Alergi Makanan pada Anak, Ini Cara Mengetesnya!
Alergi makanan pada anak jangan diremehkan, ya.
Ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi dan dapat menyebabkan gangguan yang signifikan pada kesehatan anak.
Melansir dari Hopkins Medicine, alergi makanan adalah respons imun yang berlebihan terhadap protein tertentu dalam makanan, yang dapat menyebabkan reaksi alergi yang beragam.
Mulai dari gejala ringan seperti gatal-gatal dan demam hingga gejala yang lebih serius seperti penurunan tekanan darah dan bahkan kematian.
Anak-anak yang menderita alergi makanan sering kali mengalami gejala yang parah, seperti ruam, demam, dan mual, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari mereka.
Meskipun alergi makanan dapat diatasi dengan menghindari makanan yang mengandung protein alergenik, tetapnya alergi makanan pada anak dapat menyebabkan stres pada orang tua dan memerlukan perawatan medis.
Untuk ciri dan penyebab alergi makanan, berikut penjelasan dr. Agnes Tri Harjaningrum, Sp.A, dokter spesialis anak dari RS Permata Depok.
Baca Juga: Moms Perlu Tahu, Ini 14 Makanan Penghilang Alergi Kulit
Bahan Makanan yang Menyebabkan Alergi
Perlu diketahui, ada beberapa bahan makanan yang dapat menjadi pemicu alergi pada anak.
Dokter Agnes membagi bahan atau zat penyebab alergi tersebut berdasarkan usia anak, berikut penjelasannya:
- Anak di bawah satu tahun: susu sapi, susu kedelai, dan telur.
- Anak yang lebih besar: shellfish seperti kerang, lobster, udang, tiram. dan scallops.
Selain itu, kacang-kacangan juga dapat memicu alergi.
Namun, anak asia cenderung lebih jarang mengalami alergi kacang dibandingkan anak dari negara Eropa, Kanada dan Amerika Serikat.
Melansir dari North West Allergy Network, shellfish dapat menyebabkan alergi pada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka keliru mengidentifikasi protein dalam kerang.
Begitu pun pada kacang-kacangan, reaksi alergi muncul karena sistem kekebalan tubuh menganggap protein kacang sebagai zat berbahaya.
Reaksi ini dipicu oleh produksi antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE), yang menyebabkan pelepasan bahan kimia yang mengakibatkan gejala alergi.
Gejala yang sering muncul di antaranya gatal-gatal, gatal, sakit perut, muntah, dan diare.
Baca Juga: 6 Penyebab Ruam Popok pada Anak, Bisa Karena Alergi dan Lembap!
Cara Mengetahui Penyebab Alergi Makanan pada Anak
Setiap kali anak mengonsumsi makanan yang mengandung zat alegen, Si Kecil umumnya akan mengalami keluhan alergi.
Gejala tersebut seperti gatal-gatal, muntah, diare, napas berbunyi mengi, atau gejala berat seperti sesak napas dan penurunan tekanan darah.
Dokter Agnes menjelaskan, ada berbagai zat alergen yang dapat memicu reaksi alergi tersebut.
Untuk mengenali penyebab alerginya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Berikut penjelasannya:
1. Skin Test atau Uji Cukit Kulit
Terdapat dua jenis uji kulit, yakni perkutaneus atau skin prick test dan tes intradermal.
Skin prick test dilakukan dengan cara menggores sedikit kulit anak dengan sejumlah kecil alergen.
Jika anak memiliki alergi terhadap zat alergen tersebut, benjolan kemerahan akan terbentuk pada permukaan kulit.
Sementara itu, tes intradermal dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil alergen di bawah kulit lengan.
Tes ini sering dilakukan untuk menguji alergi obat seperti penisilin atau menguji alergi terhadap racun serangga.
2. Test Patch
Tes ini dilakukan dengan cara menaruh alergen di atas plester yang kemudian ditempelkan di kulit.
Plester dipasang di lengan atau punggung anak dan dikenakan selama 48 jam. Tes ini bisa dilakukan dengan menggunakan 20 hingga 30 zat alergen.
3. Tes Darah
Pada tes ini, petugas laboratorium akan mengambil sampel darah anak.
