26 Juni 2023

Mengenal PTSD, Masalah Kesehatan Mental Akibat Trauma

Penderita PTSD sering kali mengalami gejala kecemasan yang intens

Pernahkah Moms mendengar istilah Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD?

Jika belum, perlu Moms ketahui bahwa PTSD merupakan kondisi gangguan stres pascatrauma.

Mengutip Mayo Clinic, gangguan stres atau PTSD adalah kondisi yang biasanya dipicu oleh peristiwa menakutkan.

PTSD dapat menyerang orang yang mengalami atau pun yang menyaksikan peristiwa menakutkan tersebut.

Simak penjelasannya lebih lanjut berikut ini, Moms.

Baca Juga: Postpartum Depression, Gangguan Mental setelah Melahirkan

Apa Itu PTSD?

Traumatis
Foto: Traumatis (Freepik.com/@freepik)

Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan mental.

Biasanya berkembang pada orang yang pernah mengalami peristiwa yang mengejutkan, menakutkan, atau berbahaya sehingga akhirnya trauma.

Orang dengan kondisi ini pasti pernah mengalami peristiwa traumatis yang menyebabkan dirinya kesulitan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Hal ini karena gejala-gejala PTSD seperti kilas balik, mimpi buruk, dan kecemasan parah, serta pikiran tak terkendali yang mengganggu kehidupan.

Maka dari itu, jika gejalanya memburuk dan berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, Moms perlu mendapatkan penanganan yang tepat.

Mendapatkan pengobatan yang efektif setelah gejala PTSD berkembang sangat penting untuk mengurangi gejala.

Gejala PTSD

Ilustrasi Depresi
Foto: Ilustrasi Depresi (Freepik.com/thongden_studio)

Dikutip dari American Psychiatric Assosiation, gejala PTSD terbagi dalam empat kategori.

Gejala khusus dapat bervariasi berdasarkan tingkat keparahannya, berikut gejalanya:

1. Intrusi

Intrusi merupakan pikiran yang mengganggu seperti ingatan yang berulang dan tidak disengaja.

Meliputi mimpi yang menyedihkan atau kilas balik dari peristiwa traumatis.

Kilas balik mungkin begitu jelas sehingga orang merasa bahwa mereka sedang menjalani kembali pengalaman traumatis.

Bisa juga seperti melihatnya di depan mata mereka.

2. Melakukan Penghindaran

Penghindaran yang dimaksud di sini ialah menghindari pengingat peristiwa traumatis.

Hal ini dapat mencakup menghindari orang, tempat, aktivitas, objek, dan situasi yang dapat memicu ingatan menyedihkan.

Penderitanya mungkin akan mencoba menghindari untuk mengingat atau memikirkan tentang peristiwa traumatis.

Mereka juga mungkin menolak membicarakan apa yang terjadi atau bagaimana perasaan mereka tentang hal itu.

Baca Juga: 5 Cara Meditasi yang Benar untuk Meningkatkan Fokus, Mudah Kok!

3. Perubahan dalam Suasana Hati

Gejala PTSD lainnya, meliputi ketidakmampuan untuk mengingat aspek-aspek penting dari peristiwa traumatis.

Selain itu, mereka juga memiliki perasaan negatif yang mengarah pada keyakinan yang terus-menerus dan menyimpang tentang diri sendiri atau orang lain.

Misalnya, melabeli dirinya dengan istilah "Saya buruk," atau "Tidak ada yang bisa dipercaya".

Selain itu, gejala lainnya juga termasuk adanya pemikiran yang menyimpang tentang penyebab atau konsekuensi dari peristiwa yang mengarah pada menyalahkan diri sendiri atau orang lain.

Mulai dari merasa ketakutan, kengerian, kemarahan, rasa bersalah, atau malu yang terus-menerus.

Seseorang yang mengalami PTSD juga dapat kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.

Selain itu, ia juga dapat merasa terasing dari orang lain, atau tidak mampu mengeluarkan emosi positif (kehampaan kebahagiaan atau kepuasan).

4. Perubahan dalam Gairah dan Reaktivitas

Gejala gairah dan reaktif yang menandakan PTSD mungkin termasuk:

  • Mudah tersinggung dan marah.
  • Berperilaku sembrono atau dengan cara yang merusak diri sendiri.
  • Terlalu waspada terhadap lingkungan seseorang dengan cara yang mencurigakan.
  • Mudah terkejut.
  • Kesulitan berkonsentrasi atau tidur.

Banyak orang yang terpapar peristiwa traumatis mengalami gejala yang serupa dengan yang dijelaskan di atas pada hari-hari setelah peristiwa tersebut.

