkan yang sebaliknya lho, Moms.
Moms harus tahu, kalau menurut ensiklopedia kesehatan University of Rochester Medical Center, rhinitis alergi dipicu oleh alergen yang ada di udara, seperti asap rokok, bulu hewan peliharaan, serbuk sari, debu, lumur, spora jamur, atau kotoran kecoa.
Rhinitis alergi pada balita memicu gejala seperti bersin-bersin, hidung gatal dan ingusan, mata gatal dan berair, batuk kering atau berdehem untuk melegakan tenggorokan, atau suara “klik” berulang dari lidah yang menggaruk langit-langit mulut.
Nah, berbagai studi ilmiah terkini menunjukkan kalau masalah perilaku balita ternyata bisa disebabkan oleh rhinitis alergi.
Silakan simak penjelasan berikut untuk tahu lebih banyak ya, Moms.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Rhinitis Kehamilan yang Jadi Penyebab Hidung Tersumbat saat Hamil
Gejala Rhinitis Alergi Membuat Balita Susah Tidur
Foto: babycenter.com
Rasa gatal dan hidung tersumbat akibat rhinitis alergi seringkali membuat balita susah tidur dan sering terbangun di malam hari, sehingga tubuhnya jadi terasa sangat lelah.
Tidur tidak berkualitas membuat balita lebih ceroboh, rewel, gampang mengantuk, sulit fokus dan konsentrasi, rentang perhatian pendek, overaktif, dan sulit bersosialisasi secara positif.
Bila dilihat sekilas, efek akibat tidur tidak berkualitas tadi memang bisa saja disalahartikan sebagai masalah perilaku balita.
Baca Juga: Kenali Berbagai Gejala dan Cara Mengatasi Alergi Dingin!
Balita Penderita Rhinitis Alergi Cenderung Mengalami Internalizing Disorder
Foto: sleepingshouldbeeasy.com
Dalam sebuah studi yang dilansir oleh National Institutes of Health, ditemukan fakta kalau balita berusia 3-4 tahun yang mengalami rhinitis alergi dan tidak segera ditangani, lebih cenderung mengalami internalizing disorder di usia 7 tahun.
Internalizing disorder adalah jenis gangguan emosional dan perilaku dimana penderitanya cenderung memendam masalah sendiri, dan paling sering diasosiasikan dengan depresi dan kecemasan.
Selain sebagai mekanisme pertahanan diri karena balita seringkali kesulitan mengungkapkan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh tubuhnya, internalizing disorder diduga terjadi karena rhinitis alergi membuat tubuh Si Kecil stress sehingga produksi serotonin terhambat dan produksi kortisol meningkat.
Nah, rasa tidak nyaman, susah tidur, dan perubahan hormon akibat rhinitis alergi juga membuat mood balita terganggu, sehingga sering rewel, sulit diatur, atau mencari perhatian secara negatif.
Baca Juga: 8 Penyebab Tubuh Berkeringat Saat Malam Hari, Salah Satunya Gangguan Hormon!
Rhinitis Alergi Bisa Mempengaruhi Perilaku Balita
Foto: momsanity.com
Jadi bisa disimpulkan kalau rhinitis alergi pada balita yang tidak segera ditangani memang secara tidak langsung bisa menyebabkan masalah perilaku ya, Moms.
Berita baiknya, mengenali dan mengendalikan gejala rhinitis alergi pada balita secara dini cukup ampuh untuk mencegah terjadinya berbagai masalah di atas.
Beberapa hal yang bisa Moms lakukan diantaranya adalah memastikan lingkungan bebas dari alergen, menutup jendela dan tidak keluar rumah saat angin sedang besar dan serbuk sari bertebaran, atau rutin membersihkan serta mengganti sprei dan sarung bantal.
Untuk memperkecil peluang rhinitis alergi pada balita menyebabkan masalah perilaku, jangan segan berkonsultasi dengan dokter anak kalau Moms merasa ragu atau khawatir dengan kondisi Si Kecil.
Menurut Moms, apa lagi yang bisa dilakukan untuk mengendalikan gejala rhinitis alergi pada balita?
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.