7 Gangguan Menstruasi yang Wajib Moms Ketahui
Tidak dapat dipungkiri menstruasi merupakan suatu kondisi yang selalu melekat pada setiap wanita dan tidak dapat dipisahkan. Hal yang paling meresahkan adalah ketika mengalami gangguan menstruasi.
“Bagi perempuan, menstruasi sangatlah penting karena menandakan kita mulai masuk usia dewasa,” ucap Dr. dr. Kanadi Sumapraja, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Pondok Indah - Pondok Indah, dalam acara diskusi dengan RSPI pada Kamis (13/2/2020).
Namun, tidak jarang berbagai gangguan menstruasi pun menjadi masalah kesehatan reproduksi yang banyak dialami oleh para wanita, hingga harus memeriksakan diri mereka ke dokter.
Dokter mengatakan bahwa gangguan menstruasi ini bisa berkaitan dengan gangguan kesuburan pada tubuh seorang wanita.
Baca Juga: 6 Manfaat Mengejutkan dari Menstruasi
Gangguan Menstruasi pada Wanita
Foto: Orami Photo Stock
Dr. dr. Kanadi menjelaskan ada 4 gangguan menstruasi yang seringkali dialami oleh seorang wanita. Apa saja gangguan menstruasi tersebut? Simak ulasannya di bawah ini!
1. Menoragia
Menoragia adalah gangguan menstruasi dengan perdarahan menstruasi yang berlangsung lebih dari 7 hari. Bisa juga berupa pendarahan yang sangat deras.
Bagaimana mengetahui jika Moms mengalami pendarahan hebat?
Jika Moms perlu mengganti tampon atau pembalut setelah kurang dari 2 jam atau Moms mengeluarkan gumpalan berukuran seperempat atau lebih besar, itu berarti pendarahan hebat.
Jika mengalami perdarahan jenis ini, Moms harus memeriksakan diri ke dokter.
Pendarahan dianggap berat jika mengganggu aktivitas normal. Hampir seperlima wanita mengalami pendarahan hebat selama menstruasi sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan tugas sehari-hari sehingga mereka dapat mengatasi aliran darah mereka.
Perdarahan menstruasi yang berat dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, kelainan struktur pada rahim (seperti kutub atau fibroid), kondisi medis lainnya (seperti masalah tiroid, gangguan pembekuan darah, penyakit hati atau ginjal, leukemia, komplikasi dari IUD, keguguran, dan infeksi).
Moms mungkin mengalami gangguan menstruasi menoragia jika:
- Miliki aliran menstruasi yang membasahi satu atau lebih pembalut atau tampon setiap jam selama beberapa jam berturut-turut.
- Perlu menggandakan pembalut untuk mengontrol aliran menstruasi.
- Perlu mengganti pembalut atau tampon pada malam hari.
- Memiliki periode menstruasi yang berlangsung lebih dari 7 hari.
- Memiliki aliran menstruasi dengan ukuran gumpalan darah seperempat atau lebih besar.
- Miliki aliran menstruasi yang banyak sehingga Moms tidak dapat melakukan hal-hal yang biasa dilakukan.
- Sakit terus-menerus di bagian bawah perut selama menstruasi.
- Lelah, kurang energi, atau sesak napas.
Baca Juga: Bisakah Hamil Saat Menstruasi?
2. Nyeri Menstruasi (Dismenorea)
Foto: Orami Photo Stock
“Biasanya merupakan nyeri yang dirasakan di hari-hari awal menstruasi,” jelas Dr. dr. Kanadi.
Menurut dokter, gangguan menstruasi satu ini akan terasa semakin kuat apabila jumlah darah yang dilepaskan semakin banyak. Semakin berkurang jumlah darah, maka nyeri yang dirasakan pun akan berkurang.
Nyeri dikatakan sebagai nyeri menstruasi jika terasa sangat mengganggu aktivitas. Sakit ini terjadi akibat adanya kontraksi dari otot-otot rahim untuk mengeluarkan darah.
“Jadi alat ukurnya bisa dibilang dilihat dari apakah nyerinya sudah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari kita atau tidak,” terang Dr. dr. Kanadi.
Kram menstruasi disebabkan oleh kontraksi (pengencangan) di rahim (yang merupakan otot) oleh zat kimia yang disebut prostaglandin. Rahim, tempat bayi tumbuh, berkontraksi sepanjang siklus menstruasi wanita.
Saat menstruasi, rahim berkontraksi lebih kuat. Jika rahim berkontraksi terlalu kuat, ia dapat menekan pembuluh darah di sekitarnya, memutus suplai oksigen ke jaringan otot rahim. Nyeri terjadi ketika bagian otot kehilangan pasokan oksigennya sebentar.
