11 Oktober 2022

Gangguan Depresi Mayor: Gejala, Faktor Risiko, Penyebab, dan Pengobatan

Tanda-tanda depresi bisa dikenal dari tingkah dan sikap kita sehari-hari

Gangguan depresi mayor merupakan satu hal yang lekat di telinga dan mungkin terjadi pada orang-orang di sekitar kita.

Dilansir American Psychiatric Association, depresi adalah kondisi serius yang mempengaruhi mental.

Kondisi ini ditandai dengan hal-hal negatif terkait perasaan, cara berpikir, perilaku, dan tindakan.

"Depresi adalah perasaan putus asa yang meresap secara konsisten, serta merasa rendah diri," jelas Victoria Fisher, psikoterapis dan pekerja sosial klinis berlisensi dengan pengalaman mendiagnosis depresi.

Agar tidak salah kaprah, kenali tanda depresi berat serta cara pengobatannya.

Cek selengkapnya di bawah ini, ya, Moms!

Baca Juga: Menyelami Gangguan Kesehatan Mental pada Ibu Pascamelahirkan

Mengenal Depresi Mayor

Ilustrasi Depresi
Foto: Ilustrasi Depresi (Orami Photo Stocks)

Gangguan depresi mayor menyebabkan seseorang kehilangan minat pada aktivitas yang pernah disukai.

Hal ini berbahaya, karena dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik.

Untuk sebagian orang, depresi mayor dapat menurunkan kemampuan untuk secara efektif 'berfungsi' di tempat kerja dan di rumah.

Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebanyak 7,6% orang di atas usia 12 mengalami depresi dalam periode 2 minggu.

Sementara itu, menurut World Health Organization (WHO), depresi adalah penyakit paling umum di seluruh dunia dan penyebab utama kecacatan.

Lembaga tersebut memperkirakan bahwa 350 juta orang terkena depresi, secara global dan menyeluruh.

Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Kecemasan Sosial saat Pandemi!

Penyebab Depresi Mayor

Obat Penenang Depresi
Foto: Obat Penenang Depresi (Pixabay.com)

Tidak diketahui dengan pasti penyebab gangguan depresi mayor (psikotik).

Namun, seperti halnya gangguan mental lain, risiko dari kondisi ini bisa meningkat apabila terdapat hal-hal sebagai berikut:

1. Perbedaan Biologis

Orang yang menderita gangguan depresi mayor tampaknya memiliki perubahan fisik di otak mereka.

Signifikansi dari perubahan ini masih belum pasti, tetapi pada akhirnya dapat membantu menentukan penyebabnya.

2. Bahan Kimia Otak

Neurotransmitter adalah bahan kimia otak yang muncul secara alami, dan kemungkinan berperan dalam gangguan depresi mayor.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan fungsi dan efek neurotransmitter ini berperan dalam menjaga stabilitas suasana hati.

Pada akhirnya, ini dapat memainkan peran penting dalam depresi dan perawatannya.

3. Hormon

Perubahan keseimbangan hormon tubuh juga bisa menyebabkan dan memicu gangguan depresi mayor.

Perubahan hormon dapat terjadi dalam kehamilan dan beberapa minggu setelah melahirkan (postpartum).

Tak hanya itu, perubahan hormon juga meliputi masalah tiroid, menopause, atau sejumlah kondisi lainnya.

4. Sifat Bawaan

Gangguan depresi mayor lebih sering terjadi pada orang yang kerabat darahnya juga mengalami kondisi ini.

Para peneliti mencoba menemukan genetik yang mungkin terlibat dalam menyebabkan depresi.

Baca Juga: Chlorpromazine, Obat untuk Atasi Gangguan Mental

Faktor-Faktor Risiko Depresi

Pengaruh Depresi Postpartum
Foto: Pengaruh Depresi Postpartum (Psychlopaedia.org)

Gangguan depresi mayor dapat memengaruhi siapa pun, bahkan orang yang tampaknya hidup dalam keadaan yang relatif ideal dan baik-baik saja.

Beberapa faktor dapat berperan dalam depresi:

  • Biokimia: perbedaan bahan kimia tertentu di otak dapat berkontribusi pada gejala depresi.
  • Genetika: depresi dapat terjadi dalam keluarga. Sebagai contoh, jika satu kembar identik mengalami depresi, yang lain memiliki kemungkinan 70 persen untuk menderita suatu penyakit dalam kehidupan.
  • Kepribadian: orang-orang yang kurang percaya diri, yang mudah diliputi oleh stres, atau yang umumnya pesimistis tampaknya lebih mungkin mengalami depresi.
  • Faktor lingkungan: paparan terus menerus terhadap kekerasan, pengabaian, pelecehan atau kemiskinan dapat membuat beberapa orang lebih rentan terhadap depresi.

Cobalah untuk mengenali setiap tanda dan tahapan depresi ketika termasuk dalam faktor-faktor tersebut.

Baca Juga: Serba-serbi Toxic People, Ciri-Ciri hingga Cara Menghadapinya

Tanda dan Gejala Depresi

Ilustrasi Depresi
Foto: Ilustrasi Depresi (Freepik.com/thongden_studio)

Banyak dari gejala gangguan depresi mayor yang terlihat sama, atau setidaknya sangat mirip.

Dengan mengenali gejala depresi ini, akan sangat membantu seseorang untuk bisa segera mengatasinya.

"Melihat tanda-tanda peringatan dini dari depresi, memungkinkan kita menghadapinya secara langsung dengan mencari pengobatan atau dukungan untuk membuat kita pulih," kata Victoria Fisher.

Berikut ini tanda dan tahap gangguan depresi mayor yang bisa kita temukan.

1. Waktu Tidur Terganggu

Perubahan waktu tidur adalah gejala pertama yang mungkin bisa diperhatikan ketika berhadapan dengan gangguan depresi mayor.

"Beberapa orang mengalami kesulitan tidur atau mungkin terbangun sangat pagi," ujar Pooja Lakshmin, psikiater bersertifikat yang berspesialisasi dalam kesehatan mental wanita dan psikiatri perinatal.

Sementara tanda lainnya, bisa tertidur dengan baik, tetapi bangun sepanjang malam dan tidak merasa tidak mendapatkan istirahat yang cukup di pagi hari.

Baca Juga: Proses Terjadinya Gerhana Matahari, Yuk Kenalkan pada Si Kecil!

2. Tidak Punya Motivasi

Pengaruh Depresi Postpartum Ibu
Foto: Pengaruh Depresi Postpartum Ibu (Orami Photo Stocks)

"Salah satu tanda gangguan depresi mayor yang jelas adalah tidak lagi menikmati hal-hal yang pernah kita nikmati," jelas Marianna Strongin, pendiri Strong In Therapy.

Menurutnya seseorang dengan depresi berat akan merasa kurang motivasi.

Misalnya dulunya suka membaca, tapi sekarang tidak ingin membaca lagi, meskipun ada setumpuk buku bagus di samping tempat tidur.

Alasan lainnya, mungkin tidak ingin bertemu dengan teman, meskipun mereka mengajak jalan-jalan.

3. Merasa Tidak Nyaman dengan Hal-Hal Kecil

Pernah mengalami kecelakaan di tempat kerja, kemacetan lalu lintas, kehilangan kunci atau lupa menaruh sesuatu?

Hal-hal ini mungkin akan terasa mengganggu, tetapi tidak sampai menimbulkan rasa putus asa.

“Namun, jika gangguan depresi mayor mulai muncul, kita mungkin mulai percaya bahwa tidak ada yang akan lebih baik atau berubah," jelas Sheila Tucker, terapis asosiasi perkawinan dan keluarga dan pemilik Heart Mind & Soul Counseling.

4. Semua Terasa Sulit Dilakukan

Stres Bekerja
Foto: Stres Bekerja (Womenshealth.gov)

Perasaan yang terjadi pada gangguan depresi mayor dapat membuat segalanya terasa sulit.

Mulai dari bangun untuk mandi atau menyikat gigi, pergi bekerja, atau mengirim pesan teks ke teman.

Tahap depresi juga bisa membuat seseorang sulit beraktivitas layaknya sehari-hari.

Baca Juga: Gangguan Tidur karena Stres, Apa Penyebabnya?

5. Kehilangan Nafsu Makan

Meskipun mungkin terdengar tidak berkaitan dengan gangguan depresi mayor, depresi psikotik ini bisa terjadi.

