Serba-serbi Polip Rahim, Benarkah Bisa Menyebabkan Sulit Hamil?
Polip rahim adalah pertumbuhan tidak normal di lapisan dinding rahim atau endometrium dan sering disebut sebagai polip endometrium.
Umumnya, kondisi ini tidak menjadi ganas. Namun, jangan disepelekan, ya Moms.
Sebab, kondisi ini juga bisa berubah menjadi berbahaya meskipun jarang terjadi.
Mengutip dari Cleveland Clinic, kondisi ini biasanya jinak atau bukan kanker.
Namun, bisa menyebabkan masalah menstruasi atau gangguan kesuburan.
Polip bisa berbentuk ketika adanya pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan endometrium.
Ukurannya bisa berbentuk oval atau bulat dengan ukuran seperti biji wijen atau bisa juga besar seperti bola golf, lho Moms.
Nah, simak lebih jelasnya di bawah ini, ya Moms.
Baca Juga: Mengenal Polip Uterus atau Polip Rahim: Penyebab dan Gejalanya
Apa Itu Polip Rahim?
Polip rahim atau polip endometrium memang kerap dianggap sebagai daging tumbuh dalam rahim.
Daging sebenarnya disebut sebagai jaringan abnormal.
"Polip rahim seperti tumor jinak pada dinding rahim yang menyerupai ‘daging’," jelas dr. Thomas Chayadi, Sp.OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, RS Pondok Indah, Puri Indah.
Melansir dari artikel jurnal bertajuk Endometrial Polyps: Pathogenesis, Sequelae and Treatment, polip endometrium merupakan pertumbuhan berlebih dari kelenjar endometrium.
Biasanya jaringan atau pertumbuhan ini menonjol ke dalam rongga rahim.
Kondisi ini menyerang dan memengaruhi usia reproduksi dan bisa juga menyerang perempuan pascamenopause.
Sayangnya, polip endometrium bisa tidak menimbulkan gejala sama sekali sehingga sulit dikenali.
Meski demikian, kondisi ini cukup umum dan bisa diobati.
Polip rahim bisa terbentuk lebih dari satu. Bisa berada di dalam rahim, atau ke bawah melalui pembukaan rahim atau serviks ke dalam vagina.
Seperti yang sudah disinggung di atas, kondisi ini tidak bersifat kanker (jinak). Namun, beberapa bisa bersifat kanker atau polip prakanker.
Jadi, tetap perlu diwaspadai, ya!
Baca Juga:Kanker Rahim: Jenis, Gejala, dan Perawatannya
Pantangan Polip Rahim dan Faktor Risiko
Jika Moms memiliki polip rahim, menurut dr. Thomas Chayadi tidak ada pantangan khusus bagi penderitanya.
"Umumnya, polip disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan, masalah keseimbangan hormon, serta infeksi. Jadi, tidak ada pantangan khusus bagi penderita polip rahim," ungkapnya.
Lalu, seperti dilansir dari beberapa sumber, kondisi ini tidak bisa dicegah.
Bahkan, jika sebelumnya pernah mengalami polip, kemungkinan akan kembali.
"Gaya hidup sehat harus selalu diterapkan, meskipun polip rahim memiliki risiko kekambuhan yang cukup tinggi karena salah satunya disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan," tambah dr. Thomas Chayadi.
Biasanya, jika sudah pernah mengalami polip endometrium, pasien akan disarankan untuk menjalani pemeriksaan rutin ke dokter guna menjalani perawatan.
Melansir dari WebMD, mencegah kondisi ini mungkin bisa dilakukan sebagai upaya menurunkan berat badan guna menghindari risiko.
Sebagai informasi tambahan, kondisi ini bisa menyerang siapa saja tapi umumnya memengaruhi usia 40-an dan 50-an atau mendekati masa menopause (perimenopause).
Bisa juga terjadi setelah menopause (pascamenopause) dan jarang terjadi pada orang di bawah 20 tahun.
Berikut faktor risikonya:
- Memiliki kelebihan berat badan (BMI >30)
- Memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi).
- Mengonsumsi tamoxifen, yaitu obat yang digunakan untuk mengobati kanker payudara.
- Menjalani terapi penggantian hormon yang terkait dengan estrogen dosis tinggi.
- Mengalami sindrom Lynch atau sindrom Cowden.
