Kupas Fakta dan Mitos Penyakit Cacar Air yang Banyak Beredar
Penyakit cacar air adalah kondisi yang disebabkan oleh infeksi virus Varicella zoster.
Walaupun pada umumnya penyakit ini diderita saat masih kecil, banyak fakta penyakit cacar air yang belum banyak diketahui.
Bertahun-tahun yang lalu, cacar air dianggap sebagai penyakit masa kanak-kanak yang jinak dan tak terhindarkan.
"Namun, saat ini cacar air lebih jarang terjadi berkat vaksin untuk penyakit yang diperkenalkan di Amerika pada tahun 1995," jelas dokter Mary Anne Jackson, MD, direktur divisi penyakit menular di Children's Mercy Hospitals and Clinics di Kansas City, Missouri, dan anggota American Academy of Pediatrics (AAP) komite tentang penyakit menular.
Baca Juga: Gejala Cacar Api dan Perbedaannya dengan Cacar Air, Simak!
Fakta Penyakit Cacar Air
Cacar air biasanya tergolong ringan pada sebagian besar anak-anak.
Akan tetapi, penyakit cacar air juga bisa menyebabkan keluhan serius pada beberapa anak, remaja, dan orang dewasa.
Lalu, apa lagi fakta-fakta yang perlu dipahami mengenai penyakit yang satu ini?
1. Merupakan Penyakit Menular
Mengutip Mayo Clinic, penyakit cacar air adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebar dengan mudah di udara oleh orang yang terinfeksi ketika bersin atau batuk.
Penyakit ini juga menyebar melalui kontak dengan lepuh cacar air orang yang terinfeksi.
Karena penyakit cacar air sangat menular, orang yang tidak pernah menderita cacar air atau menerima vaksin penyakit cacar air bisa mengalaminya.
Bahkan, ketika ia hanya dengan berada di ruangan bersama seseorang penderita cacar air.
Baca Juga: 7 Pantangan Cacar Air yang Harus dipatuhi agar Cepat Sembuh
2. Gejalanya Dapat Menyebar di Seluruh Tubuh
Awalnya, penyakit cacar air muncul sebagai ruam merah yang sangat gatal dan berubah menjadi lepuh yang biasanya dimulai dari wajah sebelum akhirnya menyebar ke seluruh tubuh.
Lepuh dapat muncul di mana saja, termasuk di mulut, kelopak mata, dan area genital anak.
Ruam penyakit cacar air berkembang dari benjolan merah menjadi lepuh berisi cairan hingga berujung menjadi kudis.
Gejala lain yang juga bisa dialami termasuk demam, sakit kepala, dan kelelahan.
3. Penyakit Anak yang Menyeramkan untuk Orang Dewasa
"Secara umum, banyak penyakit menular lebih buruk jika dialami oleh orang dewasa daripada pada anak-anak. Orang dewasa mungkin memiliki komplikasi yang lebih parah dan mungkin memerlukan rawat inap," ujar dokter Amesh A. Adalja, M.D., senior associate di John Hopkins Center for Health Security.
Jika seseorang yang sudah dewasa belum pernah mengalami penyakit cacar air dan tidak pernah mendapatkan vaksinasi, ia berisiko tinggi mengalami beragam komplikasi akibat penyakit cacar air.
Dalam Meningitis Research Foundation, beberapa komplikasi yang bisa terjadi seperti pneumonia dan meningitis atau ensefalitis (infeksi otak).
Baca Juga: Cacar Air pada Bayi, dari Gejala, Penyebab, dan Vaksinasi
4. Bisa Dicegah dengan Vaksin
Cara paling pasti untuk melindungi anak dari penyakit cacar air adalah dengan memberikan vaksinasi.
"Kami memiliki satu setengah dekade untuk melihat bagaimana vaksin bekerja dan ini sangat efektif. Dalam hampir 100 persen kasus akan mencegah penyakit serius ini pada orang yang sehat," kata dokter Mary Anne.
Menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat, tingkat kemanjuran total dengan pemberian vaksin sekitar 80 hingga 85 persen.
Berarti bahwa antara 15 hingga 20 persen orang yang divaksinasi mungkin masih terkena penyakit cacar air, tetapi mereka akan memiliki gejala yang lebih ringan.
5. Penyakit Cacar Air Tidak Berulang, Tetapi Bisa Menimbulkan Penyakit Lain
Setelah seorang anak terkena penyakit cacar air, ia mungkin tidak akan mengalaminya lagi.