Namun, dokter akan mendiagnosis PTSD hanya jika gejala berlangsung selama lebih dari sebulan dan menyebabkan tekanan atau masalah yang signifikan pada aktivitas sehari-hari individu tersebut.

Baca Juga: Mengenal Gangguan Bipolar: Ciri, Jenis, Penyebab, dan Cara Pengobatannya

Banyak orang mengalami gejala tertentu dalam waktu 3 bulan setelah trauma.

Namun, gejala dapat muncul kemudian dan sering kali bertahan selama berbulan-bulan dan terkadang bertahun-tahun.

Jenis gangguan ini sering terjadi dengan kondisi terkait lainnya, seperti depresi, penggunaan zat, masalah memori, dan masalah kesehatan fisik dan mental lainnya.

Orang yang Berisiko Mengalami PTSD

Ilustrasi Perempuan Stres
Foto: Ilustrasi Perempuan Stres (Freepik.com/cookies_studio)

Sebenarnya, siapa pun dapat mengalami PTSD.

Entah itu orang dewasa, anak-anak, dan orang-orang yang pernah mengalami serangan fisik atau seksual, pelecehan, kecelakaan, bencana, atau peristiwa serius lainnya.

Menurut Pusat Nasional PTSD yang dilansir dari laman Psychiatry, sekitar 7 atau 8 dari setiap 100 orang akan mengalami PTSD pada suatu saat dalam hidup mereka.

Namun, wanita lebih mungkin mengalami kondisi ini daripada pria, dan gen mungkin membuat beberapa orang lebih mungkin memicu gangguan ini daripada yang lain.

Perlu Moms ketahui juga bahwa tidak semua penderitanya pernah mengalami peristiwa berbahaya.

Beberapa orang mungkin akan mengalami kondisi ini setelah teman atau anggota keluarga mereka mengalami bahaya.

Kematian mendadak dan tak terduga dari orang yang dicintai juga dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan ini.

Cara Mengatasi PTSD

Seseorang yang mengalami kondisi ini sering kali bergumul dengan gejala kecemasan yang intens.

Untuk mengatasi gejala-gejala kecemasan yang kuat itu, penderita PTSD juga mungkin menggunakan cara-cara yang tidak sehat, seperti konsumsi alkohol atau bahkan narkoba.

Padahal ada sejumlah cara yang jauh lebih baik sehat untuk membantu mengatasi gejala kecemasan orang dengan PTSD.

Sejumlah cara mudah ini mampu menurunkan intensitas kecemasan hingga akhirnya dapat ditoleransi.

Berikut cara mengatasi PTSD:

1. Menarik Napas yang Dalam

Cara mengatasi PTSD yang pertama adalah bernapas dalam-dalam.

Teknik relaksasi melalui napas dalam bisa menjadi cara sederhana untuk bantu atasi segala stres termasuk PTSD.

Mungkin terdengar konyol, tetapi banyak orang yang ternyata tidak bernapas dengan benar.

Pernapasan alami melibatkan diafragma dan otot besar di perut.

Saat kita bernapas, perut akan mengembang. Saat mengeluarkan napas, perut rasanya seperti jatuh.

Baca Juga: Gangguan Tidur karena Stres, Apa Penyebabnya?

Seiring waktu, tidak sedikit dari kita yang tampaknya lupa bagaimana bernapas dengan cara ini.

Sebagai gantinya, kita menggunakan dada dan bahu.

Ini menyebabkan napas menjadi pendek dan dangkal, yang dapat meningkatkan stres dan kecemasan.

Namun, tidak pernah ada kata terlambat untuk mempelajari kembali cara bernapas yang benar.

Karena cara bernapas yang tepat membantu melindungi diri dari stres.

Praktikkan latihan sederhana ini untuk meningkatkan pernapasan dan mengatasi kecemasan ya.

2. Belajar Menenangkan Diri Lewat Meditasi

Meditasi
Foto: Meditasi (Freepik.com/drobotdean)

Cara mengatasi PTSD yang selanjutnya adalah meditasi.

Ketika sedang mengalami kecemasan, penting untuk memiliki cara mengatasi perasaan itu.

Misalnya, dengan mencari dukungan sosial dari orang terdekat untuk meningkatkan suasana hati.

Namun, kecemasan yang terkait dengan gejala PTSD kadang-kadang dapat terjadi secara tak terduga dan dukungan sosial dari teman atau pasangan mungkin tidak tersedia saat itu.

Karena itu, penting untuk mempelajari strategi untuk mengatasi kecemasan yang dapat dilakukan sendiri.

