Kapan Harus ke Psikiater? Ini 9 Tanda Harus Konsultasi Secepatnya
Ingin mengunjungi psikiater, tapi masih merasa canggung dan bertanya kapan harus ke psikiater?
Ada kalanya seseorang merasa sangat terpuruk hingga membutuhkan bantuan orang lain.
Namun rendahnya kesadaran akan kesehatan mental menjadikan kebanyakan orang menunda untuk menemui profesional.
Padahal, tubuh dan jiwa telah memberikan tanda harus ke psikiater.
Ketahui kapan harus ke psikiater dan mendapatkan perawatan mental berikut ini.
Baca Juga: 6 Obat Herbal TBC yang Bantu Ringankan Gejala dan Mudah Didapat
Perbedaan Psikiater dan Psikolog
Sebelum mengetahui kapan harus ke psikiater, Moms juga perlu tahu perbedaan dengan psikolog.
Meski psikiatri dan psikologi sama-sama cabang ilmu yang mempelajari masalah psikologis atau kejiwaan, tapi keduanya memiliki perbedaan.
Salah satu perbedaan psikiatri dan psikologi adalah dalam batas penanganan yang bisa diberikan.
Berikut perbedaan psikiater dan psikolog:
1. Pemberian Resep Obat
Salah satu perbedaan psikologi dan psikiater yang umum diketahui adalah bahwa psikiater dapat memberikan resep obat, tetapi psikologi tidak dapat meresepkan obat ke pasien atau kliennya.
Psikolog akan lebih fokus dalam mempersembahkan psikoterapi tanpa menggunakan obat.
2. Edukasi dan Pelatihan
Psikiater harus mengikuti kuliah terlebih dahulu sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan mengambil penjurusan spesialis kejiwaan.
Sementara itu, untuk menjadi psikolog, harus ada proses magang dan pengawasan dalam jangka waktu yang ditentukan.
3. Penanganan Pasien
Perbedaan psikolog dan psikiater lainnya terletak dari bagaimana penanganan dan pendekatan yang dilakukan.
Psikiater umumnya akan memeriksa kesehatan fisik pasiennya terlebih dahulu untuk mengetahui tidaknya kondisi medis yang dapat memengaruhi kesehatan mental pasien.
Di sisi lain, psikolog akan memeriksa dan menangani pasien atau kliennya berdasarkan perilaku, pikiran, dan emosi yang ditunjukkan oleh pasien atau klien.
Oleh karena itu penanganan yang diberikan pada umumnya bersifat mengubah perilaku, psikoterapi, ataupun konseling.
Baca Juga: Hutan Kota Plataran, Nikmati Beragam Restoran yang Menawan dan Fasilitas Menarik Lainnya
Bagaimana Memilih di antara Keduanya?
Pernahkah Moms merasa bingung harus memilih kapan harus ke psikiater atau psikolog?
Lalu bagaimanakah memilih di antara keduanya?
Hal terpenting yang perlu Moms sadari adalah fakta bahwa penyakit mental tidaklah berbeda dengan penyakit fisik.
Jika Moms merasa mungkin memiliki masalah kesehatan mental seperti depresi, gangguan bipolar, skizofrenia,keputusan terpenting adalah menjalani konseling atau terapi wicara terlebih dahulu, tanpa perlu mempertimbangkan apakah lebih baik ke psikolog ataupun psikiater.
Ketika Moms sudah menjalani konseling atau terapi bicara dan pikiran serta respon terhadap masalah yang sedang Moms alami sudah terbuka lebih jelas.
Barulah keputusan untuk berkonsultasi lebih lanjut pada psikiater atau psikolog diambil.
Psikiater dan psikolog saling melengkapi dalam pekerjaan mereka.
Prinsip dasarnya adalah obat-obatan (bila memang diperlukan) akan diberikan oleh psikiater untuk mengendalikan gejala di tahap awal penanganan, agar pasien dapat berkonsentrasi dan menjalani terapi yang diberikan dengan efektif.
Setelah ada kemajuan atau perbaikan, maka obat-obatan akan diturunkan perlahan sembari intensitas terapi dengan psikolog ditingkatkan.
Baca Juga: 10 Penyebab Kucing Muntah Busa, Moms Pecinta Kucing Wajib Tahu!
Kapan Harus ke Psikiater?
Setelah mengetahui perbedaan antara psikiater dan psikolog, mari bahas kapan harus ke psikiater.
Seseorang yang pergi ke psikiater, psikolog, atau menjalani terapi bukan berarti telah menjadi gila.
Sebaliknya, itu berarti mereka masih awas hingga menyadari tanda harus ke psikiater dan mendapat bantuan.
Berikut adalah 9 tanda seseorang harus menemui psikiater saat ini juga:
1. Selalu Merasa Sangat Sedih, Marah, atau Menjadi Pribadi yang Berbeda
Kapan harus ke psikiater? Perasaan sedih, marah, atau emosi negatif lainnya adalah hal yang wajar.
