4 Kondisi Kehamilan Berisiko Tinggi dan Cara Mengatasinya
Kehamilan berisiko tinggi adalah suatu kondisi yang mengancam kesehatan hingga kehidupan Moms dan calon bayi. Wanita dengan kehamilan berisiko tinggi biasanya akan membutuhkan perawatan khusus dari seorang ahli.
Beberapa kehamilan berada dalam risiko tinggi terjadi di tengah masa perkembangan. Tetapi dilansir dari nichd.nih.gov, ada pula wanita hamil dengan risiko tinggi sudah mengalami komplikasi sebelum hamil.
Sehingga perawatan prenatal dini secara teratur diperlukan bagi wanita yang mengalami kehamilan berisiko tinggi untuk mengurangi risiko komplikasi lain.
Karena, kehamilan berisiko tinggi juga bisa memengaruhi kondisi kesehatan bayi sebelum, selama dan setelah melahirkan.
Adapun sejumlah faktor risiko wanita mengalami kehamilan berisiko tinggi, seperti riwayat penyakit sebelum hamil, kegemukan dan obesitas, hamil kembar hingga usia terlalu muda atau tua.
Berikut ini 4 kondisi kehamilan yang berisiko tinggi dan Moms perlu mewaspadainya.
1. Persalinan Prematur
Foto: sciencemag org
Sekitar 10 persen bayi lahir prematur sebelum kehamilan berusia 37 minggu. Faktor-faktor yang mungkin memengaruhi risiko kelahiran prematur, seperti riwayat persalinan prematur, kelainan serviks dan infeksi vagina.
Gejala seorang ibu hamil mengalami persalinan prematur jika mengalami keputihan berdarah atau berair. Terkadang gejala juga disertai kram perut dan sakit punggung.
Cara mengatasinya: Istirahat penuh bisa mengurangi tekanan pada leher rahim, sehingga lebih kecil kemungkinannya untuk melebar.
Selain itu, minum banyak cairan juga bisa mengatasi masalah kehamilan ini. Karena, dehidrasi dapat memicu kontraksi rahim.
Baca Juga: Pahami dan Waspadai Risiko Bulimia Selama Kehamilan Berikut Ini
2. Preeklamsia
Foto: americanpregnancy.org
Tekanan darah tinggi dan protein dalam urine bisa menyebabkan pembekuan darah, gangguan fungsi ginjal dan hati pada wanita hamil. Sehingga mereka berisiko mengalami preeklamsia, kondisi kehamilan berisiko tinggi, yang bisa mengancam nyawa calon bayi.
Sebuah studi menunjukkan preeklamsia bisa disebabkan oleh protein yang menghentikan pertumbuhan pembuluh darah di plasenta.
Masalah preeklamsia lebih berisiko pada wanita hamil kembar, hamil di atas usia 40 tahun dan memiliki riwayat keluarga mengalami preeklamsia.
Gejalanya berupa tekanan darah tinggi, pembengkakan di tangan dan kaki, sakit kepala parah, darah dalam urine dan mual yang ekstrem.
Cara mengatasinya: Jika gejalanya ringan, kebanyakan dokter akan menyarankan istirahat penuh di tempat tidur. Asupan vitamin E dan C juga bisa membantu mengatasi masalah preeklamsia.
Baca Juga: 9 Cara Mengurangi Risiko Keguguran pada Kehamilan Pertama
3. Diabetes Gestasional
Foto: dlife.com
Kadar gula darah tinggi pada wanita hamil dapat meningkatkan sejumlah risiko pada bayi dalam kandungannya. Karena, pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk menangkal hormon kehamilan yang meningkatkan kadar gula darah.
Gejala diabetes gestasional dapat berupa rasa haus, peningkatan buang air kecil dan penglihatan kabur. Tetapi, ada pula wanita yang tidak mengalami gejala apapun.
Cara mengatasinya: Sebagian besar kondisi ini bisa diatasi dengan diet tinggi serat dan rendah gula. Meskipun beberapa wanita akan memerlukan suntikan insulin atau obat glyburide.
Kondisi kehamilan berisiko tinggi ini biasanya menghilang setelah melahirkan, tetapi setengah dari wanita hamil dengan diabetes bisa mengembangkan diabetes tipe 2 setelah melahirkan.
4. Plasenta Previa
Foto: babygest.com
Plasenta previa adalah suatu kondisi yang terjadi selama kehamilan akibat plasenta menutupi serviks. Kondisi ini berbahaya selama persalinan, ketika serviks dan rahim membesar bisa menyebabkan pendarahan
Risiko seorang wanita mengalami plasenta previa bisa termasuk hamil kembar, riwayat operasi caesar, aborsi dan usia di atas 40 tahun. Biasanya pendarahan akan terjadi selama trimester kedua atau ketiga kehamilan.
Cara mengatasinya: Jika pendarahannya ringan, dokter mungkin hanya akan memantau kondisi Moms. Dalam 90 persen kasus, plasenta akan bergerak menjauh dari serviks secara alami.
Jika plasenta tetap menghalangi serviks, dokter akan menyarankan istirahat penuh atau rawat inap.
Nah, Moms yang mengalami kondisi kehamilan berisiko tinggi jangan terlalu panik lagi, ya. Sebab, semua ini bisa diatasi, Moms.
(SA/DIN)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.