Mengapa Pengidap Megalophobia Takut dengan Benda Besar? Ini Penjelasannya
Tahukah Moms jika ada fobia yang menyebabkan seseorang takut terhadap benda-benda besar? Fenomena ini disebut megalophobia.
Pengidapnya bisa merasa takut yang berlebihan dan berkepanjangan ketika memikirkan atau melihat benda-benda berukuran besar seperti megalodon, paus, monumen, gedung pencakar langit, hingga stadion.
Biasanya hal ini lumrah dirasakan oleh anak-anak. Namun, ternyata remaja dan orang dewasa juga bisa mengalaminya, lho!
Meskipun pada dasarnya fobia tidak berbahaya, namun hal ini bisa mempengaruhi kualitas hidup seseorang karena terhalang dengan rasa takutnya.
Lantas, bagaimana seseorang bisa sembuh dari megalophobia, ya? Simak ulasannya berikut ini, yuk!
Baca Juga: 4 Efek Fobia pada Kepribadian dan Emosi Seseorang
Apa Itu Megalophobia?
Foto: Orami Photo Stock
Ketika berbicara tentang fobia, Moms mungkin akan langsung teringat dengan perasaan “takut”. Padahal rasa takut dan fobia sebenarnya berbeda, lho!
Rasa takut muncul ketika seseorang melihat suatu benda atau objek lainnya yang mungkin bisa membahayakan mereka. Contohnya, orang takut dengan ketinggian karena bisa membahayakan nyawa jika jatuh.
Sementara itu, seseorang yang memiliki phobia cenderung merasakan rasa takut yang berlebihan dan tidak rasional terhadap benda/objek tertentu.
Padahal benda tersebut tidak menimbulkan bahaya apapun, malah cenderung aman.
Nah, ini pula yang dirasakan oleh seseorang dengan gangguan megalophobia, yaitu jenis fobia terhadap benda-benda berukuran besar. Contohnya patung raksasa, monumen, truk kontainer, dan gunung.
Megalophobia masuk dalam klasifikasi gangguan kegelisahan (anxiety disorders) yang umum terjadi. Hingga kini belum diketahui berapa banyak jumlah pengidap fobia di seluruh dunia.
Namun, setidaknya ada 7-10% dari populasi yang memiliki gangguan phobia, termasuk salah satunya megalophobia.
Fobia yang satu ini memang lebih sering dialami oleh anak-anak. Mereka cenderung merasa takut ketika melihat sesuatu berukuran raksasa.
Baca Juga: Separation Anxiety, Kecemasan Si Kecil Saat Berpisah dengan Orang Tua
Rasa takut ini bisa menghilang seiring bertambahnya usia, namun tidak menutup kemungkinan juga bisa terbawa hingga remaja dan dewasa.
Jika tidak segera ditangani dengan tepat, ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari Moms.
Terlebih lagi, fobia diketahui lebih banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki.
Hal ini senada dengan penelitian NCBI yang menyebutkan bahwa siswa perempuan lebih banyak menderita gangguan kegelisahan daripada siswa laki-laki.
Penyebab Megalophobia
Foto: Orami Photo Stock
Mengapa seseorang bisa mengalami megalophobia, ya? Sama halnya seperti jenis fobia lainnya, penyebab utama megalophobia belum diketahui secara pasti.
Namun, para peneliti percaya bahwa phobia ini terjadi akibat trauma masa lalu.
Seseorang mungkin pernah mengalami hal-hal tidak menyenangkan dengan suatu benda besar ketika masih anak-anak, lantas rasa takut itu terus terbawa hingga ia dewasa.
Seperti Apa Dampak Megalophobia?
Foto: Orami Photo Stock
Ketika seorang penderita megalophobia melihat benda-benda berukuran besar, ia mungkin bisa mengalami efek kegelisahan yang hebat dan tidak nyaman. Dampak tersebut antara lain:
- Merasa takut dan gelisah yang berlebihan
- Jantung berdetak sangat cepat
- Napas pendek
- Pusing dan mual
- Ingin segera pergi meninggalkan tempat tersebut
Objek yang Ditakuti Penderita Megalophobia
Foto: Orami Photo Stock
Orang yang mengalami megalophobia takut ketika melihat benda-benda berukuran besar. Bahkan, ada pula yang takut meskipun hanya memikirkan benda tersebut.