Namun, bertahun-tahun kemudian, anak bisa terkena penyakit shingles atau herpes zoster.
Ini terjadi karena virus Varicella zoster yang menyebabkan cacar air masih ada di dalam tubuh dalam keadaan tidak aktif.
Baca Juga: Bagaimana Membedakan Flu Singapura dan Cacar Air?
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, ada sekitar 1 juta kasus herpes zoster setiap tahun di Amerika.
Siapa pun yang menderita cacar air bisa terkena herpes zoster tetapi risikonya meningkat seiring bertambahnya usia.
Namun, tak perlu cemas. Sekarang telah tersedia vaksin untuk herpes zoster yang direkomendasikan untuk orang dewasa yang berusia 60 tahun ke atas.
6. Hampir Mirip dengan Flu Biasa
Tahukah Moms, fakta dari penyakit cacar air lainnya yakni gejala ini pada orang dewasa biasanya mirip dengan gejala pada anak-anak, tetapi bisa menjadi lebih parah.
Penyakit ini berkembang melalui gejala yang dimulai 1-3 minggu setelah terpapar virus.
Sehingga ini menyerupai gejala seperti flu seperti demam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, nyeri tubuh, dan sakit kepala.
Jadi, jika Moms mengalami gejala demikian segera konsultasi dengan dokter ya untuk tahu diagnosis tepatnya.
7. Vaksin Memperkecil Risiko Komplikasi
Kebanyakan orang yang pernah menderita cacar air atau telah divaksinasi, akan lebih kebal terhadap cacar air.
Meski begitu, mereka masih ada peluang untuk terinfeksi kembali, tetapi ini jarang terjadi.
Jika Moms atau Si Kecil divaksinasi dan masih terkena cacar air, gejalanya sering kali lebih ringan, dengan lepuh lebih sedikit, demam ringan, atau bahkan tidak sama sekali.
Risiko terinfeksi virus Varicella-zoster yang menyebabkan cacar air lebih tinggi jika kita belum pernah menderita cacar air atau belum mendapatkan vaksin cacar air.
Untuk itu, sangat penting melakukan imunisasi lengkap agar terhindar dari keparahan berbagai penyakit menular.
8. Ada Golongan yang Berisiko Tinggi Terinfeksi
Mengutip dalam National Health Services, jarang ada kasus penyakit ini di saat kehamilan serta kemungkinannya komplikasi lebih rendah.
Jika Moms terkena cacar air saat hamil, ada risiko kecil bagi bayi mengalami hal serupa ketika lahir.
Meski begitu, adapun orang-orang yang berisiko lebih tinggi terkena komplikasi cacar air meliputi:
- Bayi baru lahir dan bayi yang ibunya tidak pernah menderita cacar air atau vaksin
- Remaja dan orang dewasa
- Ibu hamil yang belum pernah terkena cacar air
- Orang yang merokok
- Orang yang sistem kekebalannya lemah karena pengobatan, seperti kemoterapi, atau oleh penyakit, seperti kanker atau HIV
- Orang yang menggunakan obat steroid untuk penyakit atau kondisi lain, seperti asma
9. Pemulihan Membutuhkan Waktu
Kebanyakan orang yang didiagnosis dengan cacar air akan disarankan untuk memperhatikan gejalanya.
Bagi anak-anak yang terinfeksi, orang tua disarankan untuk meliburkan anak-anak dari sekolah dan tidak ke tempat ramai untuk mencegah penyebaran virus.
Orang dewasa yang terinfeksi juga perlu tinggal di rumah.
Dokter nantinya akan meresepkan obat antihistamin atau salep oles untuk membantu meredakan gatal.
Gatal pada kulit akibat cacar air salah satu yang dikhawatirkan hingga mengganggu kita beraktivitas.
Selain menggunakan salep, Moms juga dapat menenangkan kulit yang gatal dengan:
- Mandi air hangat.
- Mengoleskan losion tanpa pewangi.
- Mengenakan pakaian yang ringan dan lembut.
Baca Juga: Tahapan Cacar Air dari Fase Perkembangan Virusnya di Tubuh
Dokter juga akan meresepkan obat antivirus jika seseorang mengalami komplikasi dari virus atau berisiko mengalami gejala lebih berat.
Orang yang berisiko tinggi biasanya adalah orang muda, orang dewasa yang lebih tua, atau mereka yang memiliki riwayat masalah kesehatan.
Obat antivirus ini tidak menyembuhkan cacar air. Justru, mereka membuat gejalanya tidak terlalu parah dengan memperlambat aktivitas virus.
Ini akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita dan sembuh lebih cepat.
Mitos Cacar Air yang Tidak Perlu Dipercayai
Selain fakta, berikut beberapa mitos tentang penyakit cacar air yang tidak terbukti.
1. Vaksin Mencegah Cacar Air 100%
Dr. Nazia menjelaskan bahwa hampir semua atau lebih dari 99 persen anak-anak membentuk kekebalan terhadap penyakit cacar air setelah mendapatkan 2 dosis vaksin.
"Sementara untuk anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa, sekitar 78 persennya membentuk kekebalan setelah menerima 1 dosis dan 99 persen lainnya setelah menerima 2 dosis yang direkomendasikan," katanya.
Namun, Moms harus tahu bahwa walaupun beberapa anak yang divaksinasi masih akan terkena penyakit cacar air, umumnya mereka akan memiliki bentuk penyakit yang jauh lebih ringan.
Yaitu lepuh yang lebih sedikit, demam yang lebih ringan, dan pemulihan yang cepat dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi.
Jadi, pernyataan bahwa vaksin akan menghadang semua anak dari virus adalah mitos penyakit cacar air yang tak perlu dipercaya.
Vaksin tidak mencegah 100% tetapi dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan meringankan gejala apabila terjangkit.
2. Hanya Dialami 1 atau 2 Kali Seumur Hidup
Orang tua terdahulu sering mengatakan penyakit cacar air hanya bisa dialami sekali dalam seumur hidup. Sayangnya itu hanya mitos cacar air.
Dr. Nazia menjelaskan faktanya adalah kebanyakan orang yang pernah terjangkit, akan mendapatkan kekebalan yang lebih.
Dalam 90 persen kasus yang terjadi, pernah terserang akan memberikan kekebalan seumur hidup.
"Sisanya yang 10 persen, berpotensi terkena penyakit cacar air lebih dari sekali karena status kekebalan yang melemah," ujarnya.
Baca Juga: Gejala Cacar Api dan Perbedaannya dengan Cacar Air, Simak!
3. Tidak Akan Terkena Herpes Zoster
Cacar adalah infeksi awal dari VZV. Beberapa orang mengatakan orang yang sudah terkena penyakit cacar air tidak akan terserang herpes zoster karena sudah memiliki kekebalan tubuh.
Padahal, meskipun sudah sembuh dari penyakit cacar air, virus ini tetap ada (tidak aktif) dalam sel-sel saraf seumur hidup.
Herpes zoster adalah ruam kulit dengan gejala yang menyakitkan dan dapat terjadi beberapa dekade kemudian.
Ini karena virus yang tadinya tidur menjadi aktif kembali.
"Reaktivasi terjadi karena penurunan tingkat kekebalan, perubahan hormon, status emosi atau paparan sinar ultra-violet," kata Professor of Virology at Bangabandhu Sheikh Mujib Medical University (BSMMU), Dr. Saifullah Munshi.
Selain itu, memang benar penyakit ini disebabkan oleh virus yang sama dengan penyakit cacar air.
Akan tetapi, vaksin yang sama biasanya tidak memberikan kekebalan terhadapnya.
Jadi, tidak terserang virus herpes zoster karena sudah terserang penyakit cacar air adalah bagian dari mitos penyakit cacar air.
4. Losion Calamin Menyembuhkan Gatal
Dikutip dari KidsHealth, penderita penyakit cacar air banyak dianjurkan menggunakan lotion calamin.
Namun, tidak ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa lotion calamin bisa menyembuhkan gejala penyakit cacar air.
Lotion calamin hanya memberikan efek dingin sesaat ketika cairan menguap pada kulit.
Akan tetapi, losion ini bisa menyebabkan kulit menjadi kering dan malah memperburuk kondisi atau menjadi semakin gatal.
5. Tidak Boleh Mandi
Moms yang pernah mengalami atau salah satu anggota keluarganya terkena penyakit cacar air pasti sudah sering diperingatkan untuk tidak memandikannya. Padahal, hal itu hanya mitos penyakit cacar air.
