Sindrom Couvade pada Dads Selama Moms Hamil, Ini Penjelasannya!
Kehamilan dapat membawa banyak kejutan pada suatu hubungan bagi calon Moms dan Dads.
Bila banyak orang berpikir Moms yang hamil adalah satu-satunya yang tubuhnya mengalami perubahan selama sembilan bulan kehamilan, ternyata tak benar seutuhnya.
Dads pun terkadang mengalami gangguan kehamilan simpatik, termasuk berbagai tekanan psikologis, dan fisik seperti kecemasan, sulit tidur, kenaikan berat badan, dan perubahan dalam keluarga dan hubungan professional selama kehamilan Moms.
Menurut American Journal of Men's Health, Hal ini disebut sebagai sindrom couvade atau sindrom Ayah Hamil.
Sindrom Couvade berdasarkan istilah couvade berasal dari kata Prancis “couver’ yang berarti merenung.
Dilansir dari Journal of Reproductive and Infant Psychology, sindrom ini memengaruhi Dads terutama selama trimester pertama dan ketiga kehamilan yang biasanya berhenti setelah persalinan.
Gejala Sindrom Couvade
Agar segera mengetahui, