Arti Kata Wallahualam dan Kapan Sebaiknya Kata Ini Diucapkan
Mungkin Moms sering mendengar ucapan wallahualam.
Kata ini sering juga dirangkaikan menjadi kalimat wallahualam bishawab.
Memang sebenarnya, apa arti kata wallahualam? Simak jawabannya dalam artikel berikut ini.
Arti Wallahuallam
Berikut ini arti kata wallahualam yang perlu diketahui, Moms.
1. Arti Kata Wallahualam dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wallahualam memiliki arti 'dan Allah Yang Mahatahu'.
Biasanya, ungkapan ini dipergunakan untuk menyatakan ketidakpastian dalam sebuah penjelasan.
Tak heran, jika kata ini serung digunakan sebagai penutup sebuah kalimat.
2. Arti Kata Wallahuala Berdasarkan Asal Kata
Wallahualam sendiri berasal kata a'lam (أعلم) yang merupakan turunan dari kata 'alima (علم) dalam bahasa Arab.
Kata ini memiliki arti‘tahu’ atau mengetahui.
Maksud ungkapan wallahu a'lam di akhir tulisan adalah pengakuan keterbatasan ilmu-pengetahuan seseorang, sekaligus pernyataan bahwa Allah SWT saja yang paling tahu, Maha Tahu, atau pemilik segala pengetahuan.
Itu juga merupakan sebuah kesadaran bahwa semua penjelasan yang diberikan manusia hanyalah upaya mendekati 'kebenaran'.
Sebab, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui segalanya.
Kapan Mengucapkan Wallahualam yang Tepat?
Waktu mengucapkan wallahualam telah diatur dalam beberapa ayat berikut ini.
1. Ketika Tidak Yakin Akan Sesuatu
Dalam Kitab Shahih Bukhari, ada hadits yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan agar umat muslim mengucapkan wallahualam jika merasa tidak tahu akan sesuatu.
Abdullah bin Mas’ud RA berkata:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، مَنْ عَلِمَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ بِهِ، وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ، فَإِنَّ مِنَ العِلْمِ أَنْ يَقُولَ لِمَا لاَ يَعْلَمُ اللَّهُ أَعْلَمُ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ المُتَكَلِّفِينَ}
Artinya:
“Wahai sekalian manusia, siapa yang mengetahui tentang sesuatu, sampaikanlah.
Dan jika tak tahu, ucapkanlah, ‘Allahu a’lam’ (Allah Mahatahu).
Karena, sungguh, termasuk bagian dari ilmu, jika engkau mengucapkan terhadap sesuatu yang tidak kau ketahui dengan ucapan: ‘Allahu a’lam’.
2. Menutup Penjelasan
Allah berfirman kepada Nabi-Nya: ‘Katakanlah (hai Rasul): ‘Aku tidak meminta upah sedikit pun pada kalian atas dakwahku dan bukanlah Aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan,” (QS Shad: 86) (HR Bukhari).
Ini menjadi landasan bahwa menutup atau mengatakan wallahualam saat menyampaikan pendapat atau setelah menyelesaikan pembahasan tertentu sangat dianjurkan oleh para ulama.
Ini dimaksudkan agar seseorang tetap menjaga adab kepada Allah SWT, bahwa setiap ilmu yang disampaikan kepada orang lain hanya berupa pemberian ilmu dari Allah.
Allah SWT yang sangat mengetahui mengenai kebenaran ilmu tersebut.
Para ulama juga memakai kalimat tersebut sebagai kode etik dalam menutup fatwa.
3. Saat Menjawab Masalah Tertentu
Selain diucapkan saat menutup sebuah penjelasan seperti keterangan di atas, dalam kKtab Hasyiyah I’anatut Thalibin, disebutkan bahwa ada waktu lain yang dianjurkan untuk mengucapkan wallahualam.
Yaitu ketika ditanya mengenai masalah tertentu dan tidak mengetahui jawabannya, maka seseorang dianjurkan untuk mengatakan ‘Allahu wa Rasuluhu A’lam’ atau ‘hanya Allah dan Rasul-nya yang mengetahui’.
Sebagaimana disebutkan sebagai berikut;
ويسن لمن سئل عما لا يعلم أن يقول الله ورسوله أعلم
Artinya:
“Disunnahkan bagi seseorang yang ditanya mengenai sesuatu yang ia tidak ketahui untuk mengatakan ‘Allahu wa Rasuluhu A’lam (Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui),”.
Jadi, mengatakan Wallahualam merupakan perkataan yang dianjurkan untuk diucapkan saat selesai menyampaikan ilmu tertentu
Terutama ilmu yang tidak kita ketahui kebenarannya dengan pasti.