Nah, berikut ini sederet benda berukuran besar yang kerap bikin takut penderita megalophobia.
- Bangunan-bangunan tinggi, misalnya gedung pencakar langit
- Monumen dan patung berukuran raksasa
- Objek alam yang berukuran besar seperti gunung, danau, dan laut
- Kapal laut, yacht, dan kapal pesiar
- Ruangan berukuran besar seperti stadion
- Hewan berukuran besar, misalnya megalodon, paus, jerapah, dan gajah
Cara Penanganan
Foto: Orami Photo Stock
Penderita megalophobia tentu perlu mendapatkan perawatan agar bisa sembuh. Sayangnya, hingga kini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan gangguan megalophobia.
Kendati demikian, ada terapi psikologi yang digunakan oleh para psikolog untuk membantu pasien megalophobia mengatasi rasa takutnya, yaitu metode terapi eksposur (exposure therapy).
Exposure therapy bertujuan untuk membentuk lingkungan yang aman bagi penderita fobia. Dengan begitu orang tersebut bisa mengatasi rasa takutnya, kegelisahan berkurang, dan kualitas hidupnya jadi lebih baik.
Ada beberapa tipe exposure therapy yang bisa digunakan. Nantinya, psikolog akan menerapkan tipe exposure therapy tertentu sesuai gejala, kondisi, dan pengalaman masa lalu seseorang.
Pada intinya exposure therapy dilakukan dengan cara memberikan eksposur penderita fobia dengan benda yang ditakutinya.
Contohnya, jika Moms takut dengan stadion, Moms diminta untuk membayangkan stadion terlebih dahulu. Kemudian, Moms akan diperlihatkan foto stadion, lalu mengunjungi stadion secara langsung.
Terapi ini dilakukan secara perlahan sampai penderita fobia merasa aman dan bisa mengatasi rasa takutnya.
Hasilnya bisa berbeda-beda tiap orang. Bahkan sangat mungkin jika terapi ini memakan waktu hingga bertahun-tahun.
Baca Juga: Bagaimana Mengatasi Fobia Pada Anak dan Balita? Simak 7 Caranya
Tes Megalophobia
Foto: Orami Photo Stock
Apakah Moms yakin mengidap megalophobia? Atau, mungkinkah itu hanya rasa takut biasa seperti pada umumnya?
Jika Moms pernah merasakan rasa takut yang berlebihan terhadap benda-benda besar selama >6 bulan, bisa jadi ini pertanda bahwa Moms mengidap megalophobia.
Akan tetapi, hingga kini belum ada tes yang bisa langsung mendiagnosa apakah seseorang memiliki megalophobia.
Nah, untuk membantu psikolog mendiagnosa penyakit mental yang dialami pasien, mereka biasanya merujuk pada kriteria-kriteria dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Jadi, DSM-5 ini merupakan salah satu sumber referensi psikologi yang dipublikasikan oleh The American Psychiatric Association (APA).
Panduan ini tidak hanya digunakan untuk mendiagnosa anxiety disorders saja, melainkan banyak gangguan kesehatan mental lainnya seperti:
- Depresi
- Bipolar
- Skizofrenia
Nah, ketika psikolog menggunakan DS5-M untuk mendiagnosis penderita megalophobia, setidaknya ada beberapa kriteria yang pasien alami, yaitu:
- Munculnya perasaan takut yang tidak normal
- Merasa takut ketika memikirkan kejadian di masa depan yang mungkin melibatkan objek/benda yang ia takuti
- Menghindari objek/benda tersebut dalam waktu singkat maupun lama
- Fobia tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari
Nah, itu dia Moms penjelasan tentang megalophobia. Jika Moms merasa ada kecenderungan dan memiliki ciri-ciri di atas, segera periksakan diri ke psikolog atau psikiater, ya.
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21742-megalophobia
- https://www.healthline.com/health/mental-health/megalophobia#triggers
- https://www.webmd.com/mental-health/what-is-exposure-therapy
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3939970/
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/specific-phobias/diagnosis-treatment/drc-20355162
- https://www.verywellhealth.com/an-overview-of-the-dsm-5-5197607
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.