Mengapa Lingkar Kepala Bayi Kecil?
Perkembangan bayi adalah hal yang penting untuk diketahui setiap ibu. Makanya, biasa jika kita membawa Si Kecil ke dokter, bagian tubuh Si Kecil, yakni berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan, karena akan mempengaruhi grafik perkembangannya.
Pengukuran ini dimaksudkan agar dokter bisa mengontrol tumbuh kembang anak kita dengan lebih detail dan juga terukur pastinya. Bahkan melalui pengukuran ini, kita juga bisa mengetahui pertumbuhan otak anak lho Moms.
Baca Juga: Adakah Pengukuran ASI untuk Sekali Minum?
Lingkar kepala merepresentasikan volume otak sehingga pada mikrosefali dapat dikatakan volume otak juga di bawah rata-rata.
Meskipun begitu, kondisi ini tidak selalu berdampak pada tingkat intelegensi bayi. Bayi dengan ukuran kepala bayi yang kecil juga ada yang memiliki tingkat intelegensi normal.
Ukuran lingkar kepala bayi yang kecil bisa dideteksi sejak di dalam kandungan melalui pemeriksaan USG pada sekitar usia kehamilan 28 minggu atau trimester ketiga.
Melalui pemeriksaan USG, lingkar kepala bayi dapat diukur dan kemudian dibandingkan dengan nilai referensi sesuai usia.
Pengukuran lingkar kepala setelah bayi lahir dilakukan setelah 24 jam pertama bayi lahir, kemudian dilanjutkan secara berkala bersamaan dengan pemeriksaan bayi setiap bulannya selama dua tahun pertama.
Data yang ada akan diplot ke dalam kurva pertumbuhan, kemudian dilihat bagaimana kenaikannya, apakah sesuai dengan kurva atau tidak.
Jika ditemukan lingkar kepala yang kecil dalam satu pemeriksaan, maka pengukuran lingkar kepala harus dilakukan dengan lebih ketat dan rutin.
Bila diperlukan, dokter dapat melakukan pemeriksaan tambahan, seperti MRI, CT scan, atau tes darah untuk mengevaluasi derajat beratnya penyakit dan kemungkinan penyebab.
Baca Juga: Tidak Selalu Demam, Ini 5 Penyebab Kepala dan Tubuh Bayi Terasa Panas
Penyebab Ukuran Lingkar Kepala Bayi Kecil
Lingkar kepala bayi yang kecil dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti kelainan genetik, komplikasi kehamilan dan persalinan, atau paparan terhadap virus dan toksin saat bayi berada di dalam kandungan.
1. Kelainan Genetik
Kelainan genetik yang menyebabkan mikrosefali atau lingkar kepala kecil, di antaranya:
- Sindrom down, yang disebabkan oleh kelainan pada kromosom 21 (trisomi 21). Selain kepala yang kecil, sindrom Down juga ditandai dengan keterlambatan perkembangan kognitif, disabilitas intelektual, kelemahan otot, dan muka yang khas (muka Mongoloid).
- Sindrom Cri du Chat. Sesuai dengan namanya, gejala yang khas dari sindrom ini adalah tangisan bayi yang melengking seperti suara kucing.
2. Infeksi Virus, Paparan Toksin, dan Obat-Obatan
Infeksi virus, paparan toksin, dan obat-obatan juga dapat memengaruhi terjadinya lingkar kepala kecil. Berikut adalah faktor-faktor penyebabnya:
- Virus Zika. Menyusul wabah Zika di Brazil pada tahun 2015, ditemukan bayi dari ibu hamil yang terinfeksi Zika memiliki ukuran kepala yang kecil. Infeksi pada ibu hamil dapat ditularkan kepada bayi dan menyebabkan kelainan bawaan yang serius.
Baca Juga: Tetralogy of Fallot, Salah Satu Kelainan Jantung Bawaan Pada Bayi
- Rubella kongenital. Infeksi rubella pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan mikrosefali.
- Keracunan merkuri. Paparan merkuri terhadap ibu hamil, melalui air, daging, atau ikan yang terkontaminasi, dapat menyebabkan kerusakan otak bayi.
- Infeksi toksoplasma. Toksoplasma dapat ditemukan pada kotoran kucing dan daging yang mentah. Paparan terhadap kotoran kucing dan makan daging yang tidak matang saat hamil dapat menyebabkan mikrosefali.
3. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
Komplikasi kehamilan dan persalinan yang mengganggu aliran darah ke otak bayi dapat menyebabkan mikrosefali, misalnya malnutrisi ibu, persalinan lama, atau perdarahan.
4. Bayi Mengalami Mikrosefali
Mengutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), microcephaly adalah suatu kondisi di mana ukuran kepala bayi jauh lebih kecil dari yang seharusnya. Selama kehamilan, kepala bayi tumbuh karena otak bayi tumbuh. Mikrosefali dapat terjadi karena otak bayi tidak berkembang dengan baik selama kehamilan atau berhenti tumbuh setelah lahir, yang menyebabkan ukuran kepala lebih kecil.
Mikrosefali dapat menjadi kondisi terisolasi, artinya dapat terjadi tanpa cacat lahir besar lainnya, atau dapat terjadi bersamaan dengan cacat lahir utama lainnya.
Bayi dengan mikrosefali dapat mengalami berbagai masalah lain, tergantung pada seberapa parah mikrosefali mereka. Mikrosefali bisanya dikaitkan dengan beberapa masalah berikut:
- Kejang
- Keterlambatan perkembangan, seperti masalah dengan bicara atau tonggak perkembangan lainnya (seperti duduk, berdiri, dan berjalan)
- Disabilitas intelektual (penurunan kemampuan belajar dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari)
- Masalah dengan gerakan dan keseimbangan
- Masalah makan, seperti kesulitan menelan
- Kehilangan pendengaran
- Masalah penglihatan
Masalah ini dapat terjadi dari tingkat yang ringan hingga parah dan seringkali terjadi seumur hidup. Karena otak bayi kecil dan belum berkembang, bayi dengan mikrosefali parah dapat mengalami lebih banyak masalah ini, atau lebih sulit mengatasinya, daripada bayi dengan mikrosefali yang lebih ringan.
Penyakit satu ini juga bisa mengancam jiwa. Karena sulit untuk memprediksi saat lahir masalah apa yang akan dialami bayi dari mikrosefali, bayi dengan mikrosefali sering kali memerlukan tindak lanjut yang cermat melalui pemeriksaan rutin dengan penyedia layanan kesehatan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangannya.
Ditinjau oleh dr. Adelina Haryono
Sumber: sehatq.com
Konten ini merupakan kerja sama yang bersumber dari SehatQ
Isi konten di luar tanggung jawab Orami Parenting
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.