Sindrom Iritasi Usus Besar: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS) bisa menyerang orang dewasa atau anak-anak.
Ini adalah gangguan fungsional pada pencernaan yang dapat mempengaruhi kinerja usus besar.
Gejalanya yang mirip dengan gangguan pencernaan lain, kenali lebih lanjut serba-serbi IBS berikut ini.
Baca Juga: 10 Makanan Prebiotik yang Bisa Bantu Sehatkan Pencernaan
Mengenal Sindrom Iritasi Usus Besar
Dalam medis, sindrom iritasi usus besar sendiri dikenal dengan berbagai nama yakni spastic colon, irritable colon, mucous colitis, dan spastic colitis.
Meski sama-sama menyerang usus besar, namun sindrom iritasi usus besar sendiri berbeda dengan radang usus.
Kondisi ini juga biasa disebut dengan IBS atau Irritable Bowel Syndrome. IBS sendiri merupakan sekelompok gangguan usus yang biasanya terjadi secara bersamaan.
Tingkat keparahan dari kondisi ini pun sangat bervariasi. Tentunya setiap orang bisa mengalami gejala yang berbeda.
Meski demikian, gejala tersebut biasanya akan terus dirasakan setidaknya selama 3 bulan atau setidaknya 3 hari dalam setiap bulannya.
Sindrom iritasi usus besar sendiri bisa menyebabkan kerusakan usus. Meski demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
Baca Juga: Lambung Bocor, Masalah Pencernaan yang Bisa Mengancam Jiwa
Gejala Sindrom Iritasi Usus Besar
Dilansir dari sebuah jurnal yang berjudul Irritable Bowel Syndrome: Epidemiology, Diagnosis and Treatment: An Update for Health-care Practitioners, sebanyak 20% orang Amerika mengalami sindrom iritasi usus besar.
Kondisi ini bisa menyerang laki-laki dan juga perempuan. Meski demikian, beberapa sindrom iritasi usus besar sendiri memiliki gejala yang tak terlalu terasa.
Saat berbicara mengenai IBS, ada sejumlah masalah pada usus yang tidak menyenangkan.
Bukan hanya itu saja, intensitas dan tingkat keparahan gejala iritasi ini bervariasi setiap orang. Beberapa gejala yang paling dominan meliputi:
- Gas terasa berlebih di perut
- Sakit perut
- Perut kembung
- Lendir pada kotoran saat BAB
- Sembelit
- Diare
- Sering buang air besar
- Mual dan muntah
Beberapa kram perut yang dirasakan mungkin akan hilang dengan buang air besar. Tetapi, yang lain mungkin mengalami kram dan kesulitan buang air besar.
Untuk sebagian orang lainnya gejala sindrom iritasi usus besar bisa mengganggu kehidupan sehari-hari.
Gejala tersebut mungkin akan lebih terasa lebih parah dalam beberapa hari setelah terpapar penyebabnya.
Baca Juga: Kenapa Kram Perut pada Masa Hamil? Simak Penjelasannya di Sini
Penyebab Sindrom Iritasi Usus Besar
Hingga saat ini, penyebab sindrom iritasi usus besar masih belum jelas.
Hal ini mungkin dikarenakan masalah yang beragam dan disebabkan oleh berbagai faktor pada setiap orang.
Sebagai gangguan pencernaan fungsional, IBS ini tampaknya disebabkan oleh masalah dalam bagaimana otak dan usus berinteraksi.
Pada penderita IBS, otot-otot dan usus besar akan sangat sensitif terhadap rangsangan atau pemicu tertentu.
Penyebab lain yang diduga menjadi masalah dari sindrom iritasi usus besar yakni meliputi:
- Stres
- Pola makan buruk
- Efek samping obat-obatan
Penderita iritasi ini mungkin memiliki perbedaan dalam motilitas usus, hipersensitivitas visceral, peradangan, dan bakteri usus.
Kadang-kadang iritasi berkembang setelah ditemukan adanya infeksi pada saluran pencernaan.
Beberapa penyebab lain juga sering mengaitkan antara iritasi usus besar dan riwayat depresi atau gangguan mental yang dialami belakangan.
