Sindrom Pica, Gangguan Makan Aneh Yang Sering Terjadi Pada Balita
Moms, pernah mendengar tentang anak yang suka makan tanah, rambut, kerikil, dan benda lain yang bukan makanan? Ternyata kondisi tersebut dikenal dengan nama sindrom pica.
Moms mungkin sudah tahu, kalau setiap balita pasti akan melalui fase dimana dia senang memasukkan benda kedalam mulut untuk belajar tentang lingkungannya.
Normalnya, kebiasaan ini akan berhenti sendiri seiring dengan tumbuh kembangnya. Namun tidak demikian halnya pada penderita sindrom pica, yang akan terus memakan benda bukan makanan.
Yuk Moms, baca artikel berikut untuk tahu lebih banyak tentang gangguan makan pada balita ini.
Sindrom Pica
Smitha Bandhari, MD dari WebMD.com menjelaskan bahwa sindrom pica adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan makan pada balita maupun orang dewasa, yang membuat penderitanya ingin mengonsumsi benda bukan makanan dan tidak memiliki nilai nutrisi.
Walau tidak diketahui secara pasti jumlah penderita sindrom pica di dunia, sebagian besar penderita yang terdiagnosa adalah anak balita dan wanita hamil, terutama mereka yang memiliki keterbelakangan mental dan pertumbuhan.
Foto: Pinterest.com
Sampai saat ini memang belum diketahui secara pasti penyebab sindrom pica, tapi diduga kuat berhubungan dengan kurangnya mineral penting dalam tubuh, seperti zat besi atau zinc.
Sedangkan menurut National Eating Disorders, gangguan kesehatan mental tertentu seperti keterbelakangan mental, gangguan spektrum autis, atau schizophrenia juga dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya sindrom pica.
Baca juga: Jangan Memaksa Anak untuk Makan! Ini 4 Dampak Buruknya
Foto: Youtube.com
Tenang Moms, balita yang masih suka memasukkan benda ke mulut sampai usia dua tahun masih dianggap normal dan sesuai dengan tahapan perkembangan. Tapi Moms perlu mulai waspada bila ada perilaku atau pola makan balita seperti berikut:
Selama lebih dari satu bulan balita ingin terus mengonsumsi benda bukan makanan dan tidak memiliki nilai nutrisi.
Konsumsi benda bukan makanan tersebut bukan bagian dari kebiasaan budaya dan tidak normal untuk anak seusianya.
Dampak Sindrom Pica
Foto: Dashroungschaf.com
Ada banyak sekali dampak berbahaya yang mengintai balita maupun orang dewasa penderita sindrom pica, seperti:
- Keracunan. Bila balita dengan sindrom pica mengonsumsi benda yang mengandung metal atau bahan beracun, maka racun didalamnya dapat menyebabkan gangguan belajar, kerusakan otak, bahkan kematian.
- Kerusakan gigi. Seringkali terjadi bila pola makan balita dengan sindrom pica melibatkan objek keras seperti kerikil atau batu.
- Kurang gizi. Terutama bila sindrom pica membuat balita jadi sedikit sekali mengonsumsi makanan asli.
- Kerusakan organ tubuh. Mengonsumsi makanan yang tidak bisa dicerna seperti plastik atau logam bisa menyebabkan sembelit atau bahkan sobek pada saluran pencernaan.
- Infeksi ginjal atau hati. Dapat terjadi jika objek bukan makanan yang dikonsumsi mengandung bakteri atau parasit.
Baca Juga: Mengenal ARFID, Gangguan Makan yang Sering Dialami Balita
Mengatasi Sindrom Pica
Foto: healthcenter.com
Dikutip dari the Handbook of Clinical Child Psychology, balita yang menderita sindrom pica perlu segera dibawa ke dokter untuk dilakukan evaluasi medis secara akurat. Dalam beberapa kasus, sindrom pica dapat diatasi dengan memenuhi kekurangan nutrisi penting tertentu.
Karena gangguan makan pada balita juga biasanya berhubungan dengan kesehatan mental, sebaiknya anak juga dievaluasi oleh psikolog anak untuk diberikan terapi yang sesuai.
Untuk mengurangi resiko sindrom pica, Moms perlu segera menghentikan perilaku seputar pola makan balita yang tidak biasa. Jangan segan juga untuk berkonsultasi dengan dokter anak.
Apa Moms tahu caranya menghentikan balita memasukkan berbagai benda asing kedalam mulut?
(WA)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.