Dr. Saifullah juga mengatakan sangat aman untuk mandi bagi orang yang terkena penyakit cacar air, bahkan mungkin mandi akan membuatnya merasa jauh lebih baik.
Namun, Moms harus ingat bahwa saat mandi, seseorang harus menghindari menggosok luka lepuh yang ada.
Ini karena dikhawatirkan dapat memindahkan bakteri dari kuku ke lesi cacar yang menyebabkan peradangan lebih lanjut dan mungkin meninggalkan bekas permanen kecil di kulit.
6. Penyakit Cacar Air pada Si Kecil yang Tak Normal
Mitos penyakit cacar lainnya yaitu Si Kecil yang sakit 5 lima hari dan bintik-bintiknya masih bertambah artinya mengalami sesuatu yang tidak normal.
Padahal, sangat normal bagi anak-anak memiliki bintik atau luka lepuh yang tetap ada selama sekitar tujuh hari.
Komplikasi sendiri sangat jarang terjadi pada anak yang sehat. Akan tetapi, jika Moms khawatir, konsultasi dengan dokter harus dilakukan.
7. Membiarkan Si Kecil Terpapar Penyakit Cacar Air
Dikutip dari Express.co.uk, penelitian telah menunjukkan bahwa 1 dari 8 orang tua mengatakan bahwa mereka akan membiarkan anaknya untuk berada di sekitaran orang yang terkena penyakit cacar air.
Hal ini dilakukan untuk mengekspos atau membiarkan anak mereka agar terkena penyakit cacar air pada waktu yang bersamaan sehingga tidak akan terkena lagi pada saat tak terduga.
Tentu saja banyak dokter menganggap ini ide yang buruk.
Bayangkan bagaimana perasaan Moms jika Si Kecil adalah 1 dari 1.000 orang yang dirawat di rumah sakit dengan komplikasi yang disebabkan karena Moms sengaja membiarkannya terpapar.
8. Tidak Perlu Minum Obat
Banyak mitos penyakit cacar air menganggap penderita tidak perlu minum obat karena obat tidak dapat membantu sakit yang disebabkan oleh virus.
Profesor Anne Goh, President of the Singapore Paediatric Society, mengungkapkan itu adalah tindakan salah.
Menurutnya, antivirus khusus seperti Acyclovir dapat diresepkan oleh dokter untuk membantu mengurangi jumlah vesikel dan mungkin mempersingkat lamanya penyakit.
"Namun, obat tersebut harus diberikan pada awal penyakit atau dalam 48 jam pertama setelah penyakit cacar air muncul agar lebih efektif," katanya seperti dikutip Asiaone.com.
9. Tidak Berbahaya dan Tidak Menyebabkan Kematian
Jangan salah, cacar air bisa berakibat fatal. Menurut Dr. Saifullah, terjadi peningkatan kematian pasien penyakit cacar air pada anak di bawah usia 14 tahun.
Jika 20 tahun lalu hanya 1 persen anak yang meninggal karena penyakit cacar air, saat ini terjadi peningkatan menjadi 20 persen.
Selain itu, adanya komplikasi lain pada Si Kecil atau anggota keluarga yang terkena penyakit cacar air juga harus diperhatikan.
Selain demam tinggi, ada risiko penyakit kulit, kemungkinan bekas luka dari lepuh yang terinfeksi, dan komplikasi serius yang lebih menakutkan, seperti radang selaput otak.
"Banyak yang gagal menyadari bahwa di luar dehidrasi, diare, dan infeksi kulit yang berhubungan dengan penyakit cacar air, infeksi dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius seperti radang selaput otak, pneumonia, dan, bahkan kematian, dalam kasus yang jarang terjadi," kata Prof. Goh juga mengingatkan.
Baca Juga: Simak Ciri-Ciri Cacar Air yang Harus Diwaspadai
Inilah sederet fakta dan mitos penyakit cacar air yang dapat terjadi pada anak dan dewasa.
Cegah penyakit ini sejak dini dengan memberikan vaksin agar Si Kecil tetap sehat.
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chickenpox/symptoms-causes/syc-20351282
- https://www.meningitis.org/meningitis/causes/viral-meningitis
- https://health.mo.gov/living/healthcondiseases/communicable/chickenpox.php
- https://www.cdc.gov/chickenpox/about/index.html
- https://kidshealth.org/en/parents/chicken-pox.html
- https://www.nhs.uk/conditions/chickenpox/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.