Bisakah Anak Mengalami Psikosis sebagai Gejala Skizofrenia?
Anak-anak wajar memiliki teman khayalan. Namun, kalau Si Kecil sering berhalusinasi melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada, jangan buru-buru menuduh ia kerasukan, Moms. Bisa jadi ia mengalami psikosis sebagai gejala skizofrenia.
Skizofrenia pada anak (children onset schizophrenia) dan gangguan psikosis lain adalah penyakit medis yang menghasilkan pemikiran, persepsi (penglihatan dan pendengaran), perilaku, dan emosi yang tak wajar.
Hal ini bisa berkembang menjadi kombinasi halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada), delusi (kepercayaan salah yang tidak berdasarkan realita), serta gangguan pikiran dan perilaku yang membuat Si Kecil tidak dapat berfungsi secara normal.
Bisakah anak mengalami psikosis sebagai gejala skizofrenia? Bisa, Moms, meski gejala psikosis biasanya mulai terlihat di usia 20 tahun ke atas.
Namun, menurut lembaga Mentah Health America, kemunculan gejala psikosis sebelum usia 12 tahun sangat langka, yakni kurang dari 1:60 dibanding psikosis yang muncul pada orang dewasa. Selain itu, sulit mengenali skizofrenia di fase awal, terutama pada anak-anak.
Baca Juga: Hati-hati, Flu Bisa Menyebabkan Skizofrenia Pada Janin!
Penyebab Skizofrenia pada Anak
Penyebab skizofrenia pada anak belum diketahui, namun diduga sama dengan skizofrenia pada orang dewasa. Peneliti percaya bahwa kombinasi genetik, zat kimia di otak, dan lingkungan, berkontribusi pada berkembangnya gangguan tersebut.
Selain itu juga belum diketahui mengapa pada sebagian orang skizofrenia muncul sejak anak-anak, sedangkan pada orang lain saat dewasa.
Faktor Risiko Skizofrenia pada Anak
Meski penyebab pasti skizofrenia belum diketahui, beberapa faktor tampak meningkatkan risiko mengalami skizofrenia atau memicu penyakit tersebut. Misalnya:
- Memiliki riwayat keluarga skizofrenia
- Aktivasi sistem imunitas yang meningkat, misalnya karena inflamasi atau penyakit autoimun
- Ayah yang berusia lanjut
- Komplikasi kehamilan atau persalinan, seperti malnutrisi atau terkena racun atau virus yang memengaruhi perkembangan otak
Baca Juga: 5 Efek Skizofrenia pada Kehamilan, Simak di Sini Moms
Gejala Skizofrenia pada Anak
Foto: static.psycom.net
Indikasi paling awal skizofrenia pada anak di antaranya adalah gangguan perkembangan yang terlihat sejak bayi, seperti:
- Keterlambatan keterampilan bahasa
- Keterlambatan motorik kasar dan halus
- Hipotonia (otot tidak keras)
- Koordinasi tubuh yang buruk
- Kesulitan integrasi sensori
- Keterlambatan merangkak atau cara merangkak yang aneh serta keterlambatan berjalan
- Perilaku motorik tidak normal, misalnya mengayunkan tubuh ke depan dan belakang dan mengepakkan kedua tangan seperti bayi (arm flapping)
Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Ketakutan Balita, Simak di Sini!
Psikosis sebagai gejala skizofrenia kemudian terlihat. Misalnya:
- Merasa otak tidak bekerja
- Merasa pikiran atau penglihatan mereka membohongi mereka
- Melihat dan mendengar sesuatu yang tidak nyata
- Mendengar suara mengetuk, mengeklik, atau merasa namanya dipanggil
- Bingung
- Pemikiran dan ide yang aneh dan jelas
- Perubahan emosi yang tak wajar dan tiba-tiba
- Perilaku ganjil
- Peka berlebihan terhadap cahaya, suara, bau, atau sentuhan
- Konsep bahwa orang-orang sedang mencari-cari dia
- Ketakutan atau kecurigaan yang tidak perlu
- Menarik diri
- Sulit berteman
- Sulit berbicara, menulis, fokus, atau melakukan tugas sederhana
- Sulit memusatkan perhatian
- Mudah terdistraksi
- IQ rendah
Perilaku anak dengan skizofrenia bisa berubah perlahan maupun tiba-tiba. Si Kecil mungkin mulai membicarakan ketakutan atau ide yang ganjil.
Mereka jadi menempel ke orang tua atau mengatakan hal yang tidak masuk akal. Anak yang tadinya suka berteman jadi pemalu dan seperti berada di dunianya sendiri.
Jika dibiarkan, skizofrenia pada anak bisa mengakibatkan masalah emosi, perilaku, dan kesehatan yang berat.
Baca Juga: Memahami Gejala dan Penyebab Skizofrenia pada Anak
Sulitnya Mendiagnosis Psikosis sebagai Gejala Skizofrenia pada Anak
Foto: dailymomlinks.com
Anak sering menganggap pikiran mereka nyata dan bersikeras bahwa hal tersebut benar-benar terjadi. Ciri ini mirip halusinasi dan delusi yang menjadi dasar diagnosis psikosis.
Namun, hal tersebut biasa terjadi pada anak yang normal. Selain itu, anak memiliki kemampuan bahasa dan kognisi yang masih berkembang, sehingga menyulitkan diagnosis psikosis pada anak-anak.
Halusinasi dan delusi pun bisa muncul pada kondisi medis atau neurologis lain, bukan hanya pada psikosis sebagai gejala skizofrenia pada anak.
Seperti tertulis dalam jurnal Dialogues in Clinical Neuroscience edisi Juni 2001, karena gejala-gejalanya mirip, sulit membedakan antara skizofrenia anak, bipolar, depresi, bahkan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).
Skizofrenia adalah kondisi kronis yang membutuhkan perawatan seumur hidup. Mengidentifikasi dan memulai treatment skizofrenia anak sedini mungkin lebih baik efeknya untuk jangka panjang.
Jika Moms melihat ada tanda psikosis sebagai gejala skizofrenia pada anak, konsultasikan pada ahlinya.
EMA
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.