5 Penyebab Lama Hamil setelah Keguguran, Perhatikan Moms
Penyebab lama hamil setelah keguguran sangat beragam. Namun memang, hal ini tidak terjadi pada semua orang.
Pada dasarnya, tidak ada wanita yang mau mengalami keguguran. Sebab, momen menantikan sang buah hati menjadi kebahagiaan tersendiri. Sayangnya, keguguran bisa terjadi karena berbagai faktor penyebab.
National Health Service UK mengungkapkan, keguguran biasanya terjadi selama trimester pertama kehamilan, disebabkan oleh masalah pada janin atau akibat dari kondisi kesehatan ibunya.
Namun, keguguran juga bisa terjadi saat trimester kedua atau ketiga, yang disebabkan oleh faktor infeksi, pembukaan rahim lebih cepat hingga terjadinya perdarahan.
Wajar saja apabila keguguran bisa menjadi trauma tersendiri bagi pasangan yang tengah mengharapkan keturunan.
Penyebab Lama Hamil setelah Keguguran
Lantas, apa yang bisa menyebabkan seorang wanita lama hamil setelah keguguran? Ini ulasan selengkapnya.
1. Trauma yang Mengarah pada PTSD
Setiap wanita yang mengalami keguguran tentunya bisa memiliki kondisi psikis yang berbeda-beda.
Sebenarnya, keguguran tidak mengganggu kesuburan wanita. Keguguran juga tidak menghalangi wanita untuk bisa hamil lagi, selama rahimnya dalam keadaan sehat.
“Jika seorang wanita mengalami keguguran, ia bisa memiliki peluang hamil yang sama seperti wanita lainnya. Sudah seharusnya itu menjadi harapan bagi sepasang suami dan istri,” ungkap Dr. Jani Jensen, ahli endokrinologi reproduksi dan asisten profesor di Rochester, Minnesota.
Lalu, apa yang menjadi penyebab lama hamil setelah keguguran? Faktor terbesar adalah beban emosional dari wanita.
Keguguran bisa menjadi bentuk trauma yang sulit dihilangkan, hingga mengganggu kesehatan mental seseorang.
“Keguguran dini bisa menjadi tekanan psikologis yang signifikan dan berisiko 20 persen lebih tinggi untuk mengalami PTSD. Kondisi ini bisa bertahan setidaknya sembilan bulan setelahnya atau mungkin lebih lama,” ungkap Dr. Tom Bourne, peneliti dari Imperial College London dan konsultan ginekolog di Queen Charlotte's dan Chelsea Hospital, London.
Post-traumatic stress disorder (PTSD) bukan hanya sekadar stres biasa, ya, Moms.
PTSD adalah kondisi kejiwaan yang bisa berakibat fatal yang dapat terbentuk karena peristiwa traumatis.
American Psychiatric Association mengungkapkan, seseorang dengan PTSD memiliki pikiran dan perasaan yang intens dan bisa mengganggu kehidupan mereka.
Mereka dapat merasa sangat sedih, takut, atau marah jika mengingat peristiwa traumatis tersebut.
Umumnya, orang dengan PTSD akan menghindari situasi, tempat, atau orang yang mengingatkan mereka dengan peristiwa traumatis.
Jika PTSD disebabkan karena keguguran, maka mereka merasa menderita saat kehilangan bayi dan kerap mengalami mimpi buruk.
Hal ini membuat mereka tidak ingin mengalami hal yang sama. Artinya, bukan tidak mungkin seorang wanita dengan PTSD akibat keguguran akan takut untuk hamil lagi.
Peristiwa keguguran memang bukan saja menjadi kesedihan bagi calon ibu atau ayahnya, tapi bisa menjadi kesedihan seluruh keluarga besar. Untuk itu, jangan larut dalam duka terlalu lama.
Jika saat ini Moms mengalami keguguran dan merasa takut untuk hamil lagi, segera lakukan konseling atau perawatan khusus dengan ahli pada bidangnya.
Jangan biarkan rasa stres membuat kehidupan Moms menjadi terhambat.
Dukungan pasangan juga diperlukan agar mampu melewati masa-masa yang sulit. Hal ini untuk mencegah terjadinya PTSD.
Baca Juga: Kenali Plasenta Akreta yang Dapat Mempersulit Wanita untuk Hamil Kembali
2. Stres yang Dialami Pasangan
Sering kali kita berpikir bahwa keguguran hanya membuat calon ibu menjadi sedih dan stres.
Faktanya, calon ayah juga pasti mengalami hal yang sama. Namun, pria menunjukkan rasa sedih yang berbeda dari wanita.
