Anak Pertama Harus Laki-Laki?
Dalam beberapa tradisi, kelahiran anak dengan jenis kelamin tertentu lebih diharapkan. Kita sering mendengar bahwa anak pertama berjenis kelamin laki-laki lebih diinginkan daripada anak pertama perempuan.
Terdapat 1.001 macam alasan untuk pengharapan ini, salah satunya adalah karena laki-laki kelak dapat menjadi tiang keluarga dan meneruskan nama keluarga. Hal ini sudah terpatri turun temurun pada generasi sebelum kita, sampai hari ini.
Tak jarang preferensi dan tuntutan ini menjadi momok bagi para calon orangtua. “Bagaimana jika anak pertama kami adalah perempuan?” atau sebaliknya. Dapatkah kita mengatur hal ini agar dapat meluruskan tradisi?
Benar bahwa pada masa sekarang, sudah tersedia teknologi dan trik khusus untuk mengatur jenis kelamin sang jabang bayi sejak dalam kandungan. Sayangnya, penentuan jenis kelamin seorang bayi tetap merupakan hak prerogatif Yang Maha Kuasa. Lalu, bagaimana calon orangtua menyikapi tuntutan tradisi keluarga yang ada?
Pilihan kemudian kembali pada masing-masing calon orang tua. Akan tenggelam dalam keputusasaan karena tidak berhasil menghadirkan apa yang diharapkan tradisi, atau fokus melihat jauh ke depan melalui sudut pandang yang lain.
Selain itu, setelah sang anak sulung tersebut terlahir dengan jenis kelamin yang diharapkan, perjalanan belum selesai.
Perjalanan baru akan dimulai, karena bagian terpenting dari pengasuhan seorang anak adalah tujuan pengasuhan itu sendiri dan bagaimana kita akan mewujudkan hal tersebut. Jadi, sang anak dapat tumbuh dewasa menjadi apa yang diharapkan oleh lingkungannya, termasuk oleh tradisi keluarga.
Jika dikaruniai anak pertama laki-laki, tujuan pengasuhan orang tua bukan hanya keunggulan umum dalam intelektualitas. Diharapkan, si anak laki-laki kelak dapat memenuhi kodratnya sebagai pemimpin keluarga, bertanggung jawab, dan berfungsi dengan baik dalam masyarakat.
Di sisi lain, ia juga perlu memiliki sisi halus dalam dirinya, compassion, serta kelembutan hati di balik ketegasannya. Kekuatan fisik dan maskulinitas dalam dirinya akan disertai dengan tutur dan tata krama yang luhur.
Apabila si anak sulung terlahir sebagai perempuan, harapan yang kurang lebih sama bisa diterapkan kepadanya. Anak perempuan ini akan memenuhi kodratnya menjadi tiang keluarganya kelak, lembut, penyayang, serta dapat menjadi istri dan ibu yang baik.
Di samping itu, ia juga diharapkan memiliki kekuatan hati. Sifat asih dalam dirinya akan disertai dengan keuletan serta keteguhan menghadapi kehidupan.
Hal yang paling utama adalah bagaimana orang tua mengantar manusia muda ini menjadi manusia matang yang berkarakter, yang akan berkontribusi di lingkungannya kelak. Laki-laki dan perempuan mempunyai keunikan masing masing, namun tujuan pengasuhannya sama.
Tumbuh di lingkungan yang optimis dan penuh dukungan terhadap perbedaan tentu akan jauh lebih bermanfaat bagi mereka. Kadang calon orangtua menyibukkan diri mencoba memenuhi tuntutan tradisi keluarga, lalu melupakan tugas utamanya mengawal perjalanan sang anak. Mana yang menjadi prioritas Moms?
(RIS)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.