Sampel darah tersebut akan diukur dengan antibodi tertentu yang diketahui menyebabkan alergi. Semakin tinggi kadar antibodinya, semakin tinggi kemungkinan alergi.
4. Diet Eliminasi
Pada tes ini, Si Kecil diminta untuk berhenti makan makanan tertentu, seperti susu, seafood, telur, atau kacang dalam periode waktu tertentu, misalnya selama 2 minggu.
Manfaat tes ini untuk mengetahui apakah makanan tersebut merupakan penyebab gejala alergi yang dialami Si Kecil.
Diet eliminasi hanya bisa menguji satu jenis makanan pada satu waktu dan dibutuhkan kesabaran.
Terkadang, diet eliminasi juga menunjukkan hasil yang kurang akurat dan tidak jelas, karena anak juga memakan makanan lain .
5. Food Challenge Test
Food challenge test memiliki dua kegunaan, yaitu menentukan apakah anak memiliki alergi makanan, serta melihat apakah anak sudah tidak lagi mengalami alergi makanan.
Tes ini dilakukan dengan memberi anak makanan tertentu dalam jumlah yang lebih banyak dan memantau reaksinya secara ketat.
Namun, sama seperti diet eliminasi, food challenge test hanya bisa menguji satu alergi makanan pada anak dalam satu waktu.
Baca Juga: 9 Ciri-Ciri Bayi Alergi Susu Sapi dan Cara Mengatasinya
Gejala Alergi Makanan pada Anak
Gejala alergi makanan pada anak bisa sangat beragam, tergantung pada jenis alergen dan kondisi Si Kecil.
"Alergi susu dan kacang yang sering dialami oleh bayi dan batita, gejalanya berupa kolik, ada darah dalam feses tapi anak aktif dan tidak demam, bisa juga berat badan menjadi susah naik," jelas dokter Agnes.
Selain itu, bibir bengkak dan badan memerah juga bisa menjadi pertanda alergi pada anak setelah mengonsumsi walnut.
Sering pilek dan batuk-batuk, muntah, diare, hingga gejala berat lain seperti sulit menelan dan sesak napas juga bisa menjadi gejala lanjutan.
Perlu diketahui, respon alergi makanan pada anak dapat muncul dalam waktu yang berbeda-beda, tergantung pada jenis alergi dan individu.
Pada beberapa kasus, gejala alergi makanan dapat muncul beberapa menit setelah mengonsumsi makanan yang menjadi pemicunya.
Sementara pada kasus lain, gejala dapat muncul beberapa jam atau beberapa hari setelah konsumsi makanan tersebut.
Mengenal Alergi Susu pada Anak
Selain makanan, susu juga bisa jadi penyebab alergi pada anak, Moms. Hal ini juga berlaku pada ASI.
Jika ibu mengonsumsi produk susu sapi dan turunannya, seperti misalnya minum susu sapi, yoghurt, keju, whipping cream, kue, cokelat, atau biskuit, anak pun berisiko alergi.
"Anak akan mengalami gejala alergi dari ASI ibunya," ungkap Dokter Agnes.
Gejala alergi susu sapi dari yang ringan seperti ruam, gatal, bengkak, ada darah di feses, muntah, diare, hingga gejala berat seperti napas berbunyi mengi, sesak napas, syok, dan penurunan kesadaran.
Namun, perlu diketahui bahwa alergi susu berbeda dengan intoleransi susu (laktosa).
Intoleransi susu tidak melibatkan sistem imun Si Kecil.
"Anak dengan intoleransi susu tidak memiliki enzim laktase di dalam tubuhnya yang diperlukan untuk memecah laktosa pada produk susu," menurut penjelasan dokter Agnes.
Alhasil, anak dengan intoleransi laktosa tidak dapat mencerna susu maupun produk turunan susu.
Ketika minum susu, akan muncul gejala seperti mual, kram perut, kembung, dan diare.
Baca Juga: 10+ Tanda Bayi Alergi Makanan MPASI Menurut Dokter Anak
Itulah penjelasan seputar alergi makanan pada anak menurut dokter spesialis.
Dengan mengetahui berbagai penyebab dan gejalanya, Moms dapat mempersiapkan langkah pengobatan yang tepat.
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/food-allergies-in-children
- https://allergynorthwest.nhs.uk/resources/allergy-leaflets/shellfish-allergy/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.