6 Bentuk Tindakan KDRT yang Perlu Diwaspadai, Termasuk Merendahkan Pasangan!
Dalam beberapa kasus, terjadinya KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga didasari oleh faktor ekonomi.
Padahal, seyogyanya rumah dipercaya merupakan tempat yang paling aman, nyaman, dan tempat bermuaranya seluruh petualangan dan kelelahan.
Komnas Perempuan mencatat, bahwa jumlah kasus kekerasan sepanjang tahun 2020 sebesar 299.911 kasus.
Terdapat 8.234 kasus yang ditangani oleh lembaga layanan Komnas Perempuan, dan kasus yang paling menonjol adalah kasus kekerasan rumah tangga, yaitu sebanyak sebanyak 79% (6.480 kasus).
Kenapa? Karena KDRT terjadi dalam lingkup personal yang penuh muatan relasi emosi sehingga penyelesaiannya tidak segampang kasus-kasus kriminal dalam konteks publik.
Dilansir dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, suara perempuan atau korban kekerasan domestik cenderung membisu.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan tindakan KDRT seperti fenomena gunung es, di mana lebih banyak kasus yang terpendam ketimbang yang terlihat.
Penyebab Tindakan KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat didefinisikan sebagai pola perilaku dalam hubungan apa pun yang digunakan untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan dan kendali atas pasangan intim.
Melansir dari United Nations, pelecehan adalah tindakan fisik, seksual, emosional, ekonomi atau psikologis atau ancaman tindakan yang memengaruhi orang lain.
Lalu, apa saja penyebab KDRT? Simak ulasannya berikut ini.
1. Hubungan Tidak Seimbang
Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri.
Budaya patriarki membuat laki-laki atau suami berada di tingkat kekuasaan yang lebih tinggi daripada perempuan atau istri, sehingga perempuan tidak jarang ketika sudah menikah dianggap sebagai milik suaminya.
Hal tersebut menimbulkan ketimpangan dalam hubungan karena suami memiliki kuasa lebih terhadap istrinya dibandingkan istrinya sendiri.
Baca Juga: Viral Oki Setiana Dewi Normalisasi KDRT, Ini Hukum KDRT dalam Islam, Wajib Tahu!
2. Ketergantungan Ekonomi
Pendidikan dan budaya patriarki yang sudah menjadi bagian dalam masyarakat memberikan pandangan bahwa seorang istri memang seharusnya bergantung pada suami.
Sehingga, membuat sebagian istri tidak terbiasa mandiri atau berdaya secara ekonomi.
Lalu ketika terjadi KDRT, membuat istri harus bertahan, sebab tidak tahu harus bergantung sama siapa lagi.
Perilaku seperti ini juga membuat suami merasa memiliki kuasa lebih akan ketidakberdayaan istrinya.
3. Alat untuk Menyelesaikan Konflik
Kekerasan terhadap istri terjadi biasanya dilatar belakangi oleh ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan suami.
Kekerasan dilakukan dengan tujuan agar istri dapat memenuhi harapannya tanpa melakukan perlawanan karena ketidakberdayaannya.
Kejadian ini juga masih menjadi salah satu dasar budaya dalam masyarakat bahwa jika perempuan atau istri tidak menurut, maka harus diperlakukan secara keras agar ia menjadi penurut sehingga inilah salah satu penyebab KDRT.
4. Persaingan Antara Pasangan
Tahukah Moms bahwa persaingan juga bisa menjadi penyebab KDRT?
Pada dasarnya manusia hidup memang penuh persaingan dan tidak pernah mau kalah, begitupun dengan sepasang suami dan istri.
Persaingan antara suami dan istri terjadi akibat ketidaksetaraan antara keduanya untuk saling memenuhi keinginan masing-masing.
Baik dalam pendidikan, pergaulan, penguasaan ekonomi, keadaan lingkungan kerja, dan masyarakat dapat menimbulkan persaingan yang dapat menimbulkan penyebab KDRT.
