Mengenal Episkleritis, Peradangan yang Sebabkan Mata Merah dan Berair
Kondisi mata merah tidak selalu disebabkan oleh kelilipan atau paparan polusi. Mata merah dapat menjadi gejala episkleritis.
Kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya.
Akan tetapi, kondisi ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Moms perlu mengetahui penyebab, gejala, dan cara mengatasi episkleritis. Mari simak ulasan berikut ini.
Apa itu Episkleritis?
Foto: mata merah episkleritis (freepik.com)
Episkleritis adalah peradangan pada episklera. Episklera merupakan jaringan lapisan tipis bening yang terletak di atas bagian putih bola mata (sklera).
Episklera juga berfungsi sebagai bagian mata yang menampung jaringan tipis pembuluh darah.
Ketika pembuluh darah kecil di episklera mengalami iritasi atau peradangan, bagian putih mata akan berwarna kemerahan.
Biasanya, kondisi peradangan ini hanya dialami oleh satu mata. Namun, pada beberapa kasus, kondisi ini juga dapat menyerang kedua bola mata.
Gejala Episkleritis
Foto: gejala mata merah (Orami Photo Stock)
Gejala episkleritis yang khas adalah kemerahan pada satu atau kedua mata. Ada 2 jenis episkleritis yang perlu diketahui:
- Episkleritis sederhana. Ditandai dengan kemerahan di satu bagian mata atau di seluruh mata yang disertai rasa tidak nyaman.
- Episkleritis Nodular. Ditandai dengan adanya sedikit benjolan dan dikelilingi oleh pembuluh darah yang melebar. Biasanya benjolan muncul di satu area mata dan menyebabkan ketidaknyamanan.
Meskipun episkleritis sederhana dan nodular berbeda, keduanya memiliki banyak persamaan gejala, termasuk:
- Mata jadi berair.
- Jadi lebih peka terhadap cahaya terang.
- Muncul sensasi panas atau berpasir di mata.
Gejala-gejala ini biasanya tidak memengaruhi kemampuan dalam melihat suatu objek. Terkadang, gejalanya dapat timbul dan hilang selama beberapa minggu hingga bulan.
Baca Juga: 5 Ciri Mata Sehat dan Cara Menjaga Kesehatan Secara Alami, Yuk Lakukan agar Penglihatan Jernih!
Penyebab Episkleritis
Foto: penyebab mata merah (Orami Photo Stock)
Pada kebanyakan kasus, tidak diketahui pasti penyebab episkleritis. Akan tetapi, peradangan pada episklera ini rentan dialami oleh orang dengan kondisi gangguan sistemik, seperti:
- Arthritis rheumatoid.
- Penyakit radang usus.
- Lupus.
- Penyakit Crohn.
- Encok.
- Rosacea.
- Penyakit pembuluh darah kolagen.
Mengonsumsi obat-obatan, seperti topiramate dan pamidronate atau pernah mengalami cedera di sekitar mata juga dapat meningkatkan risiko peradangan pada episklera.
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko episkleritis, di antaranya:
- Jenis kelamin. Kondisi peradangan pada episklera lebih sering dialami oleh wanita daripada pria.
- Usia. Kondisi ini dapat dialami siapa saja, termasuk anak-anak. Tetapi, episkleritis paling sering terjadi pada orang dewasa yang berusia antara 40 - 50 tahun.
- Infeksi. Infeksi bakteri, jamur, atau virus tertentu dapat menjadi penyebab episkleritis. Pada beberapa kasus, virus varicella penyebab herpes zoster juga dapat menyebabkan peradangan di episklera.
- Kanker. Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, episkleritis telah dikaitkan dengan leukemia sel T dan limfoma Hodgkin.
Baca Juga: 9 Jenis Penyakit Mata, Dari yang Ringan hingga Parah!
Sering Disalahpahami sebagai Konjungtivitis atau Skleritis
Foto: menggosok mata (Orami Photo Stock)
Kondisi mata merah juga sering diduga sebagai konjungtivitis. Namun, episkleritis dan konjungtivitis memiliki perbedaan definisi serta gejala.
Konjungtivitis adalah peradangan mata, tepatnya di bagian mata konjungtiva. Konjungtiva merupakan lapisan transparan yang letaknya ada di sklera (bagian putih mata) dan kelopak mata.
