Stres Pasca Melahirkan, Tanda Mama Menderita Baby Blues Syndrome
Kurang tidur, tanggung jawab merawat bayi, dan kurang waktu untuk diri sendiri, menyebabkan banyak ibu mengalami stres pasca melahirkan. Kondisi ini disebut dengan baby blues syndrome, yang normal terjadi pada sebagian besar ibu.
Tetapi jika gejala baby blues syndrome ini tidak hilang setelah beberapa minggu atau semakin parah, Moms mungkin menderita depresi postpartum atau postpartum depression.
Apakah Baby Blues atau Depresi Postpartum?
Mayoritas wanita mengalami beberapa gejala baby blues setelah melahirkan. Hal ini dipicu oleh perubahan mendadak dalam hormon setelah melahirkan, stres, terisolasi, kurang tidur, dan kelelahan.
Umumnya, gejala ini berawal dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan, puncaknya sekitar satu minggu, dan menurun pada akhir postpartum minggu kedua.
Berbeda dengan baby blues, depresi postpartum adalah masalah lebih serius. Awalnya, depresi postpartum dapat terlihat seperti gejala baby blues normal. Perbedaannya, pada depresi postpartum, timbul gejala yang lebih berat, seperti pikiran untuk bunuh diri atau ketidakmampuan untuk merawat bayi, dan bertahan lebih lama.
Tanda dan Gejala Depresi Postpartum
- Kemungkinan menarik diri dari suami atau tidak mampu menjalin ikatan erat dengan bayi.
- Merasakan kecemasan tak terkendali, sulit tidur, atau susah makan.
- Merasa bersalah atau tidak berharga, atau pikiran mulai dipenuhi dengan kematian atau bahkan berharap tidak usah hidup.
Faktor Penyebab Depresi Setelah Melahirkan
Faktor yang paling signifikan adalah riwayat depresi postpartum yang dapat meningkatkan peluang depresi berulang hingga 30-50%.
Riwayat depresi terkait non-kehamilan atau riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa juga merupakan faktor risiko. Lainnya termasuk stres sosial, seperti kurangnya dukungan emosional, hubungan yang tidak sehat, masalah keuangan dan sebagainya.
Cara Mengatasi Depresi Setelah Melahirkan
Tips 1: Keterikatan dengan bayi
Proses keterikatan emosional ibu dan bayi adalah tugas yang paling penting pada masa pertumbuhan bayi. Keterikatan terbentuk ketika ibu merespons dengan hangat dan konsisten terhadap kebutuhan fisik dan emosional bayinya.
Tips 2: Mintalah bantuan dan dukungan orang lain
- Ketika merasa tertekan dan rentan, tetaplah terhubung dengan keluarga dan teman-teman.
- Teman dan keluarga juga dapat berperan sebagai tempat bertukar pikiran dan curhat.
- Berbagi kekhawatiran, perasaan, dan rasa tidak aman, akan sangat menenangkan dan menghibur.
Tips 3: Waktunya “ME Time”
- Abaikan pekerjaan rumah tangga, dan coba prioritaskan waktu untuk diri sendiri dan bayi.
- Kembali berolahraga karena aktivitas ini sangat efektif untuk mengobati depresi, misalnya yoga.
- Lakukan meditasi untuk membantu lebih tenang dan bersemangat.
- Sempatkan untuk tidur, karena kurang tidur membuat depresi semakin parah.
- Sisihkan waktu untuk memanjakan diri dengan melakukan hobi, misalnya ke salon atau
- Berjemur di bawah sinar matahari selama 10 sampai 15 menit setiap pagi.
Tips 4: Jalin hubungan dengan pasangan
Hubungan dengan pasangan adalah sumber utama dari ekspresi emosional dan hubungan sosial.
- Hadapi tantangan mengasuh bayi sebagai tim yang kuat, dan jangan saling menyalahkan.
- Lakukan pembagian tanggung jawab rumah tangga dan mengurus bayi.
- Habiskan waktu bersama tanpa gangguan dan fokus pada satu sama lain.
Jadi, tidak sulit mengatasi depresi setelah melahirkan, bukan?
<ROS>
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.