3. Oligomenore
Oligomenore adalah gangguan menstruasi di mana Moms mengalami periode menstruasi yang jarang. Itu terjadi pada wanita usia subur.
Beberapa variasi dalam menstruasi adalah normal, tetapi wanita yang secara teratur melewati 35 hari tanpa menstruasi dapat didiagnosis dengan oligomenore.
Haid biasanya terjadi setiap 21-35 hari. Diagnosis berubah menjadi oligomenore setelah lebih dari 90 hari tanpa menstruasi.
Gangguan menstruasi oligomenore memiliki berbagai penyebab:
- Paling sering, kondisi ini merupakan efek samping dari pengendalian kelahiran hormonal. Beberapa wanita mengalami menstruasi yang lebih ringan selama tiga sampai enam bulan setelah mereka mulai menggunakan kontrasepsi. Terkadang, menstruasi mereka berhenti total.
- Wanita muda yang berpartisipasi dalam olahraga atau melakukan olahraga berat dapat mengembangkan kondisi ini.
- Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia, juga bisa menyebabkan kondisi ini.
- Oligomenore sering terjadi pada gadis remaja dan wanita perimenopause karena kadar hormon yang berfluktuasi.
- Oligomenore juga dapat terjadi pada wanita yang menderita diabetes atau masalah tiroid.
- Ini juga umum terjadi pada wanita dengan tingkat protein tinggi yang disebut prolaktin dalam darah mereka. Obat-obatan, seperti antipsikotik dan anti-epilepsi, dapat menurunkan menstruasi.
4. Pendarahan Uterus Abnormal
Foto: Orami Photo Stock
Gangguan menstruasi bisa membuat seorang wanita mengeluarkan terlalu banyak darah atau tidak sama sekali dari organnya.
Karena itu, seorang wanita harus tahu pola menstruasinya dengan baik, mulai dari lamanya menstruasi, banyak darah yang dikeluarkan, dan kapan waktu menstruasinya setiap bulan.
“Saat panjang menstruasi berubah, di sinilah harus mulai meminta pertolongan. Pengenalan pola menstruasi menjadi sangat penting,” tutur Dr. dr. Kanadi.
Baca Juga: 4 Tanda Menstruasi Tidak Normal, Bisa Jadi Moms Alami Penyakit Ini
5. Tidak Menstruasi (Amenore)
Foto: Orami Photo Stock
Juga sama berbahayanya jika tidak pernah mengalami menstruasi. Hal ini bisa menandakan kurangnya hormon estrogen dalam tubuh seorang wanita.
Terjadinya gangguan menstruasi ini pada seorang wanita juga berisiko mengakibatkan payudara yang tidak tumbuh dan rahim yang terus menebal namun rentan.
“Bukan hanya tidak menstruasi, jika payudaranya tidak tumbuh pun perlu dibawa ke dokter,” jelas Dr. dr. Kanadi.
Amenore terbagi menjadi primer dan sekunder. Dikatakan sebagai amenore primer bila seorang perempuan belum pernah mengalami menstruasi sama sekali.
Sedangkan amenore sekunder bila seorang perempuan yang sudah mengalami haid secara reguler, siklus menstruasinya berhenti sebanyak 3 siklus atau 6 bulan tidak mengalami menstruasi.
Amenore dapat disebabkan oleh sejumlah perubahan pada organ, kelenjar, dan hormon yang terlibat dalam menstruasi.
Penyebab gangguan menstruasi amenore primer meliputi:
- Kegagalan ovarium (organ intim wanita yang menyimpan telur).
- Masalah dengan hormon yang disekresikan oleh hipotalamus atau kelenjar pituitari (area di otak yang membuat hormon terlibat dalam menstruasi.
- Organ reproduksi yang bentuknya buruk.
- Dalam banyak kasus, penyebab amenore primer tidak diketahui.
Penyebab umum gangguan menstruasi amenore sekunder adalah:
- Kehamilan.
- Menyusui.
- Tidak lagi minum pil KB.
- Mati haid.
- Beberapa metode KB, seperti Depo Provera.
Penyebab lain dari gangguan menstruasi amenore sekunder meliputi:
- Stres.
- Nutrisi buruk.
- Depresi.
- Obat/pengobatan tertentu.
- Penurunan berat badan yang ekstrim.
- Olahraga berlebihan.
- Penyakit yang sedang berlangsung.
- Kenaikan berat badan tiba-tiba atau menjadi sangat kelebihan berat badan (obesitas).