Baca Juga: Sakit Perut Saat Hamil, Ini 10+ Penyebab dan Cara Mengatasinya
Faktor Risiko Sindrom Iritasi Usus Besar
Semua orang tentu saja memiliki risiko untuk terkena sindrom iritasi usus besar. Meski demikian, berikut orang-orang yang rentan terkena kondisi ini, di antaranya:
1. Perempuan
Jika dibandingkan dengan laki-laki, perempuan lebih banyak mengalami sindrom iritasi usus besar.
Salah satunya, ini disebabkan karena terapi estrogen yang dilakukan sebelum dan setelah menopause bisa meningkatkan seseorang terkena sindrom ini.
2. Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga memiliki faktor risiko lebih besar untuk terkena sindrom iritasi usus besar.
Hal tersebut dikarenakan keluarga bisa menurunkan gen yang memiliki sifat yang sama untuk meningkatkan risiko pada generasi berikutnya.
3. Usia Muda
Sindrom iritasi usus besar sendiri biasanya menyerang lebih banyak orang yang berusia di bawah 50 tahun.
Tak menutup kemungkinan, orang dengan usia di atas 50 tahun juga bisa mengidap IBS.
4. Riwayat ODGJ
Orang Dengan Gangguan Jiwa atau ODGJ bisa memiliki faktor risiko sindrom iritasi usus besar.
Mereka yang memiliki kondisi anxiety, depresi, stres, dan gangguan jiwa lainnya pun memiliki risiko yang sama
Baca Juga: Bising Usus Normal pada Anak, Yuk Kenali Lebih Jauh!
Apakah Sindrom Iritasi Usus Besar Berbahaya?
Studi dalam Informed Health menjelaskan bahwa sindrom iritasi usus besar atau IBS tidak berbahaya.
Kebanyakan orang yang mengalami kondisi irritable bowel syndrome akan membaik setelah mendapatkan perawatan dan pengobatan.
Tetapi pada beberapa orang dengan gejala cukup parah, akan lebih sulit untuk diobati.
Mengutip dari jurnal Physiology, Large Intestine, usus besar umumnya memiliki 3 fungsi utama. Fungsi-fungsi tersebut meliputi:
- Menyerap air dan elektrolit
- Memproduksi dan menyerap vitamin
- Membentuk dan mendorong tinja menuju dubur
Mereka yang menderita sindrom iritasi usus besar, harus mengatasi masalah ini dengan mengubah pola makan dan gaya hidup.
Sebagian orang juga mengalami ini sebagai kondisi yang kronis dan tidak dapat disembuhkan.
Tingkat keparahan gejala sindrom iritasi usus besar bervariasi dan bisa mulai dari yang ringan hingga berat.
Namun perlu diingat, iritasi ini tidak mengarah pada penyakit kronis apa pun, seperti:
- Penyakit Crohn
- Kolitis ulserativa
- Kanker usus besar
Jika Moms atau keluarga mengalami beberapa gejala di atas, sebaiknya langsung berkonsultasi dengan dokter.
Semakin cepat ditangani, maka kemungkinan irritable bowel syndrome untuk sembuh akan semakin tinggi.
Baca Juga: 12+ Cara Mengatasi Vagina Gatal Akibat Iritasi atau Infeksi Bakteri serta Jamur
Cara Mengatasi Sindrom Iritasi Usus Besar
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan mengobati sindrom iritasi usus besar (IBS), di antaranya:
1. Menerapkan Pola Makan FODMAP
FODMAP adalah sekumpulan karbohidrat rantai pendek yang kurang baik diserap di usus kecil yang kemudian difermentasikan oleh bakteri.
Gas hasil fermentasi menyebabkan kembung dan sakit perut pada penderita sindrom iritasi usus besar.
Dalam sebuah jurnal yang berjudul Fermentable Oligosaccharides, Disaccharides, Monosaccharides and Polyols (FODMAPs) and Nonallergic Food Intolerance dikatakan bahwa tidak semua orang sensitif dengan FODMAP.
Namun, hal ini banyak terjadi pada mereka yang memiliki sindrom iritasi usus besar.
Pola makan FODMAP untuk penderita irritable bowel syndrome (IBS) diyakini bisa membantu pengobatan dan perawatan.
