Cari Tahu Soal Xenophobia, Rasa Takut terhadap Orang Asing
Moms apakah pernah mendengar istilah xenophobia? Istilah ini sempat ramai menjadi perbincangan di twitter dengan tagar #XenophobiaIsNotAJoke.
Melansir Health, xenophobia adalah istilah yang merujuk pada rasa takut terhadap orang asing atau orang yang dianggap berbeda.
Dalam arti lebih luas, orang asing yang dimaksud biasanya mengacu pada imigran atau orang yang berbeda budaya.
Tidak seperti fobia pada umumnya, kondisi ini biasanya ditunjukkan dengan ketidaksukaan atau kebencian yang intens terhadap orang yang dianggap berbeda.
Ia yakin bahwa kelompoknya lebih unggul, dan berusaha untuk menjauhkan orang tersebut dari lingkungannya.
Oleh karena itu, xenophobia seringkali disamakan dengan rasisme dan homofobia. Namun, sebenarnya, xenofobia berbeda dengan 2 kondisi tersebut.
Bila rasisme dan homofobia merupakan bentuk diskrimasi yang didasarkan atas karakter yang spesifik, xenophobia justru berangkat dari pemikiran bahwa orang di luar kelompoknya adalah orang asing.
Baca Juga: Punya Fobia Ketinggian? Jangan Kunjungi 6 Tempat Ini Ya!
Xenophobia dan Covid-19
Foto: voi.id
Munculnya pandemi Covid-19 yang dimulai dari Wuhan, ternyata menimbulkan reaksi xenophobia hampir di seluruh dunia.
Epidemi dan pandemi mau tak mau cenderung dapat memicu xenophobia dan stigma, terutama pada individu yang berkaitan dengan wilayah asal penyebaran penyakit.
Melansir WHO, fenomena ini telah terjadi saat penyakit virus Ebola dan MERS merebak.
Salah satu contohnya, anak-anak keturunan Afrika yang tinggal di luar negeri kerap menerima ejekan dan panggilan “Ebola” di sekolahnya pada masa puncak penyebaran penyakit tersebut.
Perilaku xenophobia kembali meningkat di tengah pandemi COVID-19.
Mengingat penyebaran virus penyebab COVID-19 diawali dari kota Wuhan di Tiongkok, kali ini masyarakat dengan keturunan Asia yang terkena imbasnya.
Situasi semakin diperburuk ketika Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, menyebut COVID-19 sebagai “chinese virus” dengan dalih bahwa virus berasal dari Wuhan di Tiongkok.
Memang, wajar jika pandemi yang telah merenggut ratusan jiwa ini membuat masyarakat menjadi kebingungan, panik, dan bahkan marah.
Apalagi COVID-19 merupakan penyakit baru yang masih harus dipelajari lebih dalam.
Ketidaktahuan akan penyakit inilah yang memicu ketakutan dan paranoid.
Namun, bukan berarti orang-orang bisa meluapkannya dengan membenci sebuah kelompok hanya karena stereotip yang tidak benar.
Baca Juga: Pentingnya Tingkatkan Imunitas Tubuh dari Infeksi Virus Corona Novel (COVID-19), Berikut Tipsnya
Ciri-Ciri dan Dampak Xenophobia
Foto: pinterest.com
Terdapat beberapa ciri atau karakteristik khas xenophobia, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Merasa tidak nyaman saat berada di sekitar orang-orang dari kelompok berbeda
- Menolak untuk berteman dengan orang lain karena perbedaan warna kulit, dsb
- Selalu berusaha menghindari kawasan tertentu
- Sulit berinteraksi dengan rekan yang tidak memiliki persamaan, budaya, ras, agama, dll
Kini, istilah xenophobia bukan hanya ditujukan kepada ketakutan terhadap orang asing saja, namun lebih untuk menggambarkan diskriminasi terhadap kelompok berbeda atau pendatang.
Seorang penderita xenophobia umumnya mempercayai bahwa bangsa dan budayanya lebih unggul dibandingkan bangsa lain, sehingga memicu sikap ingin menjauhkan orang asing dari komunitasnya.
Padahal, tanpa disadari tindakan tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Sebagai contohnya xenophobia di Amerika Serikat yang termasuk dalam tindakan diskriminasi terhadap para imigran ras Latin, khususnya dari negara dari Meksiko, dan Timur Tengah.
Atau bagaimana sikap netizen terhadap anggota Blackpink yaitu Jisoo.
Beberapa waktu lalu Jisoo mendapat ujaran kebencian karena tidak bisa berbahasa Inggris dengan lancar seperti anggota lainnya, Jennie, Rose, dan Lisa.
Menurut penggemar, tindakan netizen tersebut adalah contoh aksi xenophobia. Karena, bukan salah Jisoo tidak fasih berbahasa Inggris.
Pasalnya, dia besar di lingkungan yang tidak mendukung hal tersebut.