Pria mengungkapkan banyak reaksi emosional dengan cara yang berbeda dari wanita. Jika seorang pria sedang merasa sedih, ia tidak perlu menangis atau menunjukkan pada istrinya.
"Umumnya, mereka akan mengambil tindakan untuk menghindar. Contohnya melampiaskan dengan bekerja terus-menerus,” ungkap David Diamond, psikolog dan profesor di California School of Professional Psychology.
Pria tidak selalu menunjukkan reaksi ketika mereka sedang sedih atau kehilangan, bahkan untuk orang-orang terdekatnya.
Sayangnya, pelampiasan tersebut juga bisa berujung pada hal-hal negatif, seperti menjadi pecandu alkohol.
Apa pun itu, stres yang dialami pasangan bisa membuat hubungan rumah tangga menjadi renggang.
Misalkan saja, suami menjadi sibuk bekerja untuk menghindari rasa kehilangan setelah keguguran yang dialami istrinya.
Hal tersebut membuat ia larut pulangnya dan tidak memiliki waktu lebih intim dengan istri.
Jika waktu bertemu saja sudah susah, rasanya program hamil juga sulit untuk dilakukan.
Keguguran bisa membuat seorang calon ayah memiliki rasa bersalah yang amat mendalam.
Rasa bersalah ini bisa berujung pada tingkat kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan depresi.
Jika dibiarkan, kesehatan mental suami justru akan terganggu.
Selain itu, National Institutes of Health (NIH) juga menemukan bahwa suami depresi bisa mempersulit upaya hamil pada pasangan karena bisa bermasalah pada infertilitas.
Untuk itu, Moms harus peka melihat perubahan sikap pasangan. Jika ia mulai sibuk sendiri, coba cari alasan di balik sikapnya tersebut.
Jangan langsung mengambil asumsi kalau suami tidak peduli dengan perasaan kita yang baru mengalami keguguran.
Ya, terkadang pasangan tidak tahu cara mengekspresikannya dengan baik.
Coba ambil waktu untuk bisa berkomunikasi dengan pasangan. Utarakan apa yang menjadi keresahan Moms terhadap perubahan sikap suami.
Tindakan tersebut mampu membuka hati pasangan untuk lebih jujur. Setelahnya, cari upaya untuk mampu keluar dari masalah tersebut.
Jika harus pergi ke dokter atau psikolog, tentunya harus dari persetujuan keduanya. Hal terpenting adalah Moms dan pasangan harus punya tujuan yang sama.
Baca Juga: 5 Love Language untuk Bonding yang Lebih Intim, Moms Tipe yang Mana?
3. Efek Samping Akibat Kuretase
Mayo Clinic mengungkapkan, dilatasi dan kuretase (D&C) adalah prosedur untuk mengangkat jaringan dari rahim.
Dokter melakukan prosedur ini untuk mendiagnosis dan mengobati kondisi uterus tertentu, termasuk ketika membersihkan lapisan rahim setelah mengalami keguguran.
Kuretase, atau yang lebih sering disebut kuret ini biasanya sangat aman, dan komplikasi jarang terjadi.
Namun, ada tetap ada risiko efek samping yang bisa terjadi. Salah satu hal yang paling fatal adalah kerusakan pada leher rahim dan jaringan parut di dinding rahim.
Jadi, apabila serviks robek selama prosedur D&C, dokter biasanya akan memberikan obat untuk menghentikan pendarahan.
Atau dokter juga dapat menutup luka dengan jahitan. Selain itu, jaringan parut di dinding rahim bisa terjadi karena proses kuret.
Kondisi ini memang sangat jarang terjadi. Namun, pengembangan jaringan parut di rahim bisa dikenal dengan sindrom Asherman, yang memang terjadi akibat keguguran.
Akhirnya, siklus menstruasi menjadi tidak normal, risiko mengalami keguguran lagi di masa mendatang, atau bisa mengakibatkan infertilitas.
Studi yang diterbitkan dalam Ochsner Journal, prosedur D&C yang dilakukan berulang kali telah dikaitkan pada risiko terjadi solusio plasenta, gawat janin, berat lahir rendah, dan perdarahan pada kehamilan.
Pernyataan-pernyataan tersebut tentunya bukan untuk menakuti Moms, ya.
Namun, tetap ada risiko yang bisa terjadi meskipun prosedur ini dianggap aman dan jarang menimbulkan komplikasi.
Wanita yang lama hamil setelah keguguran bisa dipengaruhi karena proses kuret yang dilakukan.
Untuk itu, Moms harus benar-benar menjaga kesehatan dengan baik setelah menjalani proses kuret.
Bila setelah menjalani prosedur D&C mengalami pendarahan yang cukup berat, demam, kram yang berlangsung lama, rasa sakit yang semakin buruk, dan muncul bau tidak sedap dari vagina, segera periksakan diri ke dokter.
