Kenali Gejala dan Cara Mengobati Skoliosis pada Anak, Yuk Moms!
Tak hanya diderita oleh orang dewasa, skoliosis pada anak juga kerap terjadi, lho Moms!
Skoliosis adalah sebuah kelainan tulang belakang dimana terdapat lekukan ke samping menyerupai bentuk C atau S.
Kebanyakan skoliosis yang terdiagnosa di usia anak-anak merupakan skoliosis bawaan atau yang disebut juga sebagai Congenital Scoliosis.
Skoliosis bawaan terkadang memiliki derajat lekukan yang rendah.
Tapi, Moms bayangkan saja jika kita beraktivitas dengan tulang belakang yang melengkung, pasti tidak nyaman karena selalu merasa pegal atau bahkan kesakitan.
Oleh karena itu, mengobati skoliosis pada anak menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan oleh orang tua.
Sebelum memilih pengobatan yang tepat untuk skoliosis pada anak, Moms harus menyimak beberapa informasi mengenai skoliosis pada anak berikut ini.
Baca Juga: Ketahui Prosedur Rontgen pada Anak dan Pahami Risiko serta Manfaatnya
Apa Itu Skoliosis pada Anak?
Foto: Orami Photo Stock
Sama seperti skoliosis umumnya, skoliosis pada anak merupakan kelainan bentuk tulang punggung (tulang belakang).
Jika anak tanpa kondisi skoliosis, umumnya kurva tulang belakang berukuran 10 derajat atau lebih. Tulang belakang yang normal tampak lurus jika dilihat dari belakang.
Tetapi anak dengan skoliosis memiliki tulang belakang dengan bentuk S atau C.
Sehingga, Si Kecil mungkin terlihat seperti sedang bersandar ke satu sisi dan kurva dapat terlihat di sisi kanan atau kiri putaran.
Baca Juga: Tak Hanya Terjadi pada Orang Tua, Waspada Asam Urat pada Anak, Moms!
Gejala Skoliosis pada Anak
Foto: Orami Photo Stock
Terdapat beberapa gejala skoliosis pada anak paling umum yang mungkin Moms dapat ketahui.
Namun, perlu diingat bahwa gejala dapat terjadi berbeda pada setiap anak. Umumnya beberapa gejala tersebut, meliputi:
- Perbedaan tinggi bahu
- Kepala tidak terpusat dengan bagian tubuh lainnya
- Perbedaan tinggi atau posisi pinggul
- Perbedaan tinggi atau posisi tulang belikat
- Perbedaan cara lengan menggantung di samping tubuh saat anak berdiri tegak
- Selisih tinggi sisi punggung saat anak membungkuk ke depan
Gejala-gejala ini mungkin tampak seperti masalah punggung lainnya atau akibat dari cedera dan infeksi.
Untuk memastikan kondisi Si Kecil, Moms disarankan untuk menemui penyedia layanan kesehatannya untuk diagnosis.
Baca Juga: Sugar Rush pada Anak, Berbahayakah?
Penyebab Skoliosis pada Anak
Foto: Orami Photo Stock
Sayangnya, dalam kebanyakan kasus, penyebab skoliosis tidak diketahui.
Kebanyakan anak yang menderita skoliosis sejak kecil mungkin dilahirkan dengan kondisi bawaan skoliosis.
Kemudian, perubahan bentuk skoliosis itu bisa berkembang di kemudian hari, dimana ini paling sering terlihat pada anak-anak antara usia 10 dan 18 tahun.
Namun, selain karena bawaan genetik, kemungkinan penyebab skoliosis meliputi:
- Masalah sistem saraf seperti cerebral palsy atau distrofi otot
- Kondisi yang diwariskan yang cenderung menurun dalam keluarga
- Perbedaan panjang kaki
- Cedera
- Infeksi
- Tumor
Baca Juga: Berapa Tekanan Darah Normal pada Anak?
Komplikasi Skoliosis pada Anak
Foto: Orami Photo Stock
Menemukan skoliosis sejak dini penting dan sangat dianjurkan untuk menemukan langkah pengobatan yang tepat.
Jika tidak diobati, skoliosis dapat menyebabkan masalah dengan fungsi jantung dan paru-paru.
Karena, melansir dari American Association of Neurological Surgeons, skoliosis bawaan pada anak biasanya ada hubungannya dengan kelainan bawaan lain seperti saraf tulang belakang, genital dan sistem urin, dan juga jantung.
Baca Juga: Leukosit Tinggi pada Anak, Berbahayakah?
Diagnosis Skoliosis pada Anak
Foto: Orami Photo Stock
Tak mudah untuk mengkonfirmasi kondisi skoliosis pada anak. Pertama-tama dokter mungkin akan mulai mendiagnosa dengan melihat riwayat kesehatan lengkap Si Kecil.
Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan beberapa tes, seperti:
- X-Ray
Tes ini membuat gambar jaringan internal, tulang, dan organ. Ini adalah alat utama untuk mendiagnosis skoliosis.
