Dialisis atau Cuci Darah, Prosedur untuk Penderita Penyakit Ginjal
Dilansir dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, cuci darah atau dialisis adalah prosedur yang dilakukan untuk menggantikan fungsi ginjal.
Selain itu, dialisis dapat membantu menyeimbangkan kadar mineral dalam darah, termasuk kalium, natrium, dan kalsium.
Ginjal merupakan sepasang organ yang berada di bawah tulang rusuk bagian belakang.
Organ kecil ini memiliki fungsi yang sangat penting, seperti menyaring zat sisa metabolisme, mengatur keseimbangan cairan tubuh, hingga mengatur tekanan darah.
Jika sudah rusak, akan berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Baca Juga: Waspada 6 Tanda Ginjal Bermasalah sebelum Terlambat!
Prosedur Dialisis yang Umum Dilakukan
Ada dua jenis metode cuci darah yang umum dilakukan, yaitu hemodialisis dan dialisis peritoneal.
Keduanya diperuntukkan bagi penderita sakit ginjal akibat cedera atau kecelakaan, serta penderita gagal ginjal kronis.
Berikut ini penjelasan kedua prosedur tersebut:
1. Hemodialisis
Hemodialisis dilakukan dengan memindahkan darah dari tubuh ke mesin.
Tujuannya untuk membersihkan darah dari segala macam limbah dan kotoran.
Dengan kata lain, mesin tersebut adalah ginjal buatan yang menggantikan peran ginjal sesungguhnya di dalam tubuh.
Setelah proses pembersihan tersebut, darah kembali dialirkan ke dalam tubuh.
Dalam kasus yang parah, pasien perlu melakukan prosedur ini beberapa kali dalam seminggu.
Dalam satu sesi cuci darah, prosesnya membutuhkan waktu selama 2,5-4,5 jam.
Selama proses berlangsung, tim medis akan terus memeriksa tekanan darah.
Tujuannya untuk memastikan volume darah yang keluar dan masuk ke dalam tubuh sudah tepat.
2. Dialisis Peritoneal
Prosedur cuci darah selanjutnya dilakukan melalui lapisan peritoneum pada perut.
Peritoneum memiliki banyak jaringan pembuluh darah yang berperan sebagai filter alami.
Dilansir dari National Kidney Foundation, prosedur ini dilakukan dengan menempatkan kateter di bagian perut dekat pusat dengan teknik sayatan atau operasi kecil.
Kemudian, cairan pembersih steril dimasukkan ke dalam perut melalui kateter tersebut.
Cairan tersebut berfungsi untuk memisahkan zat sisa metabolisme.
Kemudian, dialirkan melalui larutan tersebut ke luar tubuh.
Setelah penuh, kandung yang berisi larutan perlu diganti dengan yang baru.
Proses pergantian tersebut dapat dilakukan manual atau menggunakan mesin.
Ketimbang hemodialisis, prosedur ini lebih banyak dipilih karena dinilai praktis dan dapat dilakukan di mana saja.
Kekurangannya adalah, masing-masing penderita harus bertanggung jawab atas kebersihan rongga perut dan kateter.
Tujuannya agar tidak terjadi infeksi.
Cuci darah peritoneal sendiri dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
Prosedur ini tidak membutuhkan mesin khusus, dan dilakukan 3-5 kali sehari selama 30-40 menit.
2. Continuous Cyclic Peritoneal Dialysis (CCPD)
Prosedur ini dilakukan dengan mesin khusus otomatis, bahkan saat pasien tertidur.
3. Intermittent Peritoneal Dialysis (IPD)
Prosedur ini dilakukan dengan mesin khusus otomatis
Meski dapat dilakukan di rumah, prosedur ini umum dilakukan di rumah sakit.
Baca Juga: 13 Cara Menjaga Kesehatan Ginjal, dari Minum Air Putih hingga Hindari Rokok
Begini Prosedur Dialisis Dilakukan
Prosedur cuci darah tidak serta merta langsung dilakukan.
Diperlukan beberapa proses pemeriksaan sebelumnya.
Umumnya dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan fisik, seperti detak jantung per menit, suhu tubuh pasien, tekanan darah, frekuensi pernapasan per menit, juga berat badan.
Jika dinilai baik, prosedur cuci darah bisa langsung dilakukan.
Berikut ini beberapa langkah melakukan prosedur hemodialisis:
- Dokter melakukan operasi untuk memasang akses di area pembuluh darah di tangan. Tujuannya adalah menyatukan pembuluh darah arteri dan vena.
- Akses tersebut kemudian dihubungkan dengan mesin yang akan melakukan hemodialisis.
- Mesin tersebut kemudian akan menyerap darah, lalu menyaringnya pada larutan steril. Tujuannya adalah membuang zat sisa dan cairan berlebih dari dalam darah.
