09 January 2025

8 Dampak Memukul Anak terhadap Psikis dan Tumbuh Kembangnya

Anak bisa merasa rendah diri dan sulit bersosialisasi
placeholder
Artikel ditulis oleh Gea Yustika
Disunting oleh Gea Yustika

Dampak memukul anak ternyata lebih besar dari yang mungkin Moms bayangkan.

Beberapa orang tua menggunakan cara ini untuk mendisiplinkan anak ketika mereka tidak menuruti perkataan atau melakukan kesalahan.

Namun, meskipun Moms meminta maaf setelahnya, kebiasaan ini dapat meninggalkan luka psikologis yang memengaruhi anak hingga ia dewasa.

Agar Moms lebih memahami risikonya, berikut ini ulasan lengkap tentang dampak memukul anak, termasuk bagaimana pandangan hukum dan agama mengenai tindakan ini. Jangan lewatkan informasinya, ya, Moms!

Dampak Memukul Anak

Bahaya Memukul Anak (Shutterstock.com)
Foto: Bahaya Memukul Anak (Shutterstock.com)

Melansir studi di Pediatrics Journal, penelitian menyelidiki hubungan antara hukuman fisik dan kondisi anak.

Beberapa bentuk hukuman fisik yang dimaksud, misalnya:

  • Mendorong
  • Meraih
  • Menampar
  • Memukul
  • Gangguan mental Axis I dan II

Sebagai catatan, penelitian ini meniadakan faktor kekerasan yang lebih parah, seperti:

  • Pelecehan fisik
  • Pelecehan seksual
  • Pelecehan emosional
  • Penelantaran
  • Pengabaian emosional

Hasilnya disebutkan bahwa hukuman fisik keras tanpa adanya perlakuan buruk terhadap anak berhubungan dengan:

  • Gangguan suasana hati
  • Gangguan kecemasan
  • Penyalahgunaan zat/ketergantungan
  • Gangguan kepribadian pada sampel populasi umum

Selain kemungkinan di atas, dampak dari memukul anak secara rinci dan lengkap adalah sebagai berikut:

1. Anak Tidak Memiliki Kendali Atas Dirinya

Anak harus bisa mengendalikan sendiri tubuhnya.

Sangat penting untuk mengajarkan anak mengenai hubungan yang sehat dan penuh rasa hormat.

Pemahaman anak terhadap hal ini akan sangat dipengaruhi oleh hubungan orang tua dengannya.

Bila orang tua sering memukul anak, maka itu artinya orang tua mengambil kendali atas tubuh anak tanpa persetujuannya.

ADVERTISEMENT

hijack-massilia

Tanpa disadari Moms dan Dads sedang mengajarkan kepada anak kalau persetujuan bukanlah hal yang penting.

2. Anak Mengalami Trauma

Mengutip The American Academy of Pediatric, trauma dapat terjadi akibat Moms sering memarahi dan memukul anak.

Dalam istilah medis, kondisi ini disebut dengan post-traumatic stress disorder (PTSD).

Jika mengalami PTSD, anak akan mengalami beberapa gejala seperti:

  • Susah tidur
  • Mudah marah dan meledak-ledak
  • Konsentrasi menurun
  • Daya ingat terganggu
  • Mudah terkejut
  • Sering melamun
  • Selalu merasa curiga dan ketakutan

3. Anak Tumbuh Menjadi Agresif

Meski terlihat efektif dalam mendisiplinkan anak, cara memarahi dan memukul anak justru berdampak pada masalah perilaku mereka untuk jangka panjang.

Dilansir dari studi yang dikutip Healthy Children, hukuman fisik dan verbal yang diberikan para orang tua, akan membentuk anak memiliki perilaku agresif saat dewasa.

Tidak ada perbedaan khusus jika disiplin keras tersebut dilakukan oleh ayah atau ibu.

Studi menemukan hasil yang sama terkait masalah perilaku menjadi lebih buruk.

4. Mengubah Cara Otak Mereka Berkembang

Teknik pengasuhan yang keras seperti membentak dan memukul anak benar-benar dapat mengubah cara otak anak berkembang.