Pengobatan Polip Rahim
Mungkin Moms sering mencari tahu tentang tanaman obat untuk polip rahim, bukan? Sejauh ini, pengobatan polip lebih mengandalkan pengobatan medis, nih Moms.
Pengobatannya pun harus berdasarkan saran dokter karena tergantung dari kasus setiap kondisi.
Berikut beberapa pengobatan polip rahim yang umum dilakukan:
1. Menunggu Sembari Waspada
Beberapa kondisi tidak membutuhkan perawatan terlebih jika tidak memiliki gejala berat dan polip tidak memiliki tanda-tanda kanker.
Polip bisa hilang dengan sendirinya jika ringan.
Namun, harus lebih waspada bagi yang sudah melewati masa menopause atau bagi yang memiliki risiko tinggi terkena kanker rahim.
2. Mengonsumsi Obat-Obatan
Mengonsumsi obat-obatan bisa membantu, nih Moms.
Seperti mengonsumsi progestin dan agonis hormon pelepas gonadotropin guna membantu mengontrol kadar hormon.
Obat-obatan ini bisa mengontrol dan mengecilkan polip sehingga bisa meredakan gejala, salah satunya adalah pendarahan hebat ketika menstruasi.
Umumnya, gejala akan kembali jika berhenti minum obat. Jadi, jika Moms ingin berhenti minum obat, pastikan konsultasikan terlebih dahulu ke dokter, ya.
3. Operasi
Moms juga pasti sering bertanya-tanya apakah polip rahim harus dioperasi? Jawabannya adalah tergantung, ya Moms.
Jika parah, dokter bisa merekomendasikan untuk operasi yang dilakukan bersamaan dengan histeroskopi atau kuretase.
Prosedur ini bertujuan untuk mengikis lapisan dan menghilangkan polip.
Polip kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lanjutan apakah gangguan tersebut jinak atau kanker.
Jika berisiko kanker, mungkin dokter akan merekomendasikan operasi untuk mengeluarkan seluruh rahim yang disebut histerektomi.
"Polip dapat ditangani dengan tindakan pengangkatan polip melalui proses histeroskopi (minimal invasive)," jelas dr. Thomas Chayadi.
Baca Juga: 102 Obat Sirop yang Dilarang BPOM dan Perbedaannya dengan 5 Obat yang Ditarik
Diagnosis Polip Rahim
Diagnosis polip rahim perlu dilakukan oleh dokter. Prosedurnya berupa pemasangan kamera kecil yang disebut histeroskop.
Selama proses diagnosis, alat berkamera tersebut akan dimasukkan ke dalam rongga rahim.
Selain histeroskop, USG juga bisa membantu untuk mendiagnosis kondisi ini.
Dokter juga akan menggunakan alat skrining guna melihat adanya kemungkinan kanker.
Berikut beberapa metode untuk diagnosis lainnya:
1. USG Transvaginal
Tes pencitraan ini dilakukan dengan menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi guna melihat gambar organ internal.
Biasanya USG ini dilakukan sebelum melakukan biopsi.
2. Biopsi Endometrium
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil sampel kecil polip dan dicek ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut dan dilihat adanya kemungkinan kanker.
Jika bersifat kanker, tentu pengobatannya akan berbeda dengan polip non kanker.
3. Histeroskopi
Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan teleskop berbahan tipis, fleksibel, yang dilengkapi dengan cahaya (histeroskop) yang dimasukkan melalui vagina kemudian ke leher rahim.
Cara diagnosis satu ini dilakukan dokter untuk memeriksa bagian dalam rahim.
Baca Juga: 5 Perbedaan USG Abdominal dan USG Transvaginal, Moms Wajib Tahu!
Fakta Polip Rahim
Dilansir dari jurnal Sage Open Medicine, inilah 5 hal yang harus Moms ketahui tentang polip rahim atau polip uterus:
1. Menempel di Rahim
Menurut penjelasan American College of Obstetricians and Gynecologists, polip merupakan pertumbuhan jaringan abnormal berupa benjolan kecil, lunak, rata atau bertangkai mirip jamur.
Polip uterus terjadi di endometrium, yaitu lapisan dalam rahim tempat janin tumbuh.
Polip uterus biasanya bukan kanker, tetapi dapat menyebabkan masalah terhadap siklus menstruasi dan kesuburan wanita.