Namun, akan menjadi tidak wajar jika perasaan-perasaan buruk itu terus-menerus terasa dan tidak kunjung hilang, seperti selalu menyelimuti hari-hari.
Rasa sedih dan marah yang berlarut, mendalam, serta dibiarkan dapat berkembang menjadi depresi.
Begitu pun ketika seseorang merasa kepribadiannya saat ini bukanlah dia yang biasa.
Ketika merasa hilang arah dan hampa, itulah saatnya mencari uluran tangan dan bantuan profesional.
2. Baru Mengalami Hal yang Traumatis
Hal yang traumatis dapat menyebabkan perasaan cemas, sulit tidur, dan jika dibiarkan bahkan dapat menyebabkan PTSD (Post Traumatic Syndrome Disorder).
Bukan hanya menyerang mental, peristiwa traumatis juga memberikan efek kepada kesehatan fisik.
Segera temui profesional untuk mendapat bantuan.
Baca Juga: Fakta-Fakta Anencephaly, Bayi Lahir Tanpa Tempurung Kepala yang Utuh
3. Tidak Memiliki Energi untuk Melakukan Sesuatu, Bahkan yang Paling Disukai
Kapan harus ke psikiater? Ketika merasa sangat lemah, tidak bisa mengerjakan sesuatu yang sangat disukai, serta kehilangan motivasi hidup.
Saat itulah seseorang mendapatkan tanda harus ke psikiater.
Kehilangan motivasi dan merasa hampa dapat menyeret ke dalam jurang depresi.
4. Kecanduan Alkohol, Narkoba, atau Zat Adiktif Lainnya
Kecanduan zat adiktif sangat berbahaya, baik secara mental apalagi fisik.
Selain membutuhkan terapis khusus atau konselor adiksi, terkadang seorang pecandu juga harus menemui psikiater.
Bukan hanya kecanduan narkoba atau alkohol, seseorang juga butuh bantuan psikiater saat mengalami kecanduan seks, jenis makanan tertentu, atau kebiasaan menyakiti diri.
5. Baru Kehilangan Seseorang atau Sesuatu yang Sangat Berarti
Kehilangan seseorang yang sangat berarti akan meninggalkan lubang duka yang dalam di dalam jiwa seseorang.
Ada kalanya duka tersebut terlalu besar untuk ditanggung sendiri.
Bukan berarti setiap kali mengalami duka maka harus menemui psikiater.
Lantas, kapan harus ke psikiater? Duka yang menyebabkan kesedihan berlarut, gangguan tidur, stres, gejala depresi, atau perubahan negatif lain terkadang harus dihadapi secara medis dengan konsultasi ke psikiater atau psikolog.
Baca Juga: 10+ Cara Menyapih Anak, Mudah dan Terbukti Ampuh untuk Dicoba!
6. Mengalami Insomnia atau Perubahan Pola Tidur Ekstrim
Beberapa orang bisa mengalami kesulitan tidur atau perubahan pola tidur tanpa alasan yang jelas, sebagian lagi mengalami stres berat sehingga berpengaruh pada pola tidur yang berubah atau berantakan.
Insomnia dapat menyeret seseorang kepada gangguan kecemasan, depresi, kecanduan obat-obatan, penyalahgunaan alkohol, serta gangguan jiwa.
Karenanya, ketika mengalami insomnia dalam waktu lama, itulah tanda harus ke psikiater secepatnya.
7. Menarik Diri, Sangat Benci atau Cemas Saat Bersosialisasi
Merasa sangat benci atau cemas berlebihan saat harus bersosialisasi bisa jadi merupakan tanda gangguan mental, misalnya general anxiety atau fobia tertentu.
Kondisi seperti ini tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja hingga mengganggu kehidupan sosial.
Segera hubungi psikiater atau terapis untuk mendapatkan pertolongan.
Baca Juga: 11 Manfaat Olahraga untuk Fisik dan Mental, Bisa Meningkatkan Gairah Seksual, Lho!
8. Kerap Merasa Takut, Panik, dan Selalu Mimpi Buruk
Kapan harus ke psikiater? Saat kita merasa selalu takut berlebihan dan tidak bisa diatasi sendiri.
Rasa takut, cemas, dan panik (yang kadang tidak beralasan) itu sudah sangat mengganggu hari-hari.
Beberapa orang merasa takut dan panik atau bermimpi buruk setelah mengalami kejadian traumatis.
Beberapa orang lagi mengalaminya karena kondisi mental, misalnya fobia atau depresi.
Ada juga yang merasa baik-baik saja, namun mendadak menjadi sering merasa takut berlebihan.
Apapun itu, rasa takut dan serangan panik yang berlebihan dapat mengganggu jalannya kehidupan seseorang.
Ketika kondisi tersebut telah mengganggu fungsi seseorang sebagai pribadi maupun makhluk sosial, itulah saatnya menemui psikiater dan mendapat pertolongan medis.
9. Mengalami Penyakit Fisik yang Tidak Bisa Dijelaskan
Ada kalanya sakit pada tubuh yang dialami bukanlah karena virus atau bakteri tertentu.
