Risiko Sleep Apnea pada Perempuan Paruh Baya, Yuk Cari Tahu!
Sleep apnea merupakan salah satu jenis gangguan tidur. Gejalanya adalah napas berhenti ketika tidur.
Menurut penelitian yang diterbitkan di Jurnal Menopause, hot flashes atau berkeringat pada malam hari yang dialami perempuan usia paruh baya pada saat jelang menopause dan menopause memiliki keterkaitan dengan peningkatan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA).
Risiko Sleep Apnea pada Perempuan Paruh Baya
Penelitian terbaru The European Respiratory Journal menemukan bahwa sebanyak 50 persen perempuan dari sampel 400 perempuan berusia 20-70 tahun mengalami sleep apnea.
Sleep apnea parah dialami oleh sebanyak 14 persen perempuan berusia 55-70 tahun dan 30 persen perempuan berusia 55-70 tahun dengan BMI (body mass index) 30 atau lebih.
Dari situ, diketahui bahwa risiko sleep apnea pada perempuan paruh baya memang telah terbukti. Yuk Moms, simak ulasannya di bawah ini.
Baca Juga: Obstructive Sleep Apnea, Gangguan yang Menyebabkan Berhentinya Pernapasan Saat Tidur
Peningkatan Risiko OSA Sedang hingga Tinggi
Foto: thesleepdoctor.com
Penelitian berdasar data informasi kesehatan perempuan mengenai Penuaan, Menopause, dan Seksualitas di Women’s Health Clinic, Mayo Clinic pada rentang waktu Mei 2015 dan Desember 2016 menyimpulkan bahwa hot flashes atau keringat malam meningkatkan risiko OSA dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi.
Sementara mereka yang memiliki tekanan darah tinggi dan obesitas memiliki risiko yang sangat tinggi, risiko tersebut juga terlihat bahkan pada perempuan dengan indeks massa tubuh yang sehat.
"Risiko sleep apnea pada perempuan paruh baya setelah menopause meningkat. Gejala-gejala yang dialami di antaranya, sakit kepala, susah tidur, cemas, dan depresi. Selain itu, gejala mendengkur dan kelelahan,” ujar Stephanie S. Faubion, M.D., dokter yang praktik di Mayo Clinic.
Dua Tahun Belum Terdiagnosa Risiko Tinggi
Foto: abcnews.go.com
Dua tahun setelah konsultasi klinis, sebanyak 65 persen perempuan yang mengalami hot flashes atau keluar keringat pada malam hari menunjukkan OSA. Namun, belum terdiagnosis berisiko tinggi.
"Hot flashes seringkali diabaikan sebagai risiko penyakit yang lebih serius. Penggunaan skrining dapat membantu menentukan gejala apa yang dihadapi perempuan, mendeteksi, dan lebih cepat mengintervensi masalah kesehatan yang serius, seperti apnea tidur obstruktif," kata Dr. Faubion.
Baca Juga: Mengenal Sleep Apnea yang Bisa Sebabkan Kematian
Meningkat 4 Persen per Tahun sejak Perimenopause
Foto: apneesante.com
Sumber lainnya, menurut Michael J. Breus, PhD, DABSM dari thesleepdoctor, ketika menopause risiko seorang perempuan mengalami sleep apnea meningkat secara drastis.
Sebelum usia 50 tahun, OSA terjadi pada pria sekitar 2 hingga 3 kali lebih sering daripada perempuan. Seiring bertambahnya usia perempuan, kesenjangan tersebut berkurang.
Hal tersebut dikarenakan hormon estrogen dan progesteron tampaknya memiliki efek perlindungan terhadap kualitas dan sistem pernapasan perempuan selama tidur.
Ketika hormon-hormon tersebut menurun saat menopause, risiko gangguan pernapasan saat tidur termasuk OSA meningkat. Studi pada 2017 tersebut menemukan bahwa pengurangan estrogen yang berhubungan dengan menopause terkait dengan peningkatan risiko OSA pada wanita.
Penelitian terbaru lainnya menunjukkan bahwa sejak perimenopause dan seterusnya, risiko sleep apnea pada perempuan paruh baya meningkat sebesar 4 persen setiap tahun.
Baca Juga: Rekomendasi Pilihan Makanan untuk Balita dengan Sleep Apnea
Meski risiko sleep apnea pada perempuan paruh baya yang disebabkan menopause tidak dapat dihindari, Moms dapat meringankan gejala sleep apnea dengan Continuous Positive Airway Pressure Therapy (CPAP) atau terapi saluran nafas.
Tujuannya untuk menurunkan risiko masalah kesehatan serius lainnya. Semoga bermanfaat.
(SWN)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.