10 Agustus 2022

Epidural Hematoma, Kondisi Darah Mengumpul di Antara Tulang Tengkorak dan Lapisan Duramater

EDH bisa menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani

Epidural Hematoma adalah kondisi ketika darah masuk dan kemudian berkumpul di antara tengkorak dan lapisan yang menyelimuti otak, atau disebut dura.

"Dalam epidural hematoma, darah masuk dan menumpuk pada ruang yang ada di antara tulang tengkorak dan lapisan yang menyelimuti otak. Lapisan yang menyelimuti otak ini disebut dengan dura," jelas dr. Bambang Tri Prasetyo, Sp.S, FINS Dokter Spesialis Saraf RS Pondok Indah – Pondok Indah.

Melansir dari Cleveland Clinic, setiap manusia memiliki otak yang terdiri dari 3 lapisan atau penutup membran yang disebut meninges dan terletak di antara tulang tengkorak dan jaringan otak.

Tujuan dari meningen adalah untuk menutupi dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang dan dura sendiri merupakan meningen bagian terluar.

Epidural hematoma atau disingkat EDH biasanya terjadi di tempat benturan atau karena cedera kepala yang menyebabkan keretakan tulang tengkorak, lho Moms.

"Perdarahan ekstradural yang biasanya terjadi pada tempat benturan (coup), berkaitan dengan fraktur tulang tengkorak dan mengakibatkan robekan arteri/vena meningea media atau dural sinus venosus," kata dr. Bambang.

Kondisi ini bisa mengakibatkan tekanan di kepala dan berujung menekan otak. Bahkan jika tidak segera ditangani, bisa mengakibatkan kerusakan otak permanen hingga berujung kematian.

Yuk, Mom simak selengkapnya tentang kondisi yang memengaruhi otak, di sini!

Baca Juga: Jadi Penyakit Darurat Global, Apakah Sudah Ada Obat Cacar Monyet?

Penyebab Epidural Hematoma

epidural hematoma
Foto: epidural hematoma (Medicalnewstoday.com)

Foto: Ilustrasi Cedera Kepala (Orami Photo Stock)

Nah, seperti yang sudah disinggung di atas, epidural hematoma bisa terjadi akibat cedera kepala sekaligus keretakan tulang tengkorak.

Masih berdasarkan Cleveland Clinic, sebanyak 75 persen kasus EDH terjadi karena fraktur tengkorak yang merobek arteri meningea, bahkan merupakan sumber pendarahan paling umum.

Hal ini senada dengan penjelasan dr. Bambang "Masuknya darah ke ruang tersebut biasanya disebabkan oleh benturan atau trauma kepala yang menimbulkan keretakan tulang tengkorak, robeknya lapisan dura, atau pembuluh darah otak di daerah temporal tempurung kepala," jelasnya.

Terkadang, pendarahan EDH bisa terjadi karena pendarahan dari vena. Berikut penyebab yang bukan berasal dari cedera kepala.

  • Infeksi atau abses.
  • Koagulopati, kondisi ketika darah tidak menggumpal seperti biasanya
  • Tumor hemoragik atau tumor yang menyebabkan pendarahan
  • Malformasi vaskular, seperti malformasi arteriovenosa dan malformasi kavernosa.

Baca Juga: Cara Meningkatkan Saturasi Oksigen, Salah Satunya Berlatih Pernapasan!

Sementara, epidural hematoma tulang belakang paling sering terjadi akibat pendarahan spontan yang berasal dari vena dan disebabkan oleh koagulopati atau penipisan darah berlebihan akibat mengonsumsi obat antikoagulan.

Ini penyebab EDH lainnya.

  • Fraktur pada tulang khususnya di tulang belakang
  • Pungsi lumbal, atau prosedur yang dilakukan untuk mengambil cairan serebrospinal untuk mendiagnosis meningitis dan lain-lain
  • Anestesi epidural atau anestesi lokal
  • Malformasi arteriovenosa tulang belakang atau kelainan vaskular lainnya
  • Tumor tulang belakang
  • Kehamilan.

Baca Juga: Cedera Kepala: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan yang Tepat

Gejala Epidural Hematoma

gejala epidural hematoma
Foto: gejala epidural hematoma (sportsafect)

Foto: Ilustrasi Gejala EDH (Orami Photo Stock)

Gejala EDH tergantung dari tingkat keparahannya. Gejala dapat muncul dalam hitungan menit atau beberapa jam setelah benturan terjadi.

