Salah Kaprah, Ini 5 Mitos Tentang HIV yang Masih Sering Dipercaya
Ketika mendengar nama HIV, pastinya yang terbayangkan adalah AIDS, penyakit mematikan dan mudah menular ke siapapun jika kontak langsung ke penderita.
Sehingga, banyak orang "sehat" cenderung menjauhi mereka yang termasuk ke dalam Orang dengan HIV dan AIDS atau ODHA.
Dampaknya adalah karena merasa dikucilkan, ODHA merasa malu dan tak dapat perawatan seharusnya.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel kekebalan yang disebut sel CD4, yang merupakan jenis sel T.
Ini adalah sel darah putih yang bergerak di sekitar tubuh, mendeteksi kesalahan dan anomali dalam sel serta infeksi.
Ketika HIV menargetkan dan menginfiltrasi sel-sel ini, ia mengurangi kemampuan tubuh untuk memerangi penyakit lain.
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS adalah tahap paling lanjut dari infeksi HIV.
Setelah infeksi HIV berkembang menjadi AIDS, risiko infeksi lain di tubuh dan kanker menjadi lebih besar.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV kemungkinan akan berkembang menjadi AIDS karena sistem kekebalan tubuh secara bertahap berkurang.
Jika AIDS berkembang, itu berarti sistem kekebalan tubuh sangat terganggu.
Itu akan melemah ke titik di mana sistem kekebalan tubuh tidak bisa lagi melawan sebagian besar penyakit dan infeksi dan ini membuat orang tersebut rentan terhadap berbagai macam penyakit.
Karena terdengar menyeramkan, banyak orang yang tak memedulikan bahkan hingga mengucilkan ODHA. Pun, masih banyak mitos tentang HIV yang sering dipercaya.
Berikut 5 mitos HIV yang masih sering dipercaya banyak orang.
Baca Juga: Hal yang Perlu Moms Ketahui tentang HIV dan AIDS pada Bayi Baru Lahir
Mitos 1: Seseorang dapat tertular HIV hanya dengan menyentuh tangan/anggota tubuh lain seseorang yang memiliki virus tersebut.
Foto: pixabay.com
Ini hanyalah satu dari banyak mitos tentang HIV.
Faktanya, orang tidak dapat menularkan atau tertular HIV hanya dengan menyentuh bagian tubuh saja, seperti berjabat tangan, menghirup udara yang sama, berbagi peralatan makan, menyentuh dudukan toilet, atau berpelukan.
Seseorang dapat tertular atau menularkan HIV jika berhubungan dengan cairan berikut dari orang yang sudah terinfeksi HIV, yakni darah, ASI, dan air mani.
Cairan ini harus bersentuhan dengan selaput lendir orang lain, seperti di dalam di dubur, vagina, penis, atau mulut agar seseorang berisiko tertular HIV.
Mitos 2: Seseorang dapat tertular HIV dari serangga dan hewan yang terinfeksi.
Foto: pixabay.com
Faktanya, walaupun serangga seperti nyamuk dapat menularkan beberapa penyakit, HIV bukan salah satunya.
Untuk menularkan HIV, nyamuk atau serangga lain harus menggigit seseorang dengan HIV yang kemudian menyuntikkan darah kembali ke tubuh orang lain.
Namun, serangga tidak menyuntikkan kembali darah lama ke orang baru, jadi tidak mungkin bagi mereka untuk menularkan HIV.
Sementara bentuk lain dari penyakit ini, seperti feline immunodeficiency virus (FIV), memang ada.
Ini hanyalah mitos tentang HIV biasa. HIV hanya mempengaruhi manusia.
Demikian juga, manusia tidak dapat tertular FIV, yang memengaruhi kucing atau virus imunodefisiensi lainnya pada hewan.
Baca Juga: Kondom, Alat Kontrasepsi Populer untuk Cegah Penyakit HIV/AIDS
Mitos 3: Orang dengan HIV dan AIDS terlihat seperti orang sakit.
Foto: rd.com
Faktanya, seringkali, orang yang hidup dengan HIV tidak terlihat atau tidak merasa sakit. Bahkan, mereka bisa tidak tahu bahwa mereka memiliki virus.
Melakukan tes HIV adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kita hidup dengan HIV atau tidak.
Jika ingin melakukan tes HIV dan AIDS, harus perhatikan alat-alat kesehatan seperti jarum suntik ya Moms.
HIV dapat bertahan hidup di jarum hingga 42 hari. Sehingga, jarum suntik yang steril dan dipakai sekali adalah yang terbaik.
Mitos 4: HIV dan AIDS hanya "menyerang" orang dengan usia tertentu.
Foto: rd.com
Faktanya, HIV dan AIDS tidak memandang umur.
Bahkan, pada tahun 2014, UNAIDS memperkirakan bahwa 4,2 juta orang dewasa berusia 50 tahun ke atas hidup dengan HIV di seluruh dunia.
Sayangnya, orang dewasa yang lebih tua sering diabaikan dalam diskusi tentang pencegahan dan perawatan HIV sehingga tidak menyadari bahwa mereka berisiko.
Baca Juga: Inspiratif, 3 Orang Ini Buktikan HIV/AIDS Tak Halangi Mereka Berprestasi
Mitos 5: Jika kita dan pasangan memiliki HIV, tak perlu "pengaman" dan tak perlu melindungi diri.
Foto: rd.com
Faktanya, walaupun kita dan pasangan sama-sama mempunyai HIV, kita harus tetap melindungi diri kita.
Ini dikarenakan banyaknya berbagai jenis HIV yang dapat berkembang. Ketika kita dan pasangan ternyata memiliki jenis HIV yang berbeda, ini justru akan meningkatkan perkembangan virus di dalam tubuh.
Bahkan, kita dan pasangan bisa menularkan satu sama lain.
Sekarang, Moms jadi lebih teredukasi tentang penyakit ini, ya. Semoga bisa lebih bijak menyikapinya.
(SA)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.