Baca Juga: 6 Arti Mimpi Keguguran, Jangan Langsung Panik
4. Alami Penyakit Radang Panggul
Dilansir dari American Pregnancy Association, salah satu risiko yang bisa terjadi akibat proses kuretase adalah infeksi pada organ panggul.
Infeksi organ panggul menyebabkan penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID).
Sayangnya, penyakit radang panggul tidak bisa dianggap sepele. Penyakit ini bisa menjadi penyebab wanita lama hamil setelah keguguran.
Pada dasarnya, PID bisa terjadi setelah keguguran atau prosedur lain yang membuka serviks atau perut.
Segala prosedur yang memungkinkan kuman penyebab penyakit masuk dengan mudah ke organ reproduksi.
PID dapat menyebar di luar saluran reproduksi serta menyebabkan komplikasi serius hingga fatalnya dapat mengancam nyawa.
Sebenarnya, faktor terbesar seorang wanita mengalami PID adalah hubungan seksual yang berisiko, artinya tidak memakai pengaman dan berhubungan bergonta-ganti pasangan.
Namun, sebaiknya Moms bisa mengenali gejala-gejala PID agar mampu mendeteksi dan segera menanganinya dengan baik.
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention mengungkapkan, gejala penyakit radang panggul yang perlu diwaspadai adalah nyeri di perut bagian bawah, demam, muncul cairan yang tidak biasa dengan bau tidak sedap dari vagina.
Gejala lainnya yang perlu diketahui adalah nyeri atau pendarahan saat berhubungan seks, merasakan sensasi terbakar saat buang air kecil, dan terjadi pendarahan antar periode menstruasi.
Jika setelah keguguran dan melakukan proses kuret Moms mengalami hal tersebut, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
PID bisa ditangani, asalkan lebih cepat dan hasilnya akan lebih baik. Jika dibiarkan, maka hal ini bisa membahayakan kesehatan Moms sendiri.
Baca Juga: 5 Mitos tentang Penyakit Menular Seksual
5. Pola Hidup yang Tidak Sehat
Peristiwa keguguran bisa mengubah cara berpikir dan kebiasaan Moms.
Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh tingkat stres yang tinggi, sehingga cenderung mengabaikan kesehatan fisik dengan pola hidup yang tidak sehat.
Contohnya seperti mengonsumsi makanan junk food, kurang berolahraga, jarang minum air putih, dan kurangnya asupan nutrisi ke dalam tubuh.
Kalau dibiarkan, maka pola hidup yang tidak sehat ini akan menjadi bumerang tersendiri bagi Moms dan pasangan.
Sebut saja salah satu risiko terbesar yang bisa terjadi adalah obesitas atau kelebihan berat badan.
Dilansir dari News Medical, stres jangka panjang bisa berkaitan dengan obesitas.
Stres kronis menyebabkan Moms lebih suka untuk mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, gula, dan kalori, sehingga mengakibatkan kelebihan berat badan.
Nah, obesitas tidak hanya bisa mengakibatkan penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung, namun juga bisa berpengaruh pada tingkat kesuburan.
Melalui penelitian yang dilakukan Human Reproduction, wanita yang alami obesitas memiliki 43 persen lebih kecil kemungkinan untuk bisa hamil dibandingkan wanita dengan berat badan normal.
Sebenarnya, tidak hanya wanita, pria yang obesitas juga memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah dibandingkan pria dengan berat badan ideal.
Untuk itu, apabila Moms dan pasangan berencana untuk mempunyai anak lagi, sebaiknya terapkan pola hidup yang sehat dengan rutin berolahraga.
Baca Juga: Program Hamil Setelah Keguguran, Ini Hal yang Harus Diperhatikan
Itulah beberapa hal yang perlu dipahami tentang penyebab lama hamil setelah keguguran.
Tenang saja, Moms, wanita yang alami keguguran punya peluang yang sama untuk hamil dan melahirkan dengan normal. Semoga berhasil!
- https://www.nhs.uk/conditions/miscarriage/causes/
- https://www.psychiatry.org/patients-families/ptsd/what-is-ptsd
- https://www.nih.gov/news-events/news-releases/male-depression-may-lower-pregnancy-chances-among-infertile-couples-nih-study-suggests
- https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/dilation-and-curettage/about/pac-20384910
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3096409/
- https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-complications/d-and-c-procedure-after-miscarriage/
- https://www.cdc.gov/std/pid/stdfact-pid.htm
- https://www.news-medical.net/health/Obesity-and-stress.aspx
- https://www.webmd.com/infertility-and-reproduction/news/20071211/obesity-linked-to-infertility-in-women#1
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.