- Setelah bersih, darah kemudian dikembalikan ke dalam tubuh pasien. Pasien bisa kembali melakukan aktivitasnya.
Baca Juga: Catat! Ini 5 Makanan Penyebab Gagal Ginjal yang Perlu Dihindari
Hal yang Perlu Diperhatikan Selama Prosedur Dialisis
Pasien umumnya akan mengalami sejumlah kondisi, seperti mual dan kram perut ketika cairan berlebih ditarik dari tubuh.
Jika merasa kurang nyaman, pasien dapat meminta tim medis untuk mengatur kecepatan cuci darah.
Selain itu, tim medis akan merubah dosis obat atau cairan hemodialisis guna mengurangi rasa tidak nyaman yang dirasakan.
Tim medis akan terus memantau tekanan darah dan denyut jantung selama prosedur berlangsung.
Selama proses berlangsung, pasien harus selalu memberikan informasi pada tim medis terkait keluhan yang dirasakan.
Dengan sejumlah informasi tersebut, tim medis akan membuat catatan untuk melakukan pemantauan.
Jika bosan berbaring, Moms juga diizinkan untuk tidur, membaca, atau melakukan aktivitas apa pun di tempat tidur.
Setelah prosedurnya selesai, tim medis akan menimbang berat badan.
Tujuannya untuk mengetahui apakah tubuh kekurangan atau kelebihan cairan pasca prosedur dilakukan.
Baca Juga: Bisa Menimbulkan Sakit yang Hebat, Ini Jenis dan Pengobatan Batu Ginjal
Pemeriksaan Rutin setelah Melakukan Prosedur
Setelah selesai, proses pengobatan tidak berhenti sampai di situ saja.
Dokter akan melakukan pemeriksaan yang rutin, sebulan sekali. Tujuannya adalah memantau fungsi ginjal.
Berikut ini beberapa pemeriksaan yang dilakukan:
1. Tes Rasio Reduksi Urea (URR)
Bertujuan untuk melihat apakah hemodialisis berhasil membuang limbah keseluruhan dari dalam tubuh.
2. Tes Kimia Darah
Bertujuan untuk melihat seberapa banyak kadar zat kimia yang berada di dalam darah.
3. Tes Hitung Sel Darah
Bertujuan untuk melihat perubahan jumlah sel darah, yang menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan tertentu.
Langkah untuk Meminimalisir Dampak
Setiap prosedur kesehatan yang dilakukan, memiliki dampaknya masing-masing.
Untuk meminimalisir dampak yang muncul, lakukan hal berikut ini:
1. Konsumsi Makanan Sehat Bergizi Seimbang
Makan sehat bukan hanya meningkatkan manfaat cuci darah, tapi kesehatan pasien secara menyeluruh.
2. Menjaga Asupan Cairan dan Mineral Tubuh
Asupan cairan, sodium, protein, kalium, juga fosfor perlu dijaga dengan baik.
Tanyakan pada dokter untuk mengetahui seberapa banyak yang dibutuhkan tubuh.
3. Konsumsi Obat yang Diresepkan Dokter
Jangan sekali-kali melewatkan waktu konsumsi, agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan.
4. Beritahu Keluhan yang Dialami
Jika memiliki keluhan, bicarakan dengan tim medis, sekalipun itu adalah gejala ringan.
Baca Juga: 3 Tanda Ginjal Sehat dan Cara Menjaganya, Wajib Tahu!
Dampak Telat Melakukan Dialisis
Bagi penderita penyakit ginjal kronis, prosedur dialisis menjadi hal wajib yang harus dilakukan.
Jika tidak, tentu dapat menimbulkan masalah serius yang menyangkut dengan nyawa.
Berikut ini beberapa hal yang akan terjadi saat telat melakukan prosedur cuci darah:
- Peningkatan kadar urea dan kreatinin dalam tubuh, karena penumpukan zat sisa metabolisme.
- Muncul gejala sesak napas akibat darah tidak mampu menyaring dengan baik.
- Melemahnya fungsi ginjal secara perlahan, seiring dengan berjalannya waktu.
- Banyak sel dan jaringan dalam tubuh yang rusak dan mati akibat tidak dapat bekerja tanpa bantuan ginjal.
- Risiko gagal jantung semakin tinggi akibat kadar kalium yang melonjak dalam tubuh.
Kematian menjadi hal paling berbahaya yang bisa saja terjadi akibat telat melakukan prosedur cuci darah.
Jadi, jangan sampai diabaikan ya, Moms.
Perhatikan jadwalnya, dan selalu beritahu keluhan sebelum, selama, serta pasca prosedur dilakukan.
- https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/kidney-failure/hemodialysis
- https://www.kidney.org/atoz/content/peritoneal
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.