Kisah Anak-Anak yang Terlahir dengan Kelainan Jantung, Mengharukan!
Setiap orang tua pasti berharap anaknya bisa terlahir sehat dan sempurna. Namun, pada kenyataannya tidak semua anak terlahir seperti harapan orang tua mereka, seperti anak-anak ini. Mereka terlahir dengan kelainan jantung.
Kondisi ini membuat mereka tidak bisa beraktivitas seperti anak normal kebanyakan. Siapa saja dan seperti apa kisah mereka? Simak di bawah ini yuk Moms!
Virsaviya Borun
Foto: Straitstimes.com
Virsaviya Borun tampak seperti gadis kecil biasa. Tapi siapa sangka jika dia ternyata menderita kelainan jantung.
Gadis cilik berusia 8 tahun itu terlahir dengan kondisi jantung berada di luar dadanya. Jantung Virsaviya berada di luar lapisan tulang, jaringan, dan otot. Hanya kulit tipis yang membalut jantungnya itu.
Kondisi tersebut dikenal sebagai sindrom thoraco-abdominal atau Pentalogy of Cantrell yang merupakan kelainan langka yang membuat seseorang terlahir cacat di bagian dada dan perut. Konon, kejadian langka tersebut hanya terjadi pada 5 dari 1 juta kelahiran.
Ketika Virsaviya lahir, dokter sudah meminta ibu gadis cilik itu untuk bersiap menghadapi hal buruk yang terjadi pada anaknya karena kelainan tersebut.
Keluarga Virsaviya yang tinggal di Rusia kemudian hijrah ke Amerika Serikat untuk mencari dokter yang bisa menangani kasus Virsaviya.
Harapannya, Virsaviya bisa dioperasi dan kondisinya jadi normal seperti anak lainnya. Sayangnya, harapan ibu Virsaviya tidak bisa terwujud. Dari hasil pemeriksaan dokter, gadis kecil itu ternyata tidak cukup kuat untuk menjalani prosedur operasi.
Virsaviya diketahui memiliki tekanan darah tinggi di arteri pulmonalis. Tanpa operasi, Virsaviya diprediksi tidak dapat bertahan lama.
“Tidak mudah bagi Virsaviya untuk hidup dengan jantung di luar tubuh karena sangat rapuh. Dia harus sangat berhati-hati. Dia bisa jatuh dan ini akan sangat berbahaya,” ungkap ibu Virsaviya, Dari Borun, seperti dikutip dari Straitstimes.com.
Namun, Virsaviya sendiri tidak terlalu memusingkan kondisi kesehatannya. Dia tetap terlihat ceria dan menjalani berbagai hobinya layaknya anak normal. Dia sangat suka menggambar dan balet. Dia juga terbilang aktif di sekolah.
“Aku berjalan berkeliling, melompat, terbang, dan lari. Aku sebetulnya tidak boleh berlari, tapi aku sangat suka lari,” ungkap Virsaviya.
Baca Juga : Tetralogy of Fallot, Salah Satu Kelainan Jantung Bawaan Pada Bayi
Venellope Hope Wilkins
Foto: Thetimes.co.uk
Hampir sama dengan Virsaviya, Venellope Hope Wilkins dari Inggris juga terlahir dengan jantung yang berada di luar tubuh.
Kondisi Venellope malah lebih rapuh, jantungnya tidak terbungkus kulit sama sekali.
Lahir pada 22 November 2017, Venellope telah menjalani tiga operasi jantung untuk mengembalikan jantung Venellope ke tempat yang semestinya. Operasi pertamanya dijalani sejam setelah Venellope lahir.
Kini, setelah menjalani serangkaian operasi dan perawatan, Venellope sudah bisa pulang ke rumah.
Orang tua Venellope, Naomi Findlay dan Dean Wilkins merasa bersyukur anaknya bisa bertahan setelah melewati operasi demi operasi.
Kondisi Venellope sebetulnya sudah diketahui sejak dia masih berada dalam kandungan.
Dokter malah sudah meminta Naomi dan Dean merelakan janin yang masih berusia 9 minggu itu karena saat pemeriksaan USG, diketahui bahwa Venellope mengalami ectopia cordis yang membuat jantung dan bagian perutnya tumbuh di luar tubuh.
“Dokter menasihati kami dengan mengatakan bahwa aborsi adalah satu-satunya pilihan,” cerita Dean seperti dikutip dari Theguardian.com.
Yardan Rashad Perdana
Foto : Insidegemma.blogspot.com
Di Indonesia,ada kisah harus dari Yardan Rashad Perdana. Ibunya, Gemma, membagikan kisah Yardan yang lahir pada 1 Desember 2008 itu melalui Mommiesdaily.com.
Gemma bercerita, Yardan diketahui memiliki kelainan jantung saat berusia 4 hari. Dia mengidap penyakit jantung bawaan (PJB).
“Dokter mengatakan bahwa anak saya memiliki beberapa kelainan di jantungnya. Sekarang diketahui bahwa kelainan jantung Yardan adalah Tetralogy of Fallot with PA, VSD, Mapcas,” cerita Gemma.
Intinya Yardan memiliki beberapa lubang di jantungnya dan juga pembuluh darah yang sangat kecil dari jantung ke paru-paru.
Setelah mendengar kabar itu, dada Gemma langsung sesak. Dia tidak bisa membayangkan bayi sekecil itu harus merasakan sakit.
Dokter mengatakan satu-satunya cara untuk memperbaiki jantung pada anak PJB adalah dengan operasi dan biasanya perkembangan anak akan berjalan lebih baik setelah operasi dilakukan.
Sayangnya, setelah proses kateterisasi dan MSCT-Scan, ahli bedah di Indonesia mengabarkan tidak sanggup untuk mengoperasi Yardan.
“Mereka mengatakan operasinya terlalu sulit untuk dilakukan dan menganjurkan untuk dilakukan operasi di luar negeri. Segala cara kami lakukan untuk mendapatkan informasi dari luar negeri,” tutur Gemma.
Gemma telah menghubungi rumah sakit Malaysia, Singapore, Australia, tapi hasilnya nihil. Mereka juga tidak dapat mengoperasi Yardan.
Gemma kemudian menghubungi ahli bedah kelas dunia Dr. Tom Karl dari Cleveland dan mendapat respons baik. Namun, berita yang disampaikan tidak.
Dokter itu mengatakan operasi bedah dapat saja dilakukan 3-4 kali, tetapi hasilnya masih tidak pasti, hal ini dikarenakan anatomi Yardan yang dianggapnya sulit.
Ia menyarankan untuk dibiarkan saja, mungkin hidupnya akan lebih baik sementara ini.
“Sejak saat itu saya tidak tahu harus mencari opini medis kemana lagi,” ungkap dia.
Dokter jantung anak Yardan mengatakan bahwa harapan hidupnya tidak tentu, bisa 10 tahun, 20 tahun, atau lebih. Dokter lainnya berkata Yardan akan bisa berjalan, main, sekolah, tapi jangan lari-lari.
Kini, Yardan menjalani bisa beraktivitas seperti biasa. Namun, dia memang tidak boleh melakukan aktivitas berat mengingat kondisi jantungnya yang memiliki kelainan.
Itulah kisah mengharukan dari tiga anak yang terlahir dengan kelainan jantung. Semoga mereka bisa sehat selalu dan terus beraktivitas layaknya anak normal.
(AND)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.