Campak pada Orang Dewasa, Apakah Bahaya? Ini Kata Dokter!
Penyakit campak merupakan kondisi yang umum. Namun, bagaimana dengan campak pada orang dewasa?
Campak sering kali dianggap sebagai penyakit anak-anak, tapi ternyata bisa juga diderita oleh orang dewasa, lho!
Kondisi ini disebabkan oleh virus dan dapat menyerang siapa saja yang belum pernah divaksinasi atau memiliki kekebalan yang rendah.
Meskipun gejalanya sering ditemukan pada anak-anak, kasus campak pada orang dewasa juga perlu diperhatikan.
Gejala awalnya mirip dengan flu biasa, seperti demam tinggi, batuk, pilek, dan mata merah.
Namun, gejala campak pada orang dewasa bisa saja berbeda-beda.
Untuk itu, yuk simak penjelasan tentang campak pada orang dewasa menurut penjelasan dokter spesialis penyakit dalam.
Baca Juga: Vaksin Campak: Manfaat, Efek Samping, dan Waktu Pemberian
Penyebab Campak pada Orang Dewasa
Menurut dr. Ihsanul Rajasa, Sp. P. D, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, campak pada orang dewasa juga disebabkan oleh virus.
Campak pada orang dewasa terjadi akibat infeksi virus campak, yang termasuk dalam kelompok paramyxovirus.
Virus ini memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi dan dapat ditularkan melalui droplet yang terhirup.
Penularannya juga bisa melalui kontak langsung dengan sekresi dari hidung atau tenggorokan orang yang terinfeksi.
"Orang dewasa yang belum pernah divaksin atau belum pernah menderita campak memiliki risiko yang lebih tinggi untuk tertular penyakit ini," kata dr. Ihsanul Rajasa.
Terutama, jika tinggal di daerah dengan cakupan vaksinasi rendah atau terpapar oleh seseorang yang terinfeksi.
Namun, setelah terkena virus campak, virus tersebut akan mengalami masa inkubasi.
Masa inkubasi campak adalah periode antara paparan virus pertama kali hingga timbulnya gejala, yang biasanya berlangsung antara 10 hingga 14 hari.
Selama masa ini, virus memperbanyak diri di dalam tubuh tanpa menimbulkan tanda-tanda yang terlihat.
Penting untuk memahami masa inkubasi ini karena individu bisa menyebarkan virus kepada orang lain bahkan sebelum sadar bahwa diri mereka terinfeksi.
Gejala Campak pada Orang Dewasa
Berdasarkan penjelasan dr. Ihsanul Rajasa, gejala campak pada orang dewasa dimulai dari demam.
Lalu, berikut beberapa gejala umum campak pada orang dewasa:
- Demam tinggi yang bisa melebihi 40° Celsius
- Disertai dengan batuk
- Pilek
- Mata merah atau konjungtivitis.
Di tahap awal, pasien mungkin juga merasa lemas dan tidak nyaman.
Beberapa hari kemudian, bercak koplik (bintik-bintik putih kecil dengan dasar merah) muncul di dalam mulut.
Gejala ini kemudian diikuti oleh ruam merah yang mulai timbul di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk leher, lengan, batang tubuh, dan kaki.
Ruam ini biasanya berlangsung selama beberapa hari dan sering menyebabkan gatal.
"Pada orang dewasa, gejalanya bisa lebih parah dibandingkan pada anak-anak, dengan risiko komplikasi serius seperti infeksi paru-paru, selaput otak, atau hati," jelas dr. Ihsanul Rajasa.
Meski gejala campak pada orang dewasa yang ditimbulkan mungkin bisa saja lebih berat, pada dasarnya gejala ini mirip pada anak-anak.
"Gejala campak pada orang dewasa mirip dengan yang dialami anak-anak, tetapi intensitas dan keparahannya cenderung lebih berat pada orang dewasa," lanjut dr. Ihsanul Rajasa.
Anak-anak biasanya mengalami gejala yang lebih ringan, sedangkan orang dewasa lebih rentan terhadap komplikasi serius.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang dewasa dengan gejala campak untuk segera mendapatkan perhatian medis.
Baca Juga: Campak pada Anak: Gejala, Penyebab, hingga Obatnya
Fase Campak pada Orang Dewasa
Pada orang dewasa, penyakit campak umumnya berlangsung sekitar 7-10 hari.
Fase Awal
Fase awalnya ditandai dengan gejala seperti demam tinggi, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang berlangsung sekitar 2-4 hari sebelum munculnya ruam.
Fase Ruam
Ruam kulit biasanya bertahan sekitar 5-6 hari.
Ruam ini disertai dengan demam yang mencapai puncaknya pada hari ketiga atau keempat setelah ruam muncul.
Setelah ruam muncul, barulah mulai berangsur-angsur menurun.
Namun, beberapa gejala seperti batuk dan kelemahan dapat berlanjut selama beberapa minggu setelah ruam hilang.
Perlu diperhatikan bahwa komplikasi dapat memperpanjang waktu pemulihan serta waktu perawatan di rumah sakit.
Nah, setelah campak pada orang dewasa dialami oleh pasien, apakah bisa terkena lagi?
dr. Ihsanul Rajasa menjelaskan saat seseorang terpapar virus penyakit campak ini, maka tubuh akan memproduksi antibodi spesifik terhadap virus campak.
"Jadi, akan tercipta kekebalan yang permanen terhadap virus tersebut. Kekebalan ini mencegah terjadinya infeksi berulang di masa depan," katanya.
Namun, penting untuk memastikan bahwa infeksi pertama yang dialami memang campak, karena beberapa penyakit virus lain memiliki gejala yang serupa.
Maka dari itu, vaksinasi sebagai sarana pencegahan memiliki peranan yang sangat penting dalam terjadinya penyakit campak di masyarakat.
Pengobatan Campak pada Orang Dewasa
Sama seperti pada infeksi virus lainnya, tidak ada terapi khusus untuk menyembuhkan infeksi virus campak.
"Tatalaksana yang diberikan dapat meliputi penanganan tanpa obat (non-farmakologis) maupun dengan obat (farmakologis)," tandas dr. Ihsanul Rajasa.
Pengobatan ini biasanya bersifat mendukung dan bertujuan untuk mengurangi gejala serta mencegah komplikasi.
Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
1. Beristirahat
Sangat penting bagi pasien campak untuk mendapatkan waktu istirahat yang untuk membantu tubuh melawan infeksi virus.
2. Hidrasi
Sebaiknya konsumsi banyak cairan untuk mencegah dehidrasi, terutama jika mengalami demam tinggi ketika campak.
3. Penggunaan obat penurun demam
Obat seperti acetaminophen atau ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi demam dan nyeri akibat campak.
4. Suplementasi Vitamin A
Suplemen vitamin A sering direkomendasikan bagi penderita campak karena dapat membantu mengurangi keparahan penyakit dan komplikasi, terutama pada anak-anak.
5. Perawatan Komplikasi
Jika terjadi komplikasi seperti pneumonia atau ensefalitis (peradangan pada otak yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamu), mungkin perlu perawatan medis yang lebih intensif.
Hal ini termasuk pemberian antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder atau perawatan di rumah sakit.
Baca Juga: Mengenal Kerumut pada Bayi atau Demam Campak
Hal yang Harus Dihindari saat Campak
Untuk memastikan pemulihan yang optimal dan mencegah penyebaran penyakit, ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari saat mengalami campak menurut dr. Ihsanul Rajasa, antara lain:
1. Batasi Kontak Sosial
Hindari kontak dengan orang lain untuk mencegah penyebaran virus. Terutama hindari kontak dengan ibu hamil.
Ibu hamil yang tertular campak dapat berisiko mengalami keguguran atau kelahiran prematur.
Pembatasan kontak sosial ini juga termasuk menghindari tempat umum, sekolah, atau tempat kerja selama periode penularan
2. Perhatikan Gejala Serius
Jangan mengabaikan gejala berat atau komplikasi seperti kesulitan bernapas, nyeri dada, atau perubahan kesadaran.
Segera cari bantuan medis jika mengalami gejala yang mengkhawatirkan
3. Kurangi Paparan Cahaya Terang
Ketika mengalami campak, umumnya mata menjadi merah dan sensitif.
Oleh karena itu, hindari paparan cahaya terang yang dapat memperburuk ketidaknyamanan mata.
4. Jaga Nutrisi dan Hidrasi
Pastikan untuk tetap terhidrasi dan mengonsumsi makanan bergizi untuk mendukung sistem kekebalan tubuh.
5. Hindari Penggunaan Aspirin
Untuk anak-anak dan remaja dengan gejala campak, hindari penggunaan aspirin.
Sebab, dapat meningkatkan risiko sindrom Reye, yakni kondisi serius yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan otak.
Itulah penjelasan tentang campak pada orang dewasa berdasarkan penjelasan dr. Ihsanul Rajasa dokter spesialis penyakit dalam.
Jika Moms merasakan beberapa gejala yang disebutkan di atas, jangan ragu untuk segera mengunjungi dokter.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.