"Gejala pada epidural hematoma bisa dirasakan beberapa menit hingga 6 jam setelah terjadinya trauma/benturan kepala. Gejala yang muncul biasanya akan berbeda-beda pada setiap orang," kata dr. Bambang.

Menurut dr. Bambang, gejala yang paling umum muncul berupa:

"Secara klinis menyebabkan gejala yang dinamakan “interval lucid”. Kondisi ini adalah pemulihan kesadaran sementara diikuti penurunan kesadaran kembali akibat meluasnya hematoma. Hal ini terjadi pada 10-75 persen kasus epidural hematoma," tambah dr. Bambang.

Sementara, jika EDH tidak ditangani dan pendarahan berlanjut, tekanan di otak akan meningkat dan gejala bisa lebih buruk. Jika sudah mencapai titik ini, gejalanya bisa berupa:

  • Masalah pernapasan
  • Hilangnya fungsi otak
  • Koma
  • Kematian.

Jadi, kondisi ini jangan disepelekan, ya Moms karena bisa menyebabkan kematian sekaligus merupakan kondisi yang cukup darurat yang harus segera mendapatakn perawatan.

"Epidural hematoma berbahaya, karena dapat menyebabkan kematian," kata dr. Bambang.

Baca Juga: Mengenal Anestesi Epidural: Prosedur, Manfaat, dan Efek Sampingnya

Perbedaan Epidural Hematoma dan Subdural Hematoma

perbedaan epidural hematoma dan subdural hematoma
Foto: perbedaan epidural hematoma dan subdural hematoma

Foto: Ilustrasi Memegang Kepala (Orami Photo Stock)

Meskipun keduanya terdengar mirip, keduanya merupakan kondisi yang berbeda, ya Moms. Pengobatannya sendiri tentunya juga akan berbeda.

Namun kondisi keduanya didasarkan dan disebabkan oleh perdarahan pada otak yang biasanya diakibatkan karena cedera atau kecelakaan.

Perbedaan utamanya terdapat pada lokasi perdarahan yang terjadi dan juga perkembangan gejala yang mungkin ditimbulkan.

"Gejala pada epidural hematoma dapat muncul segera setelah peristiwa atau hingga 6 jam setelah terapi. Sedangkan gejala pada subdural hematoma banyak terjadi beberapa minggu setelah kejadian terjadi," jelas dr. Bambang.

Jadi, selain dari letak perdarahannya yang berbeda, kedua kondisi ini juga bisa dibedakan dari durasi munculnya gejala, ya Moms.

Baca Juga: Hematoma: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatan

Pengobatan Epidural Hematoma

epidural hematoma
Foto: epidural hematoma

Foto: Ilustrasi CT Scan (Orami Photo Stock)

Sama seperti gejala, tentunya pengobatan EDH juga tergantung dari tingkat keparahannya, ya Moms.

Pengobatannya dapat dibedakan berdasarkan tingkat sakit kepala yang parah, penurunan fungsi otak, kondisi hematoma yang besar atau kecil.

1. Operasi

Operasi merupakan penanganan pertama dari EDH. Operasi bertujuan untuk mengurangi tekanan di dalam otak dan membantu darah untuk mengalir sehingga tidak menumpuk di satu bagian.

Operasi ini dinamai sebagai kraniotomi, yaitu dengan membuka atau mengeluarkan sepotong tengkorak guna mengeluarkan bekuan darah dan menghentikan pendarahan hingga tekanan berkurang.

2. Perawatan

Pendarahan otak kecil yang tidak menyebabkan tekanan pada otak dan hanya menimbulkan gejala ringan, bisa diobati tanpa operasi.

Perawatan ini tentunya dilakukan dengan pemantauan dokter seperti latihan fisik di rumah, terapi bicara, mengganti gaya hidup dengan tidak mengonsumi alkohol, hingga istirahat yang cukup.

Biasanya dokter juga akan memantau kondisi bagian otak dengan pemindaian CT berulang untuk memastikan EDH sembuh.

3. Obat-Obatan

Setelah operasi, dokter akan meresepkan obat untuk mengurangi peradangan dan tekanan di dalam otak. Sementara, bisa juga diberikan infus manitol guna mengurangi tekanan darah di otak.

Obat antikejang juga bisa diberikan oleh dokter untuk meredakan atau mencegah kejang akibat cedera kepala.

Itu dia Moms informasi seputar epidural hematoma mulai dari penyebab, gejala, hingga pengobatan!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518982/
  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22034-epidural-hematoma#diagnosis-and-tests
  • https://www.healthline.com/health/epidural-hematoma#treatment
  • https://medlineplus.gov/ency/article/001412.htm

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.