Perhatikan sedikit perubahan yang terjadi, seperti kurangnya nafsu makan, meskipun dihadapkan dengan makanan favorit kita.

"Depresi mayor dapat menyebabkan perubahan besar dalam nafsu makan," kata Pooja Lakshmin.

Kita akan merasa tidak peduli dengan apa yang dimakan, meskipun kita termasuk suka makan.

6. Tidak Sabar

Emosi Negatif
Foto: Emosi Negatif (Shutterstock.com)

Gangguan depresi mayor membuat keadaan kita terkuras secara emosional.

Sejak awal, seseorang mungkin menunjukkan tanda-tanda penurunan cadangan emosional, sehingga kehilangan kesabaran.

Kita bisa membentak rekan kerja atau merasa tidak sabar dengan anggota keluarga.

Mungkin juga lebih banyak berdebat dengan pasangan.

Tahapan depresi lainnya seperti merasa sering panik dan khawatir, tidak peduli keadaan sekitar dan lebih sering menyendiri.

Baca Juga: Atonia Uteri, Perdarahan Postpartum yang Bisa Mengancam Jiwa

Jenis-Jenis Depresi

Gangguan Depresi Psikotik
Foto: Gangguan Depresi Psikotik (Orami Photo Stocks)

Seperti yang sudah diketahui, depresi adalah gangguan mood atau suasana hati yang memengaruhi rutinitas harian.

Jika tidak segera diatasi, hal ini sangat mengganggu keseharian. Ketika tak segera diobati, si penderita bisa mengalami kehampaan dan kehilangan minat.

Bunuh diri pun bisa menjadi hal yang dilakukan orang yang mengidap kondisi ini.

Nah, berikut adalah jenis depresi yang perlu diketahui sebagai gangguan depresi mayor.

1. Depresi Pasca Melahirkan

Tidak semua ibu baik-baik saja karena anak yang selama ini ia dambakan lahir ke dunia, Moms.

Ternyata, ada depresi yang diidap pasca melahirkan. Biasanya depresi pasca melahirkan disebut dengan postpartum depression.

Pada umumnya muncul 1 hingga 4 minggu usai seorang ibu melahirkan anak.

Gejala yang dihadapi mirip dengan depresi pada umumnya. Namun, berbeda dengan sindrom baby blues yang bisa hilang sendiri.

Nah, depresi pasca melahirkan ini akan membutuhkan terapi agar bisa hilang. Bukan hanya ibu, ayah juga bisa mengalami kondisi depresi pasca melahirkan.

2. Gangguan Depresi Musiman

Anti Sosial
Foto: Anti Sosial (Istockphoto.com)

Gejala depresi ini hampir mirip dengan gangguan depresi mayor. Bedanya, gejala depresi musiman bisa berubah sesuai pola musim alias musiman.

Biasnya depresi ini muncul saat musim salju dan atau gugur namun hilang dan si penderita kembali normal pada musim lainnya.

Mungkin Moms sedikit heran dengan jenis depresi ini.

Ya, berbeda dengan gangguan depresi mayor, penderita jenis depresi ini memang jarang sekali terjadi di Indonesia.

Biasanya gangguan depresi musiman biasa diidap oleh masyarakat yang tinggal di negara 4 musim.

Baca Juga: 16 Ciri-ciri Orang Depresi yang Harus Diwaspadai, Perhatikan

3. Bipolar

Selain gangguan depresi mayor, ada pula jenis depresi yang bernama bipolar.

Sesuai dengan namanya, bipolar memiliki arti dua kutub yang saling bertolak belakang yakni mood manik dan depresi.

Ketika mengalami mood manik, penderita bipolar biasanya akan mengalami peningkatan suasana hati yang sangat baik.

Hal yang dirasakan dan gejalanya meliputi:

  • Peningkatan suasana hati
  • Banyak bicara
  • Euforia
  • Rasa percaya diri yang meningkat
  • Kesulitan tidur karena terlalu senang

Meski terdengar positif karena perasaan bahagia, namun seminggu kemudian mood-nya bisa turun dan mengalami kondisi yang depresif.