Ini disebabkan, karena manusia umumnya memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh daripada yang baik. Hal ini dibuktikan dalam studi Monitor on Psychology.

Studi ini membandingkan pemindaian MRI otak orang-orang dengan riwayat pelecehan verbal di masa kanak-kanak dengan pemindaian mereka yang tidak memiliki riwayat tersebut.

Hasilnya, mereka menemukan perbedaan fisik yang mencolok di bagian otak yang berperan untuk memproses suara dan bahasa.

Baca Juga: 7 Trauma Masa Kecil yang Akan Membayangi Anak Hingga Dewasa Nanti

5. Anak Sulit Belajar

Tidak hanya pada balita, penurunan kinerja otak juga dapat terjadi akibat memukul anak di usia sekolah. Akibatnya, ia menjadi sulit memahami pelajaran.

Menurut studi Human Brain Mapping, memukul anak dapat mengurangi gray matter yaitu jaringan penghubung abu-abu pada otak yang merupakan bagian penting untuk belajar.

Selain itu, akibat sering dipukul dan dimarahi, anak menjadi sulit mengembangkan diri. Ini karena ia takut mencoba hal-hal yang baru dan khawatir berbuat salah.

6. Menurunkan Kepercayaan Diri

Sering memukul anak akan menimbulkan rasa sakit secara fisik, walau mungkin akan segera sembuh.

Tetapi rasa sakit secara emosional akan tetap bersamanya hingga dirinya dewasa.

Ia akan merasa buruk tentang dirinya sendiri dan hal tersebut dapat memengaruhi harga diri dan kepercayaan dirinya.

Semakin banyak Moms memukulnya, semakin dia akan melakukan kesalahan, yang pada akhirnya akan membuatnya merasa tidak berguna.

Bayangan kekerasan yang dirasakan anak juga akan membuat mereka merasa takut setiap kali hendak melakukan sesuatu.

7. Sulit Memercayai Orang Lain

Pengalaman dipukul oleh orang tua, yang seharusnya menjadi sosok pelindung dan sumber rasa aman bagi anak, dapat memberikan dampak mendalam pada kemampuan anak untuk memercayai orang lain.

Ketika anak merasakan sakit, baik secara fisik maupun emosional, dari orang yang mereka harapkan memberikan cinta dan perlindungan, rasa percaya mereka terhadap orang di sekitarnya dapat terkikis.

Hal ini membuat anak cenderung merasa waspada atau ragu untuk membuka diri kepada orang lain, termasuk teman, guru, atau anggota keluarga lainnya.

Mereka mungkin takut bahwa orang lain juga akan melukai mereka, baik secara fisik maupun emosional. Akibatnya, anak dapat kesulitan menjalin hubungan yang sehat dan harmonis di masa depan.

8. Berisiko Kematian

Jika Moms sering memukul anak, bukan tidak mungkin ini menjadi sebuah tindakan untuk melupakan emosi.

Bahkan, kekerasan pada anak juga tidak bisa dihindari bila Moms terlalu sering memberikan hukuman berupa pukulan.

Pada sebagian kasus, orang tua melakukan kekerasan pada anak hingga nyawanya meregang.

Emosi yang tidak terkendali menyebabkan hal ini terjadi. Akibat anak dipukul terlalu keras, risiko kematian pun dapat mengintainya.

Pandangan Hukum Terkait Memukul Anak

Ilustrasi Kasar Terhadap Anak (Istock.com)
Foto: Ilustrasi Kasar Terhadap Anak (Istock.com)

Memukul anak tentu dapat menjadi sebuah tindak pidana bila Moms melakukannya berlebihan, terlalu sering, dan sudah menyakiti anak secara fisik dan mental.

Pasal yang menjerat pelaku kekerasan pada anak diatur khusus dalam Pasal 76C UU 35 Tahun 2014 yang berbunyi:

"Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak."

