Sabar, Nak! Tak Semua Permintaan Si Kecil Harus Dikabulkan
Tidak semua keinginan anak harus dipenuhi saat itu juga. Kadang, anak harus belajar bersabar untuk mendapatkan keinginannya. Inilah salah satu hal yang harus dipelajari anak agar ia tumbuh menjadi anak yang cerdas secara emosional.
Memang, sih, kadang ada rasa tak tega terselip ketika mendengar anak merengek atau menangis ketika keinginannya tidak dituruti. Tapi, atas nama kasih sayang, Mama harus tega untuk mengatakan “tidak” atau “jangan” kepada anak.
Tentu saja hal ini dilakukan bukannya tanpa alasan. Terbiasa menuruti semua permintaan anak, bisa menyebabkan ia tumbuh menjadi pribadi yang manja dan keras kepala.
Sebagian anak, akibat pemanjaan yang berlebihan, akhirnya tumbuh menjadi anak dengan daya juang yang rendah, dengan daya tahan terhadap stres yang rendah pula.
Akibatnya, ia menjadi mudah tertekan saat keinginannya tidak tercapai, merasa orang tuanya tidak lagi peduli dan menyayanginya seperti dulu (ketika keinginannya dituruti).
Inilah beberapa hal yang bisa Mama ajarkan pada anak agar ia terbiasa bersabar pada keinginannya,
Anak Harus Belajar Membedakan Antara Keinginan dan Kebutuhan
Ini hal yang sulit buat anak, terutama balita. Kadang, hanya dengan melihat iklan di televisi, atau pengaruh teman, anak bisa meminta sesuatu yang nampak menarik baginya.
Permintaannya itu bisa saja sekadar aksi reaktif yang bersifat sesaat, dan akan ia lupakan dalam satu atau dua jam ke depan. Tapi, bagaimana kalau permintaannya dibarengi dengan aksi tantrum yang meraung-raung?
Baca juga: 4 Cara Mengatasi Anak Tantrum di Depan Umum
Nah, untuk mencegah hal seperti itu terjadi, antisipasilah dengan memberinya pembelajaran tentang perbedaan antara keinginan dan kebutuhan.
Bingung cara menjelaskannya? Mama bisa menjelaskannya seperti ini, “Kamu ingin boneka? Lalu, bagaimana dengan boneka yang baru dibeli waktu kamu ulang tahun? Apakah tidak lebih baik kalau uangnya dibelikan baju saja?”
Anak Harus Tahu Alasan Mengapa Keinginannya Tidak Bisa Didapat Saat Itu
Yang paling penting, anak harus tahu bahwa Mama menolak atau menunda keinginannya bukan karena tak sayang padanya. Justru sikap Mama ini didasari oleh perasaan sayang dan bertanggung jawab terhadapnya.
Mama bisa mengatakan ini pada anak, “Tugas kamu adalah menjaga barang-barang milikmu sendiri, termasuk mainan dan boneka-boneka. Kalau kamu memiliki terlalu banyak mainan, kamu bisa bingung menjaga dan merawatnya. Bisa-bisa nanti ada yang hilang atau rusak karena tidak terawat. Sayang, kan? Kalau ada mainan yang hilang, kamu pasti sedih, kan?”
Dengan cara ini, Mama juga sekaligus mengajarkan anak tanggung jawab.
Anak Harus Tahu Soal Prioritas
Berkata “tidak” pada permintaan anak, bukan berarti Mama tak boleh mengatakan “iya” dalam satu periode tertentu, misalnya satu bulan sekali, setiap habis pembagian rapor, atau setelah ia mengerjakan suatu tugas atau kebaikan tertentu.
Meski begitu, tetap harus ada aturannya ketika Mama memutuskan untuk memenuhi keinginan anak. Coba ajarkan anak untuk membuat skala prioritas keinginan.
Anak harus bisa menyebutkan apa saja keinginannya, kemudian minta ia mengurutkannya mulai dari yang paling diinginkan sampai yang paling tidak diinginkan. Dari daftar itu, Mama kemudian bisa berkompromi dengan si kecil mengenai keinginan mana yang bisa ia dapatkan dalam waktu dekat ini.
VAN
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.