Budaya juga membuat pandangan bahwa laki-laki tidak boleh kalah atau lebih rendah dari perempuan, sehingga tidak heran jika terjadi kekerasan terhadap perempuan atau istri hanya untuk memenuhi ego laki-laki atau suami.
5. Rasa Frustasi saat Berumah Tangga
Baik Moms dan Dads bisa merasakan frustasi dalam kehidupan berumah tangga.
Kekerasan juga dapat terjadi akibat lelahnya psikis yang menimbulkan frustasi diri dan kurangnya kemampuan coping stress pasangan.
Frustasi timbul akibat ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang dirasakan oleh pasangan.
Hal ini biasa terjadi pada pasangan yang belum siap kawin, suami belum memiliki pekerjaan, dan penghasilan tetap yang mencukupi kebutuhan rumah tangga, dan masih serba terbatas dalam kebebasan.
Dalam kasus ini biasanya pasangan bisa mencari pelarian kepada mabuk-mabukan dan perbuatan negatif lain yang berujung pada pelampiasan berbentuk kekerasan terhadap istrinya, baik secara fisik, seksual, psikis, atau bahkan penelantaran keluarga.
Baca Juga: Profil Raymond Manthey, Suami Pertama Yuni Shara yang Cerai karena KDRT
Tanda Kekerasan dalam Rumah Tangga
Berikut ini tanda-tanda kekerasan rumah tangga yang biasanya dialami para korbannya.
1. Tanda Kekerasan Rumah Tangga secara Fisik
Apabila seseorang dilecehkan secara fisik, seseorang tersebut mungkin akan sering mengalami memar atau cedera fisik akibat dipukul, dicekik, atau didorong.
Beberapa tanda pelecehan fisik meliputi:
- Mata hitam
- Bibir pecah
- Tanda merah atau ungu di leher
- Pergelangan tangan terkilir
- Memar di lengan
Meskipun mendapatkan kekerasan fisik, korban biasanya mencoba menutupi tanda-tanda tersebut dengan pakaian atau alat rias.
Baca Juga: Profil Medina Zein, Istri Lukman Azhari yang Mengalami KDRT, Diselingkuhi, hingga Lepas Hijab
2. Tanda Kekerasan Rumah Tangga secara Emosional
Kekerasan rumah tangga tentu saja bisa memberikan dampak emosional yang serius, menciptakan rasa tidak berdaya, putus asa, dan depresi.
Biasanya korban percaya bahwa mereka tidak akan pernah lepas dari kendali pelaku.
Korban juga menunjukkan kondisi kewaspadaan yang tinggi sehingga tidak pernah bisa benar-benar rileks.
Berikut ini tanda-tanda kekerasan rumah tangga secara emosional lainnya, Moms:
- Tingkat kepercayaan diri yang rendah.
- Sering meminta maaf.
- Tampak ketakutan.
- Perubahan pola tidur.
- Cemas atau takut berlebihan.
- Gejala depresi.
- Kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari.
- Membicarakan atau mencoba bunuh diri.
Tindakan Kekerasan dalam Rumah Tangga
Banyak sekali hal yang dapat merusak hubungan rumah tangga, salah satunya kekerasan.
Namun, KDRT tak melulu soal fisik. Berikut ini beberapa contoh tindakan kekerasan dalam kehidupan berumah tangga.
1. Menguasai Seluruh Keuangan
Terdengar bukan seperti kekerasan, tapi dengan menguasai seluruh keuangan dalam rumah tangga bisa menjadi bentuk pelecehan, belum lagi bila dilakukan dengan cara mengancam.
Mudah sekali mengenali bentuk pelecehan ini, saat salah satu pihak sudah mengambil kontrol penuh atas keuangan dan uang tanpa alasan yang jelas.