Selain itu, UU ini juga menyatakan setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

  • Diskriminasi
  • Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual
  • Penelantaran
  • Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan
  • Ketidakadilan
  • Perlakuan salah lainnya

Sementara, sanksi pidana bagi orang atau pelaku kekerasan/peganiayaan yang melanggar pasal di atas ditentukan dalam Pasal 80 UU 35 Tahun 2014:

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72 juta.

Menurut yurisprudensi, yang dimaksud dengan kata penganiayaan yaitu sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit, atau luka.

Contoh “rasa sakit” tersebut misalnya diakibatkan mencubit anak, mendepak, memukul, menempeleng, dan sebagainya.

Baca Juga: Karakter Anak: Perkembangan, Jenis, dan Cara Mengasahnya

Pandangan Islam tentang Memukul Anak

Ilustrasi Memukul Anak (Istock.com)
Foto: Ilustrasi Memukul Anak (Istock.com)

Menurut pandangan Islam, memukul anak pun bukan hal yang dibenarkan.

Sebagai orangtua harus mendidik dan membesarkan anak dengan penuh kasih sayang agar nantinya anak pun tumbuh menjadi sosok yang penyayang terhadap orang lain.

Terdapat hadis tentang memukul anak, yang berbunyi:

"Ajarilah anak kalian mengerjakan sholat ketika berumur 7 tahun, dan pukullah ia jika telah mencapai 10 tahun jika ia mengabaikannya" (HR Abu Daud, Al-Tirmidzi, Al-Baihaqi, Al-Hakim dan Ibn Khuzaimah).

Hadis di atas menerangkan, memukul anak baru diizinkan saat mereka berusia 10 tahun.

Hal itu pun boleh dilakukan jika anak melakukan pelanggaran aturan prinsip, yaitu sholat.

Sebab, sholat merupakan hal wajib yang harus dilakukan umat muslim dan pada usia 10 tahun anak sudah akan memasuki usia baligh.

Walaupun demikian, sebelum diberi hukuman fisik, anak juga diberi kesempatan terlebih dahulu.

Seperti dalam hadis yang disebutkan sebelumnya, ada jeda waktu 3 tahun untuk anak belajar sholat.

Nabi Muhammad SAW juga menekankan kalau harus memukul berupa peringatan, tak boleh dalam keadaan penuh emosi tak terkontrol.

Hal ini dikarenakan dengan kondisi tersebut kita bisa lebih sangat parah untuk memukul, sedangkan energi banyak terfokus pada bagaimana meluapkan emosi yang ada.

Alternatif Mendisplinkan Anak yang Lebih Positif

Anak dan Orang Tua
Foto: Anak dan Orang Tua (Orami Photo Stock)

Sebagai pengganti memukul, ada banyak alternatif yang lebih positif dan efektif untuk mengajarkan batasan sekaligus membangun hubungan yang lebih sehat antara orang tua dan anak.

Yuk, simak beberapa metode berikut!

1. Komunikasi yang Jelas dan Tegas

Berbicaralah dengan anak menggunakan bahasa yang mudah dipahami untuk menjelaskan kesalahan mereka. Sampaikan harapan Moms dengan nada yang tenang namun tegas tanpa menggunakan ancaman.

2. Konsekuensi Logis

Berikan konsekuensi yang relevan dengan tindakan mereka. Misalnya, jika anak sengaja menumpahkan mainannya, ajak mereka untuk membersihkannya sendiri agar memahami tanggung jawab.

3. Penguatan Perilaku Positif

Puji atau beri penghargaan kecil saat anak menunjukkan perilaku yang baik. Hal ini mendorong mereka untuk terus berperilaku positif tanpa merasa tertekan.

4. Metode Time-Out

Jika anak menunjukkan perilaku buruk, beri mereka waktu untuk tenang dengan duduk di tempat tertentu selama beberapa menit. Ini memberi mereka kesempatan untuk merenungkan tindakan mereka.

5. Memberikan Pilihan

Ajarkan anak untuk bertanggung jawab dengan memberikan pilihan.

