13 Juli 2019

Siswi SMP di Pontianak Dianiaya, Ini Kesalahan Pola Asuh Ortu yang Membuat Anak Jadi Tukang Bully

Jangan sampai Si Kecil jadi anak yang berbahaya untuk orang lain, Moms!

Kejadian memilukan datang dari seorang siswi SMP Pontianak bernama Audrey (14), yang dikeroyok oleh siswi SMA. Mengutip dari CNN Indonesia, pengeroyokan terhadap Audrey terjadi pada Jumat 29 Maret 2019. Tetapi, orangtuanya baru melaporkan ke Polsek Pontianak Selatan satu pekan kemudian atau pada Jumat, 5 April 2019.

Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalbar, Eka Nurhayati Ishak mengatakan pihaknya pada Jumat (5/4) sekitar pukul 13.00 WIB, menerima aduan dari korban yang didampingi langsung oleh ibunya. Dalam aduan tersebut, korban melaporkan dirinya mengalami kekerasan fisik dan psikis.

"Dari pengakuan korban, pelaku utama penganiayaan ada tiga orang, sedangkan sembilan orang lainnya hanya sebagai penonton," kata Nurhayati seperti dilansir Antara.

Kronologisnya, Audrey dikeroyok setelah sebelumnya dijemput oleh para pelaku di rumahnya. Para pelaku yang merupakan anak SMA di Pontianak ini menjemput Audrey dengan alasan ingin berbicara dengannya.

Audrey dibawa ke Jalan Sulawesi dan setibanya di lokasi, ia sempat diinterogasi sebelum akhirnya dianiaya. Tak hanya sekali, Audrey juga mendapat perlakuan serupa di Taman Akcaya. Pengeroyokan ini diduga dipicu oleh persoalan asmara yang sebenarnya menargetkan kakak sepupu korban.

Kejadian ini lalu mendapat perhatian publik, terlebih lagi di media sosial yang mendukung Audrey dengan hashtag #JusticeForAudrey. Warganet juga mengecam keras kepada para pelaku dan berharap untuk mendapatkan hukuman yang setimpal.

Pola asuh orangtua bisa memengaruhi bagaimana anak dapat bersikap di lingkungan sosialnya. Terlepas dari keinginan orangtua agar anaknya dapat memberikan kebaikan di sekitarnya, beberapa sikap dari orangtua ini sadar atau tidak, dapat membuat anak menjadi seorang pem-bully.

Baca Juga: Dampak Psikologis Verbal Bullying pada Anak dan Cara Menghentikannya

Alasan Anak Melakukan Bullying

bully1
Foto: bully1

Foto: theparentcue.org

Moms perlu mengetahu, bahwa ada alasan mengapa anak melakukan bullying terhadap orang di sekitarnya, berikut penjabarannya seperti dikutip dari childmind.org:

  • Anak ingin cocok dengan sekelompok teman yang gemar mengisengi teman sekelasnya.
  • Anak diintimidasi di rumah atau di sekolah, dan berusaha untuk mendapatkan kembali kekuatan dengan bertindak agresif terhadap orang lain.
  • Anak mencari perhatian dari guru, orangtua, atau teman sekelasnya, dan belum berhasil mendapatkannya dengan cara lain.
  • Anak pada dasarnya lebih asertif dan impulsif daripada teman-temannya.
  • Anak memiliki kecenderungan untuk menganggap perilaku anak-anak lain berbahaya, bahkan jika sebenarnya tidak.
  • Anak tidak sepenuhnya paham apa yang dirasakan korban karena perilakunya.

Baca Juga: 7 Hal yang Perlu Dilakukan Orang Tua untuk Memberikan Contoh yang baik pada Anak

Sikap Orangtua yang Memicu Anak Jadi Seorang Pelaku Bullying

bully2
Foto: bully2

Foto: rd.com

Inilah delapan sikap yang mungkin secara tidak sadar Moms lakukan dan mendorong anak melakukan intimidasi, dikutip dari Washington Post:

1. Bergosip

Moms mungkin berpikir jika Moms tidak melibatkan anak dalam percakapan, ia tidak mendengarnya. Padahal, anak-anak mendengar segalanya, dan mungkin ia juga melakukan secara diam-diam.

Bila Moms gemar membicarakan tentang orang lain, di kemudian hari Si Kecil juga akan melakukan hal yang sama dengan teman sebayanya.

