Mengenal Disposable Income: Definisi, Fungsi, dan Cara Menghitungnya
Disposable income adalah salah satu istilah yang wajib untuk diketahui.
Memahami konsep disposable income ini berguna untuk mengatur keuangan pribadi nantinya.
Selain itu, untuk para pebisnis, pengetahuan tentang istilah ini juga penting karena ia bertalian erat dengan produksi dan tenaga kerja.
Yuk, pahami definisi dari disposable income, fungsi serta cara untuk menghitungnya!
Baca Juga: 5 Trik Mengatur Keuangan Rumah Tangga dengan Satu Gaji
Definisi Disposable Income
Disposable income adalah pendapatan pribadi yang bisa dihitung setelah total pendapatan dikurangi pajak langsung.
Pajak biasanya telah ditetapkan oleh pemerintah, seperti:
- Jaminan hari tua (JHT)
- Jaminan pensiun (JP)
- BPJS Kesehatan
- PKB (Pajak Kendaraan Bermotor)
- PPh (Pajak Penghasilan)
- PBB (Pajak Bumi Bangunan)
Selisihnya ini adalah pendapatan yang nantinya bisa dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa, serta sebagian menjadi tabungan dan investasi.
Umumnya, besar kecilnya disposable income ini menjadi penentu daya beli seseorang, kemampuan mereka menabung, bahkan kesejahteraan hidup.
Semakin besar pendapatan bebas pajak seseorang, maka semakin banyak juga kebutuhan dan keinginan yang dapat dipenuhi.
Baca Juga: Mau Tahu Caranya Negosiasi buat Naik Gaji?
Mengapa Disposable Income adalah Hal Penting?
Foto: Orami Photo Stock
Disposable income nyatanya punya peran yang cukup penting dalam perekonomian negara atau untuk perorangan.
Berikut ini beberapa fungsi dari disposable income:
1. Sebagai Tolak Ukur Kebijakan Perusahaan
Sama seperti Moms sebagai perorangan, perusahaan juga merupakan entitas yang wajib membayar pajak secara rutin.
Apabila tingkat disposable income tinggi, maka bisnis tersebut bisa membeli lebih banyak peralatan dan bahan baku, menambah karyawan, dan melakukan ekspansi usaha.
Jika tingkat disposable income rendah, ditambah lagi adanya penurunan daya beli, maka perusahaan akan mengurangi produksinya.
Ini pun bisa berimbas pada nasib para pekerjanya.
2. Memperhitungkan Mekanisme Pasar
Disposable income adalah salah satu penentu daya atau kemampuan seseorang untuk membeli.
Jika tidak mampu membeli lebih banyak produk, maka permintaan pun berkurang.
Hasilnya, perusahaan jadi perlu untuk mengurangi produksi, merampingkan jumlah karyawan dengan tujuan mengurangi pengeluaran.
Oleh karena itu, disposable income rata-rata masyarakat juga akan menjadi bahan pertimbangan penting untuk mengelola perusahaan.
Hal ini karena mereka berkaitan dengan kebijakan yang harus diambil.
3. Mengukur Kesehatan Finansial Seseorang
Finansial yang sehat ini bisa dilihat dari adanya dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, pengeluaran yang tak terduga, dan tabungan masa depan.
Tujuan menghitung disposable income adalah untuk mengetahui apakah kondisi keuangan sedang sehat atau tidak.
Lantas, Apa yang Memengaruhi Besar Kecilnya Disposable Income?
Disposable income adalah pendapatan bersih yang dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni:
1. Pajak Langsung
Pajak langsung ini bisa terdiri atas PPh, PKB, dan PBB.
Karena merupakan pengurang penghasilan, maka jika tarif yang ditetapkan pemerintah turun, akibatnya disposable income bisa meningkat.
Dengan demikian, Moms bisa membeli lebih banyak barang maupun jasa.
2. Total Penghasilan Kotor
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi disposable income adalah jumlah penghasilan yang diterima.
Semakin tinggi gaji bulanan, maka berpeluang untuk memperoleh pendapatan bersih lebih banyak.
Namun ini hanya terjadi jika nominal jumlah pajak yang ditanggung tidak ikut meningkat.
Pada sebagian orang, kenaikan penghasilan juga nyatanya akan membuat jumlah PPh ikut meningkat.
Dengan demikian, disposable income mereka pun sama saja.
3. Kondisi Ekonomi dan Politik
Faktor yang tak kalah menentukan besar kecilnya disposable income adalah kondisi ekonomi dan politik di negara tersebut. Saat terjadi resesi, umumnya pemerintah akan mengurangi tarif pajak.
Pada fase ini, maka penghasilan bersih tentu bisa lebih tinggi dibanding biasanya.