Baca Juga: Waspada Kanker Mulut, Ini Cara Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Area Mulut
2. Rentan Terhadap Wanita Dewasa
Polip uterus lebih mungkin berkembang pada wanita yang berusia antara 40 dan 50 tahun dibandingkan pada wanita yang lebih muda.
Polip uterus dapat terjadi setelah menopause, tetapi jarang terjadi pada wanita di bawah 20 tahun.
Peluang terkena polip rahim akan meningkat jika Moms kelebihan berat badan atau obesitas, serta memiliki tekanan darah tinggi.
3. Gejala Polip Rahim
Polip rahim memiliki gejala umum. Di antaranya, perdarahan atau bercak di antara periode menstruasi.
Lalu siklus menstruasi yang tidak teratur, dan selama menstruasi mengeluarkan lebih banyak darah.
Wanita dengan polip akan mengalami pendarahan vagina setelah menopause. Selain itu, mereka juga akan kesulitan memiliki anak.
Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Kontraksi Rahim Pascamelahirkan
4. Penyebab Polip
Alasan pasti mengapa polip terbentuk tidak diketahui, tetapi perubahan kadar hormon mungkin menjadi faktor.
Estrogen, yang berperan dalam menyebabkan endometrium menebal setiap bulan, juga tampaknya terkait dengan pertumbuhan polip uterus.
5. Sering Tertukar dengan Polip Serviks
Dilansir dari artikel jurnal Clinical Study of Endometrial Polyp and Role of Diagnostic Hysteroscopy and Blind Avulsion of Polyp, pemahaman tentang polip rahim dan polip serviks seringkali tertukar.
Padahal keduanya merupakan polip yang berbeda. Polip rahim berada di endometrium.
Ukuran benjolan dapat bervariasi, mulai dari seukuran biji wijen, hingga sebesar bola golf.
Sedangkan polip serviks tumbuh di saluran serviks. Yaitu penghubung rahim dan vagina.
Polip serviks berwarna kemerahan, keabuan ataupun keunguan.
Polip ini berbentuk seperti umbi atau batang tipis yang panjangnya sekitar 1-2 cm. Polip serviks tumbuh secara tunggal atau berkelompok.
Polip serviks dapat terjadi karena kadar estrogen yang tinggi atau tubuh merespons estrogen secara abnormal.
Polip ini paling umum terjadi pada wanita berusia di atas 20 tahun yang telah melahirkan lebih dari satu anak.
Kebanyakan polip serviks bersifat jinak dan biasanya baru terdeteksi saat melakukan pap smear.
Baca Juga: Sedang Promil? Simak Cara Mengecek Masa Subur Melalui 5 Jenis Lendir Serviks Berikut Ini
Penyebab Sulit Hamil
Polip rahim dan serviks dapat menyebabkan masalah pada kehamilan.
Polip berisiko mempersulit kehamilan, atau malah memicu keguguran, akibat perdarahan yang parah.
Polip rahim dapat menghalangi sel telur yang telah dibuahi, untuk menempel di rahim.
Sementara, polip serviks dapat menghalangi saluran tuba atau leher rahim.
Opsi pengobatan mungkin dapat mengatasi masalah tersebut.
Dikutip dari situs Perpustakaan Nasional Kedokteran Amerika, beberapa penelitian telah menemukan fakta bahwa menghilangkan polip dapat membantu wanita untuk hamil.
Akan tetapi, tidak ada bukti yang jelas bahwa langkah ini efektif untuk setiap penderita polip.
Baik polip rahim maupun polip serviks, sebetulnya jarang terjadi pada kehamilan.
Bila muncul, polip biasanya akan ikut hilang dalam proses persalinan.
Akan tetapi jika tidak keluar, Moms dapat menunggu hingga proses persalinan selesai untuk mengangkat polip tersebut.
Itulah 6 hal yang perlu Moms ketahui mengenai polip rahim. Sudah tahu kan bedanya dengan polip serviks?
Bila merasakan gejala-gejala polip rahim, segera periksakan diri ke dokter karena gejala polip rahim mirip dengan gejala kanker rahim.
Pemeriksaan oleh dokter dapat dilakukan untuk memastikan keadaan yang sebenarnya terjadi pada Moms.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6501471/
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14683-uterine-polyps
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/uterine-polyps/symptoms-causes/syc-20378709
- https://www.webmd.com/cancer/cervical-cancer/uterine-polyps
- https://www.healthline.com/health/womens-health/uterine-polyps#removal-procedure
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.