Pada kondisi konjungtivitis, kemungkinan mata akan berwarna kemerahan disertai keluar cairan kental. Sedangkan pada peradangan episklera, tidak terdapat cairan kental yang keluar dari mata.
Selain itu, episkleritis juga sering diduga sebagai skleritis. Skleritis ditandai dengan peradangan yang menyebabkan bagian putih mata menjadi kemerahan.
Menurut Review of Optometry tahun 2017, kondisi skleritis umumnya memengaruhi jaringan mata yang lebih dalam, seperti selubung dural dan arachnoid dari saraf optik.
Peradangan yang terjadi di area tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan di mata dan penurunan ketajaman visual.
Sementara itu, episkleritis biasanya tidak menyebabkan rasa sakit yang signifikan dan tidak mengakibatkan penurunan ketajaman mata saat melihat.
Baca Juga: Mengenal Congenital Ptosis, Gangguan Mata Kecil Sebelah
Cara Mendiagnosis Episkleritis
Foto: periksa ke dokter mata (Orami Photo Stock)
Untuk mendiagnosis kondisi peradangan mata ini, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat kesehatan.
Kasus episkleritis umumnya akan membaik dengan sendirinya. Apabila peradangan pada episklera terjadi berulang, perlu dilakukan pemeriksaan untuk melihat adanya gangguan sistemik pada tubuh.
Jika dokter mencurigai adanya gangguan sistemik pada tubuh, dapat dilakukan pemeriksaan antibodi antinuklear, tes faktor risiko rheumatoid, kadar asam urat serum, dan tes lainnya.
Orang dengan gangguan sistemik berisiko mengalami episkleritis nodular dengan kekambuhan berulang yang lebih parah.
Pengobatan dan Pencegahan
Foto: obat tetes mata (Orami Photo Stock)
Dilansir dari Healthline, episkleritis umumnya dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Akan tetapi, dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis mata.
Dokter mata dapat memberikan pengobatan dan anjuran perawatan agar mempercepat proses pemulihan.
Pada umumnya, dokter akan memberikan obat topikal (oles) atau tetes untuk mengatasi peradangan di mata, seperti:
- Salep atau obat tetes mata kortikosteroid.
- Obat tetes mata air mata buatan.
- Memberikan kompres dingin ke atas mata yang tertutup.
Apabila peradangan terus berlanjut, dokter dapat memberikan dosis dan frekuensi penggunaan obat steroid topikal yang lebih tinggi.
Sementara itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah gejala episkleritis semakin parah, yaitu:
- Memberikan kompres dingin ke atas mata yang tertutup.
- Menghindari paparan sinar matahari langsung.
- Memakai kacamata hitam di luar pada siang hari.
Baca Juga: 10 Penyebab Mata Sayu dan Cara Mengatasinya, Cari Tahu, Yuk Moms!
Komplikasi yang Dapat Terjadi
Foto: mata lelah (Orami Photo Stock)
Episkleritis berulang yang terjadi dalam kurun waktu tahunan dapat menyebabkan penipisan sklera dalam derajat atau tingkat keparahan yang ringan.
Komplikasi umumnya lebih berisiko terjadi pada orang yang berulang kali menggunakan pengobatan steroid topikal jangka panjang.
Hal ini dapat menyebabkan katarak, hipertensi okular, dan glaukoma akibat penggunaan steroid topikal.
Episkleritis merupakan kondisi atau gangguan mata yang ringan. Namun, jika terjadi terus menerus, hal itu bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan lain yang mendasari.
Pemeriksaan darah mungkin juga perlu dilakukan untuk menemukan penyebab pasti gangguan dan peradangan pada episklera mata.
Itulah Moms penjelasan mengenai episkleritis, jika mata merah berlangsung dalam waktu lama dan tidak kunjung membaik, segera periksa ke dokter, ya!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534796/
- https://www.msdmanuals.com/home/eye-disorders/conjunctival-and-scleral-disorders/episcleritis
- https://patient.info/doctor/episcleritis-and-scleritis-pro
- https://eyewiki.aao.org/Episcleritis
- https://www.healthline.com/health/episcleritis#outlook
- https://www.reviewofoptometry.com/article/ro1117-a-red-eye-scleritis-or-episcleritis#footnotes
- https://www.allaboutvision.com/conditions/episcleritis/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.