Sering Mencabut Alis? Bisa Jadi Moms Alami Gejala Trichotillomania!
Alis menjadi bagian dari wajah yang sering dihiasi dengan makeup. Berbagai tren alis pastinya sudah pernah Moms ikuti. Terkadang, mencabut alis dilakukan untuk mengatur bentuk alis agar lebih rapi.
Namun, apa yang terjadi ketika Moms memiliki kebiasaan mencabut alis tanpa alasan yang jelas? Hati-hati, Moms. Hal ini bisa menjadi salah satu gejala dari gangguan kesehatan mental yaitu trichotillomania.
Menurut National Health Service UK, waspada ketika Moms sering mencabut alis sebagai respons terhadap situasi yang membuat stres. Atau saat melakukan tanpa benar-benar memikirkannya, maka dapat masuk ke dalam kategori trichotillomania. Ini ulasan selengkapnya.
Baca Juga: Gangguan Mental pada Wanita, Ini Gejala dan Jenis-jenisnya
Kebiasaan Mencabut Alis Bisa Jadi Gejala Trichotillomania
Foto: thelist.com
Dilansir dari Mayo Clinic, trichotillomania atau disebut kelainan penarik rambut adalah gangguan kesehatan mental yang melibatkan dorongan berulang dan tak tertahankan untuk mencabut rambut.
Rambut itu sendiri bisa berasal dari kepala, alis, atau area lain yang berada di tubuh Moms. Keinginan tersebut begitu besar hingga tidak mampu untuk dihentikan.
Psychology Today mengungkapkan, gejala trichotillomania bisa pertama kali muncul sejak usia 10-13 tahun. Perilaku kompulsif ini bisa mengakibatkan rambut rontok yang signifikan atau bintik-bintik botak di kulit kepala.
Tentunya rambut pada area tubuh yang lain, termasuk alis, juga bisa mengalami kerontokan.
Ada beberapa kondisi yang bisa menjadi pemicu seseorang mengalami kondisi ini, seperti:
- Mengalami perasaan tertekan, malu, dan rasa cemas yang berlebihan.
- Menghindari hubungan dekat dengan orang lain.
- Jarang menghadiri kegiatan-kegiatan kelompok.
- Menggunakan syal, wig, gaya rambut alternatif, atau makeup untuk menutupi bagian tubuh yang rontok.
Jika dibiarkan, maka trichotillomania bisa menyebabkan infeksi dan kerusakan fisik pada jaringan kulit, persendian, dan otot.
Kondisi ini juga biasanya muncul dengan gangguan lainnya seperti gangguan perilaku makan (eating disorder) dan perubahan suasana hati yang begitu cepat.
Baca Juga: 3 Tahapan Kondisi Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19, Wajib Tahu!
Cara Mengatasi Trichotillomania
Foto: cheatsheet.com
Seperti yang sudah diungkapkan, trichotillomania bisa muncul saat usia sangat muda. Namun, bukan berarti orang dewasa tidak bisa mengalaminya.
Jadi, jangan malu dan khawatir saat Moms mengalami indikasi gejala dari trichotillomania. Segera lakukan pemeriksaan pada dokter atau ahli yang memiliki pengetahuan khusus tentang trichotillomania.
Trichotillomania termasuk ke dalam salah satu dari sekelompok perilaku yang dikenal sebagai perilaku berulang yang berfokus pada tubuh (BFRB).
Mengutip Child Mind, umumnya penanganan trichotillomania akan dipusatkan pada terapi pengalihan kebiasaan dan terapi perilaku kognitif.
Pertama-tama, Moms akan dicari faktor penyebab dan kapan kecenderungan mencabut alis dilakukan. Jawabannya bisa beragam, di antaranya melakukannya di kamar saat bosan atau stres, bersembunyi di kamar mandi, atau saat menonton televisi.
Pada tahapan ini, dibutuhkan kejujuran Moms untuk melakukan evaluasi selanjutnya. Dokter dapat memberikan pengalihan kegiatan agar tidak berkeinginan untuk mencabut alis atau mengenakan band-aids di jari.
“Perawatan fokus pada mengajar orang itu keterampilan mengatasi kesulitan yang lebih baik. Selain itu, kemampuan untuk menoleransi emosi negatif, sehingga mencapai tujuannya yaitu menghentikan kebiasaan tersebut,” ujar Dr. Jerry Bubrick, psikolog klinis senior.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah mencari pemicu ketika Moms mencabut alis dan belajar cara menghindarinya, meminta dukungan dari orang terdekat secara emosional, dan mengganti kegiatan lainnya seperti meremas bola stres.
Pada intinya, coba cari kegiatan agar tangan tetap sibuk sehingga keinginan mencabut alis tidak terjadi.
Itulah yang bisa dipahami tentang trichotillomania. Jangan lupa untuk mengelola stres dengan baik agar terhindar dari berbagai gangguan kesehatan mental.
Baca Juga: Ini Dampak Gangguan Kesehatan Mental Jika Tidak Diatasi, Jangan Anggap Enteng!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.