Hikmah Mengucap Wallahualam
Spirit wallahualam ini yang menjadikan Islam sebagai agama yang mempunyai kekayaan tafsir, pendapat, pandangan, tradisi, kebudayaan, dan khazanah literasi.
Dalam Islam, konsep ilmu sangat tinggi karena tidak hanya sebagai pembuktian dari sesuatu, namun juga mengembalikan kepada kekuasaan Allah SWT.
Misalnya, menurut Kalimah Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Unida Gontor, konsep sains dalam Islam memiliki dimensi universal, metafisik dan empiris, dan berbeda dengan sains yang berasal dari pandangan dunia Barat yang terbatas pada dimensi empiris.
Ini menjadi ciri khas yang berbeda dengan konsep ilmu lain di peradaban lain.
Ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dalam Islam sangat erat kaitannya sebagai bukti Maha Besar Allah SWT.
Maka dari itu, sebaiknya setiap perkataan atau penjelasan manusia disampaikan dengan kerendahan hati, karena hanya Allah SWT yang memiliki kebenaran sejati.
Mengutip NU Online, para ulama sepakat bahwa hikmah wallahualam adalah sebagai berikut.
1. Penguat Fatwa dari Ulama
Salah satu hikmah dari wallahualam adalah bentuk pengakuan mereka bahwa fatwa yang mereka utarakan adalah terbatas yang dapat ditinjau ulang kembali dalam kesempatan yang lain.
Dan para ulama juga tak segan untuk mengubah fatwanya ketika ditemukan sudut pandang ataupun dalil hukum lain yang dapat mengubah pendapatnya.
2. Fatwa Bersumber dari Allah
Hikmah dari wallahualam berikutnya adalah sebagai bentuk pengakuan para ulama bahwa fatwa mereka bersumber dari ilmu yang mereka dapatkan.
Dan seluruh ilmu tersebut bersumber dari Allah subhanahu wata’ala.
Oleh karena itu, ucapan Wallahu a‘lam adalah bentuk tawadhu’ (kerendahan hati) mereka di hadapan Allah yang telah memberikan mereka petunjuk dalam memahami ilmu.
3. Kerendahan Hati
Kemudian, para ulama juga memakai kalimat Wallahu a’lam bish-shawab sebagai penutup dalam beberapa penjelasan dalam kitab-kitab karya mereka maupun sebagai penutup pengajian mereka.
Menurut Sulaiman bin Muhammad al-Bujairami, ulama mazhab Syafi’i, hal ini dianjurkan dengan tujuan sebagai bentuk kerendahan hati para ulama serta upaya memasrahkan kembali hakikat permasalahan tersebut kepada Allah.
قال بعض الشيوخ: كأن المصنف قصد بذلك التبري من دعوى الأعلمية اهـ. قال العلامة ابن حجر بعد قول المنهاج والله أعلم: أي من كل عالم. وزعم بعض الحنفية أنه لا ينبغي أن يقال ذلك. قيل مطلقا وقيل للإعلام بختم الدرس. ويرد بأنه لا إيهام فيه بل فيه غاية التفويض المطلوب
Artinya:
“Sebagian para guru mengatakan, ‘(Dengan memakai lafadz Wallahu a‘lam bish-shawab) seakan-akan penulis bertujuan untuk berlepas diri dari pengakuan paling alim.
Al-‘Allamah Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan, maksud kalimat Wallahu a‘lam adalah hanya Allah yang lebih mengetahui dari seluruh orang alim.
Sebagian ulama Mazhab Hanafi mengatakan tidak seyogianya (makruh) memakai ungkapan demikian.
Sebagian memutlakkan dan sebagian yang lain menghukumi makruh ketika bertujuan sebagai pertanda ditutupnya pengajian.
Pendapat ini tertolak karena tidak ada keraguan bahwa di dalam ungkapan Wallahu a‘lam terdapat puncak kepasrahan kepada Allah yang dianjurkan” (Sulaiman al-Bujairami, Hasyiyah al-Bujairami ‘ala al-Khatib, Beirut: Dar al-Fikr, 1995, vol. 4 hal. 503).
Itulah penjelasan wallahualam dan juga hikmah ketika mengucapkannya.
Semoga Allah selalu melindungi Moms yang membaca kalimat ini.
- https://quran.kemenag.go.id/
- https://kbbi.web.id/wallahualam
- https://www.risalahislam.com/2018/12/pengertian-wallahu-alam-bish-shawabi.html
- http://siabuhnews.com/spirit-wallahualam
- https://bincangsyariah.com/kalam/mengatakan-wallahu-alam-saat-menyampaikan-pendapat/
- https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/kalimah/article/view/286
- https://uninus.ac.id/hikmah-di-balik-tradisi-pengucapan-wallahu-alam/
- https://islam.nu.or.id/ubudiyah/hikmah-pengucapan-wallahu-alam-1U7Mz
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.