Secara luas, xenophobia cenderung menimbulkan dampak seperti dibawah ini:
- Sikap permusuhan terhadap orang-orang yang berasal dari latar belakang berbeda
- Mengurangi peluang ekonomi dan sosial untuk komunitas lain
- Diskriminasi
- Isolasionisme
- Posisi politik
- Kebencian
- Tindakan kriminal
- Kebijakan dalam dan luar negeri
Baca Juga: Heboh Konflik di Papua, Ini Cara Membesarkan Anak Agar Tidak Rasis
Penyebab Xenophobia
Foto: pinterest.com
Beberapa ahli menyebutkan, bentuk prasangka (prejudice) terhadap orang lain yang ekstrem bisa dimasukkan menjadi subtipe gangguan delusional.
Namun, ahli yang memaparkan pandangan ini juga berpendapat bahwa prejudice dapat menjadi gangguan apabila menciptakan gangguan signifikan terhadap aktivitas penderitanya sehari-hari.
Dilansir melalui Good Therapy, ketika xenophobia muncul sebagai fobia, kondisi datang dalam dua bentuk berbeda:
- Xenophobia budaya: terjadi ketika seseorang takut pada budaya asing
- Xenophobia orang asing: atau imigran terjadi ketika seseorang takut pada orang atau kelompok yang dianggap sebagai orang luar
Beberapa psikolog evolusioner berpendapat bahwa xenophobia mungkin menjadi bagian dari warisan perilaku genetik manusia.
Mungkin kecenderungan xenophobia melindungi nenek moyang manusia dari kelompok luar yang mungkin menyakiti mereka.
Sedangkan beberapa psikolog sosial berpendapat, xenophobia tidak universal, tetapi dipicu oleh keadaan unik masyarakat modern.
Masih jadi perdebatan apa yang memunculkan xenophobia.
Namun, ada bukti keberadaan xenophobia di berbagai budaya, dan salah satu karakteristik umum xenophobia cenderung menjadi mentalitas ingroup/outgroup.
Baca Juga: Mengenal Thalassophobia, Ketakutan Terhadap Laut yang Tidak Wajar
Melansir Healthline, keyakinan dan perilaku xenophobia muncul dalam berbagai konteks di kehidupan sehari-hari.
Bahkan Moms bisa menjadi xenophobia tanpa menyadarinya. Mungkin Moms pernah memikirkan (atau mengatakan) sesuatu seperti ini sebelumnya:
- “Pakaian itu sangat aneh. Dia akan jauh lebih cocok jika dia berpakaian seperti orang normal.”
- “Tidak mungkin, aku tidak akan pergi ke lingkunganmu setelah gelap. Ada terlalu banyak orang aneh yang mengintai.”
- “Aku tidak percaya rempah-rempah aneh di roti itu. Tidak bisakah kita makan sesuatu yang normal, seperti nasi?”
Pikiran-pikiran ini mungkin tidak berpusat pada orang tertentu, tetapi tetap mencerminkan ketakutan dan ketidaksukaan terhadap hal-hal dan orang-orang yang Moms anggap aneh atau berbeda.
Bagaimana Cara Mengatasi Xenophobia?
Foto: thewashintonpost.com
Bila Moms mengalami xenophobia, ada beberapa hal yang dapat Moms lakukan untuk mengatasi sikap tersebut.
Pertama, perluas pengalaman. Banyak orang yang menunjukkan xenophobia telah menjalani kehidupan yang relatif terlindung dan jarang berhubungan dengan orang-orang yang berbeda dari mereka.
Bepergian ke berbagai belahan dunia, atau bahkan menghabiskan waktu di kota terdekat, mungkin sangat membantu Moms menghadapi ketakutan pada orang asing.
Kedua, tulis Unicef USA, lawan rasa takut Moms terhadap hal yang tidak diketahui. Takut akan hal yang tidak diketahui adalah salah satu ketakutan terkuat dari semuanya.
Jika Moms belum pernah terpapar ras, budaya, dan agama lain, memperoleh lebih banyak pengalaman mungkin membantu dalam menaklukkan xenophobia.
Kemudian, perhatikan kapan pikiran xenophobia muncul. Berusahalah secara sadar untuk mengganti pikiran ini dengan yang lebih realistis.
Baca Juga: Tak Sama, Kenali Perbedaan Fobia dan Trauma
Itu dia Momss informasi seputar Xenophobia. Yuk, ajak Si Kecil menghargai perbedaan budaya dan ras agar tidak mengalami kondisi ini.
- https://www.healthline.com/health/xenophobia#takeaway
- https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/xenophobic
- https://www.unicefusa.org/stories/5-ways-fight-racism-and-xenophobia/34567
- https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Racism/AdHoc/9thsession/TendayiAchiume_Item5.pdf
- https://www.verywellmind.com/xenophobia-fear-of-strangers-2671881
- https://www.health.com/fitness/outdoor-tabata-workout
- https://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/xenophobia
- https://www.health.harvard.edu/a_to_z/phobia-a-to-z
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.