- Masalah dengan kelenjar pembuat hormon, termasuk tiroid (jarang terjadi).
- Tumor di ovarium (jarang terjadi).
- Operasi rahim sebelumnya dengan jaringan parut.
Seorang wanita yang rahim atau indung telurnya diangkat juga akan berhenti menstruasi.
Baca Juga: 10 Ciri Menstruasi, Tidak Cuma Jerawatan!
6. Gejala Sebelum Menstruasi (Sindrom Premenstrual)
Foto: Orami Photo Stock
Gangguan menstruasi sindrom premenstrual atau yang biasa kita kenal dengan gejala PMS ini umum dialami oleh 80-90 persen perempuan.
Gejala PMS berbeda untuk setiap wanita. Moms mungkin mengalami gejala fisik, seperti kembung atau gas, atau gejala emosional, seperti kesedihan, atau keduanya. Gejala ini juga dapat berubah sepanjang hidup.
Gejala fisik gangguan menstruasi PMS dapat meliputi:
- Payudara bengkak atau lunak
- Sembelit atau diare
- Perasaan kembung atau gas
- Kram perut
- Sakit kepala atau sakit punggung
- Kecanggungan
- Toleransi yang lebih rendah untuk kebisingan atau cahaya
Gejala gangguan menstruasi emosional atau mental PMS meliputi:
- Lekas marah atau perilaku bermusuhan
- Merasa lelah
- Masalah tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit)
- Perubahan nafsu makan atau mengidam makanan
- Kesulitan dengan konsentrasi atau ingatan
- Ketegangan atau kecemasan
- Depresi, perasaan sedih, atau mantra tangisan
- Perubahan suasana hati
- Kurang tertarik pada seks
Gejala yang akan dirasakan seperti nyeri sendiri, merasa lapar, pembengkakan dan nyeri payudara, jerawat, nyeri kepala, perut kembung, mudah emosi, mudah menangis, serta depresi.
Penyebab gejala PMS ini bisa disebabkan karena gangguan keseimbangan hormon, yang terkait dengan estrogen dan progesteron.
Bisa juga diakibatkan oleh stres, kekurangan zat tertentu, dan diet tertentu yang dilakukan.
Baca Juga: Siklus Menstruasi Panjang, Bagaimana Agar Bisa Cepat Hamil?
7. Gangguan Disforik Pramenstruasi (PMDD)
Gangguan disforik pramenstruasi (PMDD) adalah gangguan menstruasi yang mirip dengan sindrom pramenstruasi (PMS) tetapi lebih serius.
PMDD menyebabkan iritabilitas parah, depresi, atau kecemasan dalam satu atau dua minggu sebelum menstruasi dimulai.
Gejala biasanya hilang dua hingga tiga hari setelah menstruasi dimulai. Moms mungkin memerlukan obat atau perawatan lain untuk membantu mengatasi gejalanya.
Gejala gangguan menstruasi PMDD meliputi:
- Lekas marah atau amarah yang dapat mempengaruhi orang lain
- Perasaan sedih atau putus asa, atau bahkan pikiran untuk bunuh diri
- Perasaan tegang atau cemas
- Serangan panik
- Suasana hati berubah-ubah atau sering menangis
- Kurangnya minat dalam aktivitas dan hubungan sehari-hari
- Kesulitan berpikir atau fokus
- Kelelahan atau energi rendah
- Mengidam makanan atau makan berlebihan
- Kesulitan tidur
- Merasa lepas kendali
- Gejala fisik, seperti kram, kembung, nyeri payudara, sakit kepala, dan nyeri sendi atau otot
Peneliti belum tahu pasti apa penyebab PMDD atau PMS. Perubahan hormonal selama siklus menstruasi mungkin berperan. Bahan kimia otak yang disebut serotonin juga dapat berperan dalam PMDD.
Kadar serotonin berubah sepanjang siklus menstruasi. Beberapa wanita mungkin lebih sensitif terhadap perubahan ini.
Perawatan untuk gangguan menstruasi PMDD meliputi:
- Antidepresan
Juga disebut selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). SSRI mengubah kadar serotonin di otak. Administrasi Makanan dan Obat (FDA) menyetujui tiga SSRI untuk mengobati PMDD: sertraline, fluoxetine, paroxetine HCI
- Pil KB
FDA telah menyetujui pil KB yang mengandung drospirenone dan ethinyl estradiol, untuk mengobati PMDD.
Pereda nyeri yang dijual bebas di apotek dapat membantu meringankan gejala fisik, seperti kram, nyeri sendi, sakit kepala, sakit punggung, dan nyeri payudara. Ini termasuk ibuprofen, naproxen, dan aspirin.