Ini terjadi dalam bentuk membatasi akses ke rekening bank, melarang pasangan untuk bekerja, penggunaan kartu kredit milik pasangan tanpa izin bahkan hingga mengambil pemasukannya secara paksa.
2. Merendahkan Pasangan
Seseorang dapat mengalami pelecehan dan kekerasan tanpa terluka secara fisik.
Pelecehan emosional tidak meninggalkan bekas luka fisik tetapi dapat berdampak besar pada kesehatan mental.
Hal ini mudah sekali dikenali, dengan menggunakan kata-kata yang merendahkan dan menyalahkan pasangan dapat merusak kepercayaan diri, dan harga diri seseorang.
Tak jarang akhirnya hal ini menimbulkan depresi dan rasa cemas.
3. Membatasi Kehidupan Sosial
Tak jarang pasangan yang telah menikah menginginkan untuk benar-benar memiliki pasangan mereka seutuhnya.
Karenanya, hal ini akan membuat mereka membatasi kehidupan sosial pasangan.
Mereka tak segan-segan menjauhkan pasangan dari teman dan keluarga hingga memantau semua isi kehidupan pribadinya, seperti telepon hingga chat.
Seseorang yang menerima perlakuan seperti ini akan merasa tertekan, terpenjara, dan merasa kesepian.
4. Tidak Adanya Perhatian
Sebagai keluarga, sudah sepatutnya saling merawat dan memerhatikan satu sama lain.
Namun, masih saja banyak pasangan yang menjadi tak peduli pada pasangan mereka setelah menikah.
Bila sudah terjadi hal ini, maka hal dapat dinilai sebagai suatu bentuk kekerasan juga.
Rumah tangga seharusnya menjadi sumber kebahagiaan dan membuat seseorang merasa aman dan nyaman, bukan mementingkan kehidupan masing-masing.
5. Memaksa Berhubungan Seksual
Meski sudah sah sebagai pasangan suami istri, bukan berarti hubungan seksual menjadi sesuatu yang harus selalu dilakukan atau dipenuhi pasangan.
Pemaksaan untuk melakukan hubungan seksual dapat dinilai sebagai bentuk pelecehan seksual.
Hal ini dikarenakan seseorang tentu memiliki alasan atau kondisi tertentu yang membuat mereka sedang tak ingin berhubungan seksual.
6. Memukul atau Kekerasan Fisik Lainnya
Bukan hanya laki-laki saja, perempuan juga bisa melakukan hal ini.
Banyak yang merasa bahwa melampiaskan emosi akan benar-benar lepas dengan bermain tangan pada pasangan.
Jangan sesekali melakukan hal yang berbau fisik Moms, mungkin awalnya bermain tangan dianggap sepele, namun lama-lama akan menjadi kebiasaan dan bisa bertambah parah.
Tak jarang seseorang bisa kehilangan nyawa karena menjadi korban dari KDRT.
Solusi Kekerasan dalam Rumah Tangga
Setelah mengetahui penyebabnya, Moms dan Dads juga perlu mengetahui solusi KDRT, yaitu:
1. Ketersediaan Strategi Intervensi Krisis
Penyediaan layanan intervensi krisis, mulai dari penggunaan hotline krisis KDRT, penyediaan tempat penampungan atau fasilitas hunian darurat lainnya, penyediaan layanan medis, dan penyediaan jaringan transportasi yang memadai.
Ini akan sangat membantu untuk seseorang yang mengalami kekerasan dari pasangannya.
2. Pemberian Dukungan Emosional
Para korban pelecehan perlu diberikan dukungan emosional melalui cara-cara berikut:
- Penyediaan swadaya melalui kelompok pendukung.
- Pemberian Pelatihan Ketegasan kepada para korban kekerasan.
- Membantu para korban untuk membangun harga diri dan kepercayaan diri.
- Menyelenggarakan sesi-sesi yang mengajarkan orang-orang bagaimana menangani isu-isu kekerasan dalam rumah tangga.