- MRI
Tes ini menggunakan kombinasi magnet besar dan komputer untuk membuat gambar detail organ dan struktur di dalam tubuh.
- CT-Scan
Tes ini menggunakan sinar-X dan komputer untuk membuat gambar detail tubuh.
Cara Mengobati Skoliosis pada Anak
Banyak orang tua yang mengabaikan pengobatan skoliosis pada anak karena derajat kelengkungannya kecil dan dianggap tidak mengganggu, tapi anggapan itu salah.
Supaya anak bisa beraktivitas dengan baik dan bertumbuh dengan normal, skoliosis harus diobati.
Mengobati skoliosis pada anak pun harus dilakukan dengan cepat agar dalam pertumbuhannya maksimal.
Berikut ini adalah 4 cara yang bisa dilakukan untuk mengobati skoliosis pada anak.
1. Observasi
Foto: goodsamaritan.chsli.org
Observasi menjadi pilihan apabila lekukan tulang belakang berada di bawah angka 25 derajat.
Observasi ini harus dilakukan secara rutin terutama di usia pertumbuhan anak untuk mengetahui apakah ada penambahan derajat kelengkungan pada tulang belakang anak.
American Academy of Orthopaedic Surgeons mengungkapkan, observasi akan dilakukan setiap 6-12 bulan sekali dan akan melakukan pengambilan gambar dengan x-ray sampai usia maksimal pertumbuhan anak.
2. Terapi Fisik
Foto: busylizzy.co.uk
Selain observasi dokter, melakukan terapi fisik juga bisa membantu mengobati skoliosis pada anak.
Terapi fisik bisa dilakukan dalam bentuk olahraga seperti yoga dan pilates untuk anak.
Selain itu, bisa juga dilakukan chiropractic untuk membantu tulang belakang bertumbuh sebagaimana mestinya.
Akan tetapi melakukan chiropractic tidak boleh sembarangan ya, Moms! Tentunya harus tetap di bawah pengawasan dan bimbingan dokter anak.
Baca Juga: 3 Penyebab Skoliosis pada Balita
3. Bracing
Foto: scottishritehospital.org
Untuk mengobati skoliosis pada anak bisa juga dengan metode bracing atau penggunaan penunjang tulang belakang.
Metode ini dapat diaplikasikan pada lekukan tulang belakang berada di angka 25-45 derajat.
Penggunaan penunjang ini tidak bisa menghilangkan lekuk tulang belakang yang sudah terjadi atau bahkan meluruskannya.
Namun setidaknya metode ini menjaga agar seiring pertumbuhan anak, lekukan tulang belakang tidak semakin parah sampai membutuhkan tindakan operasi.
4. Operasi
Foto: ca-times.brightspotcdn.com
Dokter akan merekomendasikan tindakan operasi jika lekukan tulang belakang mencapai angka lebih besar dari 45-50 derajat.
Selain itu, operasi juga bisa dilakukan ketika metode bracing tidak dapat menghentikan pembengkokan tulang belakang.
Jika skoliosis diabaikan, lekukan pada tulang belakang akan semakin memburuk dan bukan tidak mungkin sistem pernapasan juga akan terganggu.
Bila sudah sampai tahap ini, dalam mengobati skoliosis pada anak dibutuhkan tindakan operasi.
Baca Juga: Ini Cara Menangani Skoliosis pada Bayi, Catat ya Moms!
Olahraga dan Skoliosis pada Anak
Foto: Orami Photo Stock
Ternyata berolahraga tidak akan memperburuk kondisi skoliosis pada anak, lho Moms!
Faktanya, berpartisipasi dalam olahraga yang meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot inti dan dapat mengurangi sakit punggung anak.
Namun, hanya beberapa jenis olahraga yang dapat membantu dan dianjurkan bagi anak yang mengidap skoliosis antara lain:
- Berenang: Meningkatkan kekuatan otot inti
- Senam: Meningkatkan fleksibilitas Si Kecil dan meningkatkan kekuatan otot inti
Namun, jika seorang anak telah menjalani operasi punggung, mereka harus menghindari olahraga kontak. Ini termasuk hoki, gulat dan sepak bola.
Tetapi, untuk olahraga seperti bola basket, sepak bola, tenis, dan renang, Si Kecil mungkin dapat mulai berpartisipasi lagi sekitar enam bulan setelah operasi.
Hal yang perlu Moms lakukan adalah pastikan untuk berbicara dengan dokter Si Kecil terlebih dahulu, ya.
Baca Juga: Serba-serbi Penyakit Poliomielitis, Bisa Picu Kelumpuhan pada Anak
Jadi Moms, mengobati skoliosis pada anak jangan dianggap remeh ya!
Segera periksakan anak jika memiliki gejala skoliosis agar tidak semakin parah dan terhambat pertumbuhannya.
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14521-pediatric-and-adolescent-scoliosis
- https://www.stlouischildrens.org/conditions-treatments/scoliosis
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.