Demikian pula saat kondisi ekonomi makmur sehingga meningkatkan pendapatan dan daya beli rumah tangga.
Dampaknya, kondisi perusahaan semakin membaik, harga saham meningkat, dan masyarakat bisa mendapat capital gain yang lebih besar lagi.
Baca Juga: Gaji Istri Lebih Besar dari Suami. Apakah Kondisi Ini Akan Membuat Suami Menjadi Rendah Diri?
Beda Disposable Income dan Discretionary Income
Foto: Orami Photo Stock
Saat menerima penghasilan, membayar wajib pajak, dan mengeluarkan biaya lainnya, maka uang sisa dari berbagai pengeluaran itu disebut disposable income.
Namun, sisa uang ini juga ada yang tidak bisa disebut dengan disposable income.
Sebab, sisa uang tersebut mempunyai risiko keuangan yang menjadi suatu keperluan dasar yang mesti dibayar nantinya.
Tak hanya itu, sisa uang itu juga akan disisihkan, yang mana hal tersebut lebih dikenal dengan discretionary income.
Jadi, discretionary income adalah sisa uang yang bisa digunakan untuk hobi atau kegiatan menyenangkan lainnya.
Ini tanpa membebani pengeluaran karena mereka sudah bisa terpenuhi.
Baca Juga: Ini 4 Zodiak yang Pintar Mengatur Keuangan
Cara Menghitung Disposable Income
Rumus untuk menghitung disposable income ini sangat sederhana, yakni:
Disposable income = Penghasilan Tahunan – (Pajak Langsung + pengurangan lain)
Penjelasan rumusnya:
- Disposable income dalam hal ini adalah suatu sisa pendapatan yang diperoleh setelah mengurangi pajak langsung dan juga tanggungan lainnya.
- Pendapatan tahunan kotor ini adalah semua pendapatan yang diterima dalam kurun waktu satu tahun.
- Pajak langsung dan pengurangan lainnya berarti suatu pajak yang harus dibayar setiap tahun.
Penghasilan tahunan ini adalah penghasilan kotor yang diperoleh selama satu tahun.
Sedangkan pengurangan lain meliputi iuran wajib seperti BPJS kesehatan.
Adapun contoh cara menghitung disposable income adalah sebagai berikut.
Moms menerima gaji kotor sebesar Rp120 juta per tahun, dengan penghasilan bulanan Rp 10 juta.
Pada bulan ini, terdapat kewajiban pembayaran pajak kendaraan sebesar Rp2 juta.
Selain itu, ada iuran BPJS sebesar Rp150 ribu.
Karena terdapat kewajiban pajak bulanan, maka gunakan penghasilan per bulan ke dalam perhitungan.
Dengan demikian, perhitungan disposable income adalah:
Disposable income
= Penghasilan – (Pajak Langsung + pengurangan lain)
= Rp10 juta - (Rp2 juta + Rp150 ribu)
= Rp7.850.000
Baca Juga: Boros dan Sulit Menabung? Ini Cara Mengatur Gaji 2 Juta!
Cara Mengelola Disposable Income dengan Baik
Foto: Orami Photo Stock
Dengan memahami cara mengelola disposable income yang baik, maka bisa merencanakan kondisi keuangan yang lebih sehat.
Nah, berikut ini tips agar mampu mengelola disposable income dengan baik:
1. Buat Prioritas Pengeluaran
Cara mengelola disposable income yang baik pertama adalah dengan membuat daftar kebutuhan pokok yang dimiliki setiap bulannya.
Moms harus memasukkan dahulu kebutuhan pokok, seperti makanan, susu bayi, uang sewa apartemen, cicilan rumah atau sebagainya.
Jika masih memiliki uang sisa, ada baiknya untuk berinvestasi atau membeli barang yang benar-benar dibutuhkan inginkan.
Dengan begini, maka penggunaan disposable income akan lebih teratur.
2. Atur Biaya dengan Baik
Langkah selanjutnya setelah menemukan disposable income adalah membuat alokasi keuangan untuk setiap kebutuhan.
Moms harus memastikan untuk membagi dana secara proporsional dan adil.
Misalnya 40 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk membayar cicilan atau hutang, 20 persen untuk rekreasi dan 10 persen untuk tabungan.
Itulah yang dimaksud dengan disposable income.
Dengan mengetahuinya, maka diharapkan jadi lebih baik lagi dalam mengatur keuangan agar memiliki kondisi finansial yang sehat.
- https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowledge/economics/disposable-income/
- https://accurate.id/akuntansi/disposable-income-adalah/
- https://www.investopedia.com/terms/d/disposableincome.asp
- https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/18/disposable-income-adalah
- https://www.thebalance.com/what-is-disposable-income-4156858
- https://kamus.tokopedia.com/d/disposable-income/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.