Baca Juga: Ketahui Masalah Bipolar dan Depresi Anak dari Giginya

Cara Mengatasi Gangguan Depresi Mayor

Tanda dan Gejala Depresi Anak
Foto: Tanda dan Gejala Depresi Anak (Freepik.com/freepik)

Jangan khawatir Moms, gangguan depresi mayor merupakan salah satu gangguan mental yang dapat diobati.

Sekitar antara 80-90% penderita depresi akhirnya merespons pengobatan dengan baik.

Dalam beberapa kasus, tes darah mungkin dilakukan untuk memastikan depresi bukan karena kondisi medis seperti masalah tiroid.

Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi gejala spesifik, riwayat medis dan keluarga, faktor budaya dan faktor lingkungan.

Dilansir dari jurnal National Institute of Mental Health, ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan depresi mayor, seperti di bawah ini.

1. Mengonsumsi Obat Antidepresan

Antidepresan adalah obat yang bisa mengatasi gangguan depresi mayor.

Jenis obat ini dapat membantu meningkatkan cara otak menggunakan bahan kimia tertentu, lalu mengendalikan suasana hati atau stres.

Antidepresan biasanya memerlukan waktu 2 hingga 4 minggu untuk bekerja.

Namun, obat ini hanya boleh dikonsumsi berdasarkan resep dari psikiater atau dokter.

Hindari mengonsumsi obat antidepresan sembarangan, karena malah bisa menyebabkan efek samping merugikan.

2. Psikoterapi

Konseling Psikolog
Foto: Konseling Psikolog (Orami Photo Stocks)

Beberapa jenis psikoterapi, disebut "terapi bicara" atau dalam bentuk yang kurang spesifik yakni konseling.

Psikoterapi ini dapat membantu penderita gangguan depresi berat atau mayor.

Contoh pendekatan berbasis bukti khusus untuk pengobatan depresi termasuk terapi kognitif-perilaku (CBT), terapi interpersonal (IPT), dan terapi pemecahan masalah.

Baca Juga: Benarkah Bahaya Konsumsi MSG pada Anak Bisa Picu Kerusakan Otak?

3. Terapi Stimulasi Otak

Jika obat tidak mengurangi gejala gangguan depresi mayor, terapi electroconvulsive (ECT) dapat menjadi pilihan untuk mengeksplorasi.

Berdasarkan penelitian terbaru, ECT dapat memberikan kelegaan bagi orang dengan depresi berat yang belum dapat merasa lebih baik dengan perawatan lain.

Terapi electroconvulsive dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk depresi.

Dalam beberapa kasus parah, ECT bahkan dapat menjadi intervensi lini pertama.

Perawatan terdiri dari serangkaian sesi, biasanya tiga kali seminggu, selama 2 hingga 4 minggu.

ECT dapat menyebabkan beberapa efek samping, termasuk kebingungan, disorientasi, dan kehilangan memori.

4. Pengobatan Sederhana dan Alami

Peran Psikolog dalam Konseling
Foto: Peran Psikolog dalam Konseling (Scmp.com)

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan selama perawatan untuk gangguan depresi mayor.

Cobalah untuk aktif dan berolahraga agar otak dapat memproduksi hormon bahagia atau endorfin.

Tetapkan tujuan realistis untuk diri sendiri dan sempatkan waktu bersama orang lain dan curhat pada teman atau kerabat yang terpercaya.

Moms, cobalah untuk tidak mengisolasi diri sendiri, dan biarkan orang lain membantu.

Baca Juga: Biodata Marshanda, Artis Cilik yang Kini Jadi Pegiat Mental Health

Diskusikan keputusan dengan orang lain yang mengenal kita dengan baik dan memiliki pandangan yang lebih objektif tentang situasi yang ada.

Membekali diri dengan semua informasi mengenai depresi dapat membantu terhindar dan terbebas dari kondisi tersebut.

Jika Moms atau keluarga terdekat memiliki gejala depresi mayor, jangan ragu untuk segera ke psikolog atau psikiater, ya!

  • https://www.psychiatry.org/patients-families/depression/what-is-depression
  • https://www.cdc.gov/nchs/fastats/depression.htm
  • https://www.nimh.nih.gov/health/statistics/major-depression
  • https://www.webmd.com/depression/major-depression
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/symptoms-causes/syc-20356007

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.