Strategi yang difokuskan yaitu peningkatan suasana hati dan mengurangi kecemasan adalah dengan cara menenangkan diri.

Cara menenangkan diri ini bisa dengan meditasi dan teknik relaksasi berbasis kesadaran.

Kedua aktivitas ini telah terbukti mampu membantu mengelola berbagai gangguan termasuk PTSD.

3. Mengekspresikan Perasaan dengan Menulis

Menulis Jurnal
Foto: Menulis Jurnal (Freepik.com/katemangostar)

Cara mengatasi PTSD yang selanjutnya adalah menulis.

Menggunakan jurnal untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, bisa menjadi cara yang baik untuk mengatasi kecemasan.

Menulis dengan ekspresif telah terbukti mampu meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis.

Berkenaan dengan PTSD pada khususnya, menulis dengan ekspresif memiliki sejumlah manfaat untuk memulihkan kondisi.

Selain itu, kegiatan ini juga bisa mengurangi gejala PTSD, yakni ketegangan dan amarah.

Baca Juga: Ajak Anak Belajar Menulis dengan 9 Cara menyenangkan Ini Yuk!

4. Mencari Pengalih Perhatian atau Distraksi

Cara mengatasi PTSD yang selanjutnya adalah mencari pengalih perhatian.

Penggunaan teknik pengalih perhatian bermanfaat dalam mengatasi emosi yang kuat atau perasaan yang tidak nyaman, seperti kecemasan dan ketakutan.

Mencari distraksi adalah segala sesuatu yang kita lakukan untuk sementara waktu mengalihkan perhatian dari emosi negatif yang terlalu mendominasi.

Karena itu, dengan mengalihkan perhatian untuk sementara waktu, kita dapat mengelola perasaan dan emosi jadi lebih terkendali.

5. Memanfaatkan Aromaterapi

Lilin Aromaterapi
Foto: Lilin Aromaterapi (Orami Photo Stocks)

Cara mengatasi PTSD yang selanjutnya adalah memanfaatkan aromaterapi.

Sebuah studi menemukan bahwa minyak atsiri jeruk ternyata efektif dalam mengurangi gejala stres kronis dan kecemasan yang terkait dengan PTSD.

Namun, penelitian ini hanya dilakukan pada tikus, dan efek ini belum dapat direplikasi dalam kelompok.

Namun, beberapa orang yang didiagnosis dengan kondisi ini mengatakan bahwa aromaterapi dapat menjadi strategi relaksasi yang bermanfaat dan efektif dalam menurunkan tingkat stres.

Penulis dan mantan perwira Polisi Thames Valley David Kinchin, yang didiagnosis menderita PTSD pada 1990-an, juga menyebutkan efek aromaterapi yang menyejukkan di salah satu bukunya.

Menurut Kinchin, aromaterapi bisa jadi bagian penyembuhan dan terapi pencegahan stres yang berkelanjutan.

Ini juga memberikan kesenangan melalui indra peraba, penciuman, dan penglihatan.

6. Terapi Seni

Cara mengatasi PTSD yang selanjutnya adalah terapi seni.

Dalam jurnal yang diterbitkan National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine, terapi seni terbukti efektif untuk mengatasi PTSD.

Pasien PTSD yang menjalani terapi tersebut menunjukkan perkembangan yang sangat baik.

Mereka merasa lebih rileks, mampu menuangkan ingatan dan emosi ke dalam karya, pikiran akan pengalaman traumatis berkurang, dan lebih percaya diri.

Jenis terapi PTSD yang kerap diterapkan selama beberapa tahun terakhir adalah terapi seni.

Dipimpin oleh para spesialis yang dilatih untuk bekerja dengan orang-orang yang telah mengalami situasi traumatis.

Jenis terapi ini bertujuan untuk membantu individu mengeluarkan emosi mereka.

Tak hanya itu, terapi ini juga sebagai sarana belajar untuk mengatasi ingatan menyedihkan melalui seni, seperti melukis atau memahat.

Baca Juga: 13+ Cara Self Healing, Pemulihan Menyehatkan Mental Setelah Trauma

Sebuah studi kasus menunjukkan bagaimana terapi seni dapat membantu individu yang didiagnosis dengan PTSD dan cedera otak traumatis, dalam mengatasi gejala kecemasan.

Hal terpenting, jika Moms atau keluarga mengalami PTSD, jangan malu atau takut untuk berkonsultasi ke psikiater.

  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/post-traumatic-stress-disorder/symptoms-causes/syc-20355967
  • https://www.psychiatry.org/patients-families/ptsd/what-is-ptsd
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30111254/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.