Contohnya, "Kamu mau membereskan mainan sekarang atau setelah makan?" Pilihan ini membantu anak merasa dihargai tanpa merasa dipaksa.

6. Role Model yang Baik

Tunjukkan perilaku yang Moms ingin anak tiru. Anak cenderung belajar dari tindakan Moms, jadi bersikaplah sabar, penuh kasih, dan konsisten.

7. Cerita atau Dongeng dengan Pesan Moral

Gunakan cerita untuk menjelaskan konsekuensi dari perilaku tertentu. Ini cara yang kreatif dan menyenangkan untuk mengajarkan nilai-nilai tanpa membuat anak merasa dipojokkan.

Cara Mengatasi Kebiasaan Memukul Anak

Ilustrasi Memukul Anak (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Memukul Anak (Orami Photo Stock)

Mengatasi kebiasaan memukul anak membutuhkan kesadaran dan upaya konsisten dari orang tua.

Kebiasaan ini bukan hanya berdampak buruk pada anak, tetapi juga mencerminkan pola asuh yang perlu diperbaiki.

Dengan langkah-langkah yang tepat, Moms dapat menciptakan hubungan yang lebih positif dan mendidik anak tanpa menggunakan kekerasan.

1. Sadari Dampak Negatifnya

Pahami bahwa memukul anak dapat merusak hubungan emosional, menurunkan rasa percaya diri, dan meningkatkan risiko gangguan psikologis pada anak. Kesadaran ini menjadi langkah awal untuk berhenti.

2. Kelola Emosi dengan Baik

Saat merasa marah atau frustrasi, ambil waktu sejenak untuk tenang. Tarik napas dalam-dalam, minum segelas air, atau keluar dari situasi sebelum bereaksi secara impulsif.

3. Gunakan Metode Disiplin Alternatif

Terapkan cara-cara positif untuk mendidik anak, seperti memberi konsekuensi logis, menerapkan time-out, atau memperkuat perilaku baik melalui pujian.

4. Pelajari Pola Asuh yang Lebih Baik

Ikuti kursus parenting, baca buku, atau bergabung dengan komunitas yang mendukung pola asuh positif. Semakin banyak Moms belajar, semakin mudah meninggalkan kebiasaan memukul.

5. Mintalah Dukungan Pasangan atau Keluarga

Komunikasikan niat Moms untuk berhenti memukul anak kepada pasangan atau anggota keluarga lain. Dukungan mereka bisa membantu Moms menjaga konsistensi.

6. Ingat Tujuan Jangka Panjang

Fokus pada tujuan mendidik anak agar tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan penuh kasih. Kekerasan hanya akan merusak proses tersebut.

7. Konsultasi dengan Ahli

Jika sulit mengendalikan kebiasaan ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor keluarga untuk mendapatkan bimbingan lebih lanjut.

Baca Juga: 8 Cara Mengatasi Anak Nakal dan Manja, Jangan Dimarahi!

Setelah tahu dampak dan hukumnya mengenai memukul anak, diharapkan Moms bisa memahami cara mendidik anak tanpa perlu kekerasan fisik, ya.

Semoga informasi ini bermanfaat, ya, Moms!

  • https://www.healthychildren.org/English/family-life/family-dynamics/communication-discipline/Pages/Where-We-Stand-Spanking.aspx
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22753561/
  • https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/discipline/smacking#:~:text=Third%2C%20physical%20punishment%20like%20smacking,challenging%20behaviour%2C%20anxiety%20or%20depression.
  • https://www.parentalquestions.com/effects-of-slapping-a-child-in-the-face/
  • https://www.apa.org/monitor/2012/04/spanking
  • https://www.ucl.ac.uk/news/2021/jan/smacking-young-children-has-long-lasting-effects
  • https://pih.kemlu.go.id/files/UUNo23tahun2003PERLINDUNGANANAK.pdf
  • https://parenting.dream.co.id/ibu-dan-anak/memukul-anak-untuk-mendisiplinkan-apa-hukumnya-dalam-islam-180702v.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


ADVERTISEMENT

advertisement

FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.