Ketika anak dan temannya mengomentari keburukan seorang anak lain, ini merupakan bentuk intimidasi tidak langsung, dan banyak dari kita melakukannya sepanjang waktu.

2. Moms Terlalu Sibuk, Sehingga Anak Kurang Dipedulikan

Orangtua mencintai keluarganya, namun, layaknya sebuah hubungan, ada pasang dan surut bahkan dalam hubungan terhadap ibu-anak. Penting diingat, contoh keintiman yang positif di rumah adalah dasar bagi hubungan Moms dan anak-anak.

Moms mungkin memang sibuk, tetapi pelukan dan ciuman sederhana untuk setiap anggota keluarga di pagi hari adalah awal yang baik untuk mengajarkan keintiman yang sehat.

Tunjukkan pada anak bahwa Moms peduli, sehingga mereka dapat menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka peduli.

3. Sering Membicarakan Permasalahan di Rumah

Anak-anak sekarang semakin cepat dewasa pada usia yang masih muda. Budaya saat ini mendorong kita untuk memperlakukan anak-anak seperti seorang dewasa versi mini.

Tetapi, jangan lupakan bahwa Moms adalah orang dewasa, dan kebanyakan dari kita membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat mengelola sebagian dari semua tekanan akan kehidupan yang tengah dijalani ini. Hal ini pun menjadi terlalu berat untuk Si Kecil.

Pengungkapan beban keuangan, penyakit keluarga, dan masalah pekerjaan sepanjang waktu saat berada di rumah hanya menambah stres pada anak-anak. Lalu, apa jalan keluar untuk stres? Bullying.

4. Menjadwalkan Aktivitas Anak-anak Secara Berlebihan

Banyak orangtua takut anak-anak akan dirugikan jika mereka tidak berpartisipasi dalam segalanya. Jadi, Moms bergegas mendaftarkan mereka untuk balet, karate, sepak bola, dan masih banyak lagi kegiatan.

Padahal, mereka membutuhkan waktu bermain, waktu kreatif, waktu sunyi.

Penjadwalan yang terlalu cepat menyebabkan anak-anak stres. Stres menyebabkan kecemasan, kemarahan, dan agresi, yang membuka jalan bagi perilaku intimidasi.

Bila Si Kecil memiliki hasrat, beri mereka kesempatan untuk menjelajahinya secara lebih mendalam. Anak-anak membutuhkan waktu luang yang tidak terstruktur.

Baca Juga: Tingkatkan Sikap Peduli Anak dengan 5 Aksi Sosial Ini

bully3
Foto: bully3

Foto: theconversation.com

5. Aturan yang Tidak Konsisten

Memiliki aturan yang tidak konsisten juga dapat memicu anak melakukan intimidasi terhadap orang lain.

Penting melakukan koordinasi dengan suami agar pola asuh yang dilakukan juga sejalan.

Buat aturan dasar, tegakkan, dan beri anak-anak izin untuk menjadi diri mereka sendiri dalam batas-batas itu.

Mereka akan merasakan kekuatan dan kemandirian yang sehat, dan tidak akan merasa perlu menggertak untuk mendapatkan kekuatan yang hilang.

6. Memaksa Anak-anak Untuk Berbagi

Saling berbagi adalah keterampilan yang dipelajari yang membutuhkan waktu, kematangan, dan dorongan untuk berkembang sepenuhnya. Merampas mainan dari tangan anak untuk memberikannya kepada anak lain? Itu adalah ide buruk.

Bicara dengan Si Kecil tentang saling berbagi di dalam lingkungan keluarga. Tawarkan untuk meminjamkan sesuatu kepada Si Kecil yang membuat ia penasaran. Tawarkan makanan penutup kepadanya. Tawarkan bantuan untuk tugas yang sulit.

Berbagi secara paksa hanya menghasilkan perasaan tidak berdaya. Jangan membuat Si Kecil mencari segala cara untuk mendapatkan kembali kekuatan mereka. Karena siapa anak paling kuat di kelas? Si pengganggu.

Sebagai orangtua, tentu Moms ingin anak-anak tumbuh bahagia dan sukses. Tetapi menempatkan kebahagiaan dan kesuksesan sebelum memunculkan perasaan peduli bisa membangkitkan generasi anak yang gemar melakukan bullying.

Jadilah manusia yang diinginkan anak, dan didik mereka untuk bisa menjadi manusia bermoral yang peduli pada sesamanya.

(AP/INT)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.