Melainkan karena ketidakstabilan mental. Hal ini disebut dengan psikosomatis.
Psikosomatis tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan medis biasa karena permasalahannya ada di jiwa, maka jiwa tersebut yang harus distabilkan terlebih dahulu.
Jika mengalami psikosomatis, cobalah meminta saran dari psikiater.
Setelah jiwa dan mental stabil, maka penyakit fisik yang kerap mendera juga akan membaik.
Menemui psikiater bukan berarti telah gila atau kehilangan fungsi sebagai manusia.
Justru sebaliknya, dengan mengikuti tanda harus ke psikiater di atas seseorang dapat mencegah dirinya terkena gangguan jiwa serta tetap menjalankan fungsinya sebagai manusia dengan seimbang.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Minuman untuk Sesak Napas, Mampu Maksimalkan Fungsi Paru-Paru
Tips Mencari Psikiater yang Tepat
Setelah nengetahui kapan harus ke psikiater dan memutuskan untuk berkonsultasi tetapi bimbing memilih psikiater yang tepat.
Moms tidak perlu bingung mencari dan memilih psikiater yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan.
Berikut adalah panduan yang bisa Moms gunakan:
1. Konsultasikan dengan Dokter
Untuk mendapatkan psikiater yang tepat, Moms bisa memulainya dengan berkonsultasi dengan psikolog atau ke dokter umum.
Dokter umum dapat menentukan perkiraan diagnosis sesuai keluhan dan kondisi Moms yang nantinya dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan jiwa yang sedang dihadapi.
Selain itu, dokter umum atau psikolog dapat memberikan beberapa rekomendasi psikiater yang praktik di daerah tempat tinggal.
2. Tanyakan kepada Keluarga atau Teman
Moms dapat mencari rekomendasi psikiater yang tepat dengan menanyakannya kepada keluarga, teman, atau kerabat di lingkungan.
Besar kemungkinan juga Moms bisa mendapatkan informasi dari komunitas, media darling, atau organisasi kesehatan di bidang kesehatan mental baik melalui internet atau telepon.
3. Pertimbangkan Biaya yang Dibutuhkan
Periksa peraturan asuransi kesehatan yang Moms ikuti.
Biasanya perusahaan asuransi turut berisi daftar psikiater dan pilihan pengobatan yang diasuransikan.
Pilih pengobatan yang paling tepat untuk kondisi kesehatan mental dan periksa semua persyaratannya, termasuk ditanggung atau tidaknya obat-obatan yang bisa dapatkan dari pengobatan melalui psikiater.
Pertimbangkan juga mengenai biayanya apabila tidak ditanggung oleh asuransi.
Baca Juga: Bledstop untuk Hentikan Perdarahan, Ini Dosis dan Efek Samping Pemakaian
Tips Memilih Psikiater
Saat memilih psikiater, Moms harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
- Utamakan psikiater yang memiliki lisensi dan izin praktik resmi yang dapat divalidasi.
- Pilih yang lokasi prakteknya dekat dengan rumah atau kantor.
- Buat jadwal kunjungan ke tempat praktik psikiater tersebut, yaitu dapat melalui surel atau telepon langsung.
- Pastikan Moms dan psikiater sepakat dengan metode terapi dan tujuan pengobatan yang akan didapatkan.
Pada kondisi tertentu, psikiater mungkin akan merujuk Moms ke dokter spesialis lain bila memerlukan penanganan medis tertentu, misalnya ke dokter penyakit dalam untuk mengobati diabetes atau hipertensi.
Tips Berobat ke Psikiater
Mungkin Moms merasa tidak membutuhkan bantuan psikiater dan merasa bisa menyelesaikan permasalahan pribadi sendiri.
Banyak orang yang merasa malu atau takut saat mengalami gangguan-gangguan mental.
Sebaiknya buang rasa malu atau takut tersebut dan segera pertimbangkan untuk mencari pertolongan.
Jika merasa gugup untuk berkonsultasi ke psikiater, Moms bisa minta sahabat atau keluarga untuk menemani.
Bicarakan semua keluhan yang dirasakan dan ikuti pengobatannya sampai Moms benar-benar pulih dan mengalami perbaikan gejala.
Berhasil atau tidaknya pengobatan tergantung dari komitmen, kesabaran, dan kerja sama Moms dengan psikiater.
Umumnya efek terapi yang didapatkan akan dirasakan setelah beberapa waktu menjalani pengobatan dengan psikiater.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Susu untuk Kucing yang Aman dan Murah
Itu dia Moms jawaban kapan harus ke psikiater. Mulai sekarang jangan diagnosis sendiri ya, jika mengalami gejala di atas, segera konsultasi dengan ahlinya.
- https://www.healthline.com/health/mental-health/what-is-the-difference-between-a-psychologist-and-a-psychiatrist
- https://www.healthdirect.gov.au/psychiatrists-vs-psychologists
- https://www.verywellmind.com/psychologists-vs-psychiatrists-what-is-the-difference-2795761
- https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/acps.12169
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.