- Manajemen stres
Seperti teknik relaksasi dan menghabiskan waktu untuk aktivitas yang Moms sukai.
- Membuat Perubahan yang Sehat
Seperti makan kombinasi makanan yang sehat di seluruh kelompok makanan, mengurangi makanan asin dan manis, dan melakukan lebih banyak aktivitas fisik, juga dapat membantu meredakan beberapa gejala PMDD.
Tetapi PMDD bisa jadi cukup serius sehingga beberapa wanita harus pergi ke dokter atau perawat untuk mendiskusikan pilihan pengobatan.
Baca Juga: Mengenal Menorrhagia, Menstruasi Tidak Berhenti-henti
Siklus Haid dalam Keadaan Normal
Foto: Orami Photo Stock
Membicarakan gangguan haid sepertinya tidak lengkap tanpa pembahasan mengenai haid yang normal.
Pada umumnya, menstruasi yang normal sendiri memiliki siklus rata-rata 28 hari. Namun tak jarang ada yang siklus haidnya sekitar 25 hingga 35 hari.
Jadi, jangan panik ya, Moms ketika siklus haid berada di atas 30 hari! Hal tersebut masih terhitung normal.
Moms sendiri dianggap memiliki siklus haid yang teratur ketika waktu menstruasi hadir setiap 23 atau setiap 35 hari, lho! Atau kapan saja selama berada di antara rentang waktu tersebut, siklus haid masih disebut normal.
Masa menstruasi yang normal sendiri berlangsung di antara 3-7 hari. Ketika ovulasi atau saat indung telur melepaskan sel telurnya, pada siklus haid yang normal akan selalu datang di hari ke-14 usai terjadinya menstruasi.
Masa ovulasi sendiri dikenal pula sebagai masa subur. Jadi, jika Moms ingin segera kembali untuk memiliki momongan, disarankan untuk melakukan hubungan seksual di masa subur.
Nah, jika pada masa subur tersebut sel telur tidak dibuahi oleh sperma, maka hari pertama menstruasi biasanya akan datang dalam empat belas hari setelahnya.
Perempuan yang tidak mengalami gangguan menstruasi alias memiliki siklus menstruasi yang normal biasanya akan mengalami haid satu bulan sekali dengan total 11-13 kali menstruasi dalam waktu satu tahun kalender.
Siklus haid ini pula lah yang akan terus berulang hingga akhirnya Moms memasuki usia atau masa menopause.
Beberapa hari sebelum mengalami menstruasi, biasanya Moms pun akan mengalami keputihan. Keputihan sendiri diproduksi oleh leher rahim dan biasanya akan terjadi pada masa subur.
Cairan keputihan yang keluar pada masa sebelum haid normalnya berwarna bening dengan tekstur lengket dan kental dan tidak berbau.
Baca Juga: Telat Haid Tapi Negatif? Begini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Ketahui Gejala Haid Normal
Foto: Orami Photo Stock
Meski tidak memiliki gangguan menstruasi, gejala haid pun bisa sedikit menyakitkan dan membuat para perempuan tidak merasa nyaman.
Hal inilah yang memengaruhi mood sehingga terkadang perasaan tidak terasa enak seharian.
- Gejala menstruasi yang normal adalah;
- Payudara sensitif dan terasa lebih kencang
- Munculnya jerawat
- Perut terasa kembung
- Merasakan kram pada perut bagian bawah
- Punggung atau pundak yang terasa berat
- Kesulitan untuk tidur
- Ngidam makanan atau makan lebih banyak
- Perubahan mood yang lebih mudah dari biasanya
Gejala PMS sendiri biasanya akan muncul sebelum haid dan akan berhenti pada hari pertama menstruasi. Jadi, ketika gejala tersebut muncul, Moms tidak perlu merasa panik karena ada perubahan yang terjadi.
Terlebih PMS sendiri pun biasanya membuat kenaikan berat badan. Hal inilah yang terkadang membuat banyak perempuan merasa tak nyaman.
Namun jika Moms mengalami rasa sakit yang teramat sangat dan tidak kunjung hilang bahkan usai menstruasi, jangan lupa untuk segera memeriksakan keadaan ke dokter agar diberi penanganan yang tepat, ya!
Nah, gimana Moms informasi terkait gangguan menstruasi dan juga menstruasi yang normal? Jika masih memiliki pertanyaan terkait topik ini, jangan ragu untuk menyampaikannya dengan menuliskan di kolom komentar, ya!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.