Proses IVF dengan Embrio Beku, Bikin Ibu dan Bayi Lebih Sehat?
In vitro fertilization sudah menjadi metode alternatif bagi pasangan yang kesulitan memiliki anak. Proses ini memungkinkan terjadinya pembuahan di luar tubuh, dan setelah pembuahan terjadi, embrionya kembali ditanamkan dalam rahim si calon ibu.
Sebuah studi mengklaim, jika prosedur itu menggunakan embrio yang sempat dibekukan terlebih dulu lalu dicairkan, cara ini menurunkan risiko gangguan pada ibu dan bayinya.
Baca Juga: Berapa Biaya Program Bayi Tabung?
Risiko dan Keuntungan Embrio Beku
Hal ini disebabkan bayi yang berasal dari embrio beku punya kecenderungan tidak lahir prematur, atau di bawah berat badan normal. Risiko meninggal selepas kelahirannya pun lebih kecil jika dibandingkan dengan embrio yang langsung ditanamkan ke rahim si calon ibu paska dibuahi.
"Sebenarnya embrio segar dapat ditanamkan kembali ke rahim ibu beberapa hari setelah dipindahkan. Namun khawatirnya, saat penanaman, rahim si calon ibu bisa jadi belum pulih sepenuhnya dari prosedur invasif yang dilakukan sebelumnya. Dan malah menimbulkan kerusakan," terang Dr. Abha Maheshwari dari Aberdeen University.
Selain itu, terungkap juga melalui hasil studi yang dilakukan tim peneliti, bahwa obat-obatan yang digunakan untuk merangsang produksi sel telur di awal prosedur bayi tabung bisa jadi masih 'berkeliaran' di dalam tubuh calon ibu saat embrio siap ditanamkan. Dan kondisi tersebut dapat memberikan efek yang berbahaya bagi kehamilan.
Baca Juga: Keberhasilan Program Bayi Tabung Berdasarkan Usia
Memilih Embrio yang Paling Sehat
Foto: healthline.com
Di luar fakta penanaman embrio segar di atas, ada fakta baru yang diungkap soal embrio yang dibekukan. Konon, embrio yang mampu bertahan dari proses pembekuan dan pencairan merupakan sebagai embrio yang paling sehat sehingga meningkatkan keberhasilan kehamilan.
Soal keberhasilan kehamilan, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Fertility Sterility menunjukkan kalau tingkat keberhasilan kehamilan dengan menggunakan embrio segar ataupun embrio beku itu sebenarnya tak ada bedanya.
Hanya saja jika menggunakan embrio beku, risiko pendarahan selama kehamilannya 30 persen lebih rendah, peluang si bayi lahir dengan berat badan di bawah normal 30-40 persen lebih rendah, risiko si bayi lahir permatur 20 persen lebih kecil dan risiko bayi meninggal setelah dilahirkan juga 20 persen lebih kecil.
"Meski begitu, tidak banyak klinik yang menyediakan prosedur embrio beku. Sebagian besar klinik kesuburan hanya menyediakan prosedur bayi tabung dengan embrio segar," tandas Dr Maheswari.
Baca Juga: Apa Bedanya Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan?
(RYO/DIN)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.