2. Psikoterapi
Diyakini, ada hubungan yang kuat antara sistem saraf dan fungsi usus besar secara keseluruhan.
Stres memainkan peran penting dalam frekuensi dan tingkat keparahan gejala pada pasien irritable bowel syndrome.
Oleh karena itu, terapi pendamping diperlukan untuk mencegah stres dan kecemasan berlebih kambuh kembali.
Diketahui, gejala akan semakin memburuk ketika rasa cemas dan depresi itu datang.
Psikoterapi diperlukan untuk mengatasi IBS dalam jangka waktu yang panjang.
3. Rutin Olahraga
Cara mengatasi sering buang air besar sebagai gejala iritasi usus besar perlu dengan berolahraga rutin.
Tubuh yang bergerak dan sering berolahraga akan melancarkan sistem pencernaan ketika buang air besar.
Sering buang air besar yang berlebihan disertai rasa nyeri bisa berdampak pada cairan tubuh atau elektrolit.
Imbangi kegiatan olahraga dengan memperkaya makanan sehat di bawah ini:
- Oligosakarida: gandum, bawang putih, bombai, dan lain-lain.
- Disakarida: susu, yogurt, keju lunak, dan makanan lain yang karbohidrat utamanya adalah laktosa.
- Monosakarida: mangga, madu, dan makanan lain yang karbohidrat utamanya adalah fruktosa.
- Poliol: leci, beberapa sayur dan buah lain, serta pemanis rendah kalori seperti sorbitol, mannitol, xylitol, dan maltitol.
Ini menjadi perawatan lengkap untuk mengobati IBS dan mengatasi sering buang air besar berlebihan.
Baca Juga: 13 Rekomendasi Camilan Bayi 9 Bulan yang Memiliki Gizi Tinggi
4. Konsumsi Makanan Bergizi
Seperti dilansir oleh situs Healthline, mengikuti diet rendah FODMAP menaikkan peluang kesembuhan sakit perut sebesar 81% serta kembung 75%.
Beberapa penelitian lain juga menyebutkan bahwa diet tersebut bisa mengatasi perut bergas, diare, dan sembelit.
Beberapa makanan rendah FODMAP yang bisa dikonsumsi penderita sindrom iritasi usus besar adalah:
- Protein: daging sapi, ayam, ikan, domba, babi, udang, telur, tahu (bukan tahu sutera), dan tempe.
- Sumber karbohidrat: beras cokelat dan beras lain, jagung, oat, quinoa, kentang, serta biskuit, dan camilan sehat.
- Buah: pisang, kiwi, jeruk, pepaya, nanas, stroberi, anggur, melon, dan blueberry.
- Sayuran: tauge, paprika, wortel, terung, tomat, bayam, pakcoy, kucai, daun bawang, mentimun, selada, dan zucchini.
- Kacang-kacangan: almond, macadamia, kacang tanah, pecan, walnut.
Hal ini pun perlu dikonsumsi dengan jumlah yang pas dan tidak berlebihan untuk mengatasi irritable bowel syndrome.
Baca Juga: Gangguan Tidur karena Stres, Apa Penyebabnya?
5. Minum Obat-obatan Medis
Sebagian orang, perlu meminum obat-obatan medis dengan diimbangi pola makan FODMAP untuk penderita IBS.
Bagaimanapun juga, Moms perlu memastikan bahwa mengalami sindrom iritasi usus besar sebelum menerapkan diet rendah FODMAP.
Jika tidak, diet ini justru akan membawa lebih banyak keburukan daripada kebaikan.
Sebab, kebanyakan makanan FODMAP adalah prebiotik yang mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus.
Konsultasi dengan dokter adalah yang utama untuk mendapatkan obat dan perawatan yang tepat.
Nah, itulah penjelasan mendalam mengenai sindrom iritasi usus besar.
Ketika Moms atau keluarga didiagnosis memiliki kondisi ini, jangan lupa untuk mengganti pola hidup menjadi lebih sehat dan sudah ditentukan, ya!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507857/
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20074154/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3388522/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279416/#:~:text=IBS%20isn't%20dangerous.,is%20no%20cure%20for%20IBS.
- https://www.healthline.com/health/irritable-bowel-syndrome#treatment
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.