- Mengembangkan kursus tentang keterampilan mengasuh anak.
3. Pemberian Advokasi dan Bantuan Hukum
Program advokasi dan bantuan hukum perlu mencakup hal-hal berikut:
- Akses dan hak asuh anak.
- Memecahkan masalah dengan distribusi properti di antara para mitra.
- Penyediaan dukungan keuangan.
- Penggunaan perintah penahanan terhadap pelaku.
- Pemberian manfaat bantuan publik.
Selain solusi-solusi di atas, ada juga beberapa yang berpendapat bahwa solusi terbaik untuk kekerasan dalam rumah tangga adalah dengan mencegah orang menjadi pelaku kekerasan sejak awal.
Sejak dini, anak-anak harus diajari bagaimana seseorang harus memperlakukan orang lain dan cara yang tepat untuk mengekspresikan emosi mereka.
Setiap anak, khususnya anak laki-laki harus dibesarkan dengan pengetahuan bahwa tidak apa-apa menunjukkan semacam emosi "lemah" dengan menangis.
Selain itu, beritahu anak bahwa emosi marah tidak boleh menjadi satu-satunya emosi yang dimiliki.
Baca Juga: Kekerasan pada Anak: Tanda, Jenis, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Moms, itulah ulasan mengenai kekerasan dalam rumah tangga. Apabila mengalami hal tersebut, jangan ragu untuk segera mencari pertolongan dan keluar dari hubungan tersebut.
Hubungan yang sehat tentu harus dijalani oleh dua orang yang saling rela berkorban dan mencintai satu sama lain.
Dan kekerasan tidak pernah jadi tanda atau bukti bahwa pasangan mencintai Moms.
- https://www.marriage.com/advice/domestic-violence-and-abuse/solutions-to-domestic-violence/
- https://mainweb-v.musc.edu/vawprevention/research/defining.shtml
- https://www.foryourmarriage.org/domestic-violence/
- https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/adult-health/in-depth/domestic-violence/art-20048397
- https://psychcentral.com/lib/what-causes-domestic-violence#2
- https://www.sagepub.com/sites/default/files/upm-binaries/24081_Pages_272_273.pdf
- https://media.neliti.com/media/publications/240049-tindak-pidana-kekerasan-dalam-rumah-tang-a6e90634.pdf
- https://www.pa-bantaeng.go.id/blog/2021/01/02/kekerasan-dalam-rumah-tanggakdrt/
- https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/24.pdf
- https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/295/180
- http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=647:kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt-persoalan-privat-yang-jadi-persoalan-publik&catid=101&Itemid=181
- http://stoprelationshipabuse.org/educated/what-causes-relationship-abuse/
- https://www.marriage.com/advice/domestic-violence-and-abuse/5-reasons-of-abuse-in-a-marriage/
- https://ifstudies.org/blog/eight-reasons-women-stay-in-abusive-relationships
- https://www.un.org/en/coronavirus/what-is-domestic-abuse
- https://study.com/academy/lesson/abusive-relationships-causes-consequences-prevention.html
- https://www.medicinenet.com/domestic_violence/article.htm#what_are_treatment_options_for_intimate_partner_violence
- https://journal.uny.ac.id/index.php/dimensia/article/view/3417
- file:///C:/Users/waritsa/Downloads/33434-114782-1-SM.pdf
- https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/catahu-2020-komnas-perempuan-lembar-fakta-dan-poin-kunci-5-maret-2021
- http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=649:kekerasan-dalam-rumah-tangga-dalam-perspektif-sosiologi&catid=101&Itemid=181
- https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1742/perempuan-rentan-jadi-korban-kdrt-kenali-faktor-penyebabnya
- https://theconversation.com/angka-kdrt-di-indonesia-meningkat-sejak-pandemi-covid-19-penyebab-dan-cara-mengatasinya-144001
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.