9 Fakta Seputar Air Ketuban
Banyak pertanyaan ibu hamil tentang fakta air ketuban. Hal yang biasa bila Moms merasa sedikit khawatir dengan berbagai mitos air ketuban yang beredar, terutama jika Moms tidak memahami fakta sebenarnya.
Mitos Air Ketuban
Menurut Dr. Khanisyah Erza Gumilar, SpOG dari Divisi Fetomaternal RSU Dr. Soetomo Surabaya, air ketuban berupa minuman dan hasil kencing sang bayi selama dalam kandungan.
Lalu apa saja mitos dan fakta dari air ketuban yang perlu Moms ketahui? Berikut ini daftarnya,
Mitos 1: Air ketuban tidak pecah terlalu dini
Fakta: Sekitar 10% wanita akan mengalami apa yang dikenal sebagai pecahnya selaput ketuban secara prematur atau premature rupture of membranes (PROM). Ini terjadi ketika kantong ketuban pecah sebelum bayi siap lahir (lebih awal dari 37 minggu).
Mitos 2: Air ketuban pecah tanpa tanda peringatan
Fakta: Jika air ketuban pecah sebelum persalinan dimulai, biasanya akan ada beberapa tanda peringatan, seperti kram ringan yang mirip seperti haid.
Mitos 3: Pecahnya air ketuban dapat dirasakan
Fakta: Keputihan meningkat menjelang akhir kehamilan, dan sumbatan lendir mulai keluar saat serviks mulai matang. Ini bisa disalahartikan dengan air ketuban.
Mitos 4: Persalinan tidak langsung terjadi setelah pecah ketuban
Fakta: Kontraksi bisa dimulai dalam beberapa jam, bahkan mungkin akan mengambil waktu lebih lama dan membuat Moms menunggu selama 12 jam atau lebih. Berapa lama harus menunggu persalinan tergantung pada beberapa faktor, seperti posisi bayi dan prosedur medis.
Baca Juga: Kenali Berbagai Macam Kontraksi pada Ibu Hamil
Mitos 5: Tidak perlu buru-buru ke rumah sakit
Fakta: Segera hubungi dokter atau bidan saat air ketuban pecah. Ini untuk memastikan semua kondisi baik-baik saja dan mengetahui jika ada perubahan yang terjadi. Cobalah beristirahat atau meringkuk di sofa dan menonton film sejenak. Setelah kontraksi reda, lalu pergilah ke rumah sakit.
Mitos 6: Kemungkinan terkena infeksi
Fakta: Kantong ketuban memiliki tujuan selain menahan air ketuban, juga berfungsi sebagai penghalang untuk mencegah infeksi yang bisa menyebabkan komplikasi parah. Jika air ketuban keluar, ada kemungkinan bakteri bisa menyusup. Dokter biasanya menyarankan agar menunggu persalinan setelah istirahat dan kontraksi dimulai, biasanya antara 48 dan 72 jam. Setelah itu, dokter akan merekomendasikan induksi persalinan apabila risiko terkena infeksi meningkat.
Mitos # 7: Kemungkinan mengalami kelahiran kering
Fakta: Teorinya adalah jika air ketuban pecah beberapa hari atau minggu sebelum persalinan dimulai, semua cairan hilang dan bayi akan mengalami kelahiran kering. Namun bayi yang sehat bisa mengisi kantong ketuban dengan sendirinya meski sudah pecah.
Mitos # 8: Mudah membuat air ketuban pecah
Fakta: Paru-paru bayi mencapai titik kematangan tertentu, yang memicu proses kompleks untuk memberitahu tubuh ibu hamil agar segera melahirkan, salah satu tandanya adalah dengan pecahnya ketuban. Sebagian besar wanita dapat melahirkan setelah menggunakan metode induksi alami, itu pun karena tubuh mereka sudah siap pada kondisi prapersalinan.
Mitos # 9: Tidak perlu intervensi setelah pecah air ketuban
Fakta: Terkadang kondisi di mana kontraksi tidak dimulai atau tidak teratur dan cukup kuat untuk melebarkan serviks, membuat peluangnya munculnya infeksi. Infeksi yang timbul bisa menjadi penyebab komplikasi lain, sehingga intervensi dapat dilakukan secara medis untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi.
Bagaimana menurut pendapat Moms tentang mitos air ketuban?
(ROS)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.