Menangis Saat Hamil dengan Berlebihan, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Menangis sesekali tidak akan membahayakan Si Kecil dalam kandungan. Namun, depresi yang lebih parah saat hamil dapat berdampak negative. Beberapa wanita hamil mengalami perubahan suasana hati akibat perubahan hormon. Ketika level naik dan turun, suasana hati dapat bervariasi.
Namun, kesedihan yang konsisten, hingga menangis. Mungkin merupakan tanda depresi yang juga umum selama kehamilan dan terkait dengan perubahan fisik dan emosional.
Satu studi 2016 oleh Woman and Birth, menyarankan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi selama kehamilan dapat meningkatkan peluang kelahiran premature dan berat badan lahir rendah.
Jika Moms mengalami depresi, bisa jadi tidak merawat diri sendiri kehamilan.
Tidak makan cukup atau mendapatkan nutrisi yang sesuai, melewatkan janji bertemu dokter kandungan, atau tak mampu bergerak, dapat menyebabkan Si Kecil tidak mendapatkan perawatan yang memadai.
Penyebab dan Cara Mengatasi Menangis Saat Hamil
Bahkan jika Moms adalah orang yang sentimental atau emosional secara alami, Moms mungkin melihat diri lebih banyak menangis saat hamil.
Sebaliknya, jika Moms adalah yang jarang meneteskan air mata, tentunya curahan emosi yang tidak terkendali ini dapat mengejutkan. Lalu apa penyebab menangis saat hamil?
Trimester Pertama
Foto: Orami Photo Stocks
Setiap wanita berbeda, sehingga beberapa wanita mungkin menangis sepanjang kehamilan mereka, sedangkan yang lain hanya menangis saat hamil di trimester pertama.
Tangisan trimester pertama bukan hal yang aneh, mengingat ini adalah saat terjadi perubahan sekresi hormon. Kadar estrogen dan progesteron yang lebih tinggi selama trimester pertama tampaknya bertanggung jawab atas beberapa perubahan suasana hati, yang ditandai oleh lekas marah dan kesedihan.
Ditambah lagi, kehamilan adalah perubahan besar dalam hidup. Dan, dikombinasikan dengan hormon yang berubah dengan cepat, menangis selama trimester pertama mungkin disebabkan oleh sesuatu dari kebahagiaan yang ekstrem hingga kecemasan atau ketakutan bahwa sesuatu akan terjadi pada bayi.
Trimester Kedua dan Ketiga
Foto: Orami Photo Stocks
Pergeseran hormon dapat berlanjut ke trimester kedua dan ketiga, sehingga menangis berulang dapat terjadi selama waktu ini juga.
Tubuh Moms berubah dengan cepat, yang juga dapat meningkatkan tingkat kecemasan. Akibatnya, beberapa wanita mungkin merasa lebih gelisah di trimester kedua. Jika demikian, tekanan dan frustrasi sehari-hari yang normal juga dapat memicu mantra menangis.
Kemudian, saat Moms mendekati waktu persalinan, mungkin ada banyak hal di pikiran. Seperti menyelesaikan kamar bayi, persiapan keuangan, serta kenyataan persalinan juga melahirkan yang mungkin akan membuat Moms sedikit panik.
Moms akan memiliki tanggung jawab tambahan yaitu apakah itu anak pertama atau tambahan ke keluarga kecil. Ini bisa menjadi waktu yang menegangkan, dan jika emosi meningkat, menangis saat hamil mungkin akan menyusul.
Baca Juga:Bukan Cengeng, Menangis Ternyata Punya Banyak Manfaat Menyehatkan
Penting untuk dipahami bahwa Moms tidak sendirian, perubahan suasana hati hanyalah aspek lain dari pengalaman kehamilan.Menurut American Pregnancy Association, berikut ini daftar untuk mengelola tingkat stres Moms yang bisa diikuti:
- Tidur yang cukup
- Beristirahatlah di siang hari untuk bersantai
- Dapatkan aktivitas fisik yang teratur
- Makan dengan baik
- Habiskan waktu bersama Dads
- Istirahat
- Jalan-jalan
- Lihat film dengan seorang teman
- Jangan terlalu keras pada diri sendiri
- Coba kelas yoga atau meditasi kehamilan
- Dapatkan pijatan
Baca Juga:Stop Bilang "Jangan Menangis" Kepada Anak
Terakhir Moms harus yakin bahwa menangis saat hamil itu normal, dan bagian yang tak perlu dikhawatirkan selama kehamilan.
Tetapi jika Moms merasa menangis lebih dari sekadar hormon atau jika Moms memiliki masalah kesehatan mental, buatlah janji dengan dokter kandungan karena mereka adalah penasihat terbaik Moms dalam hal kesehatan dan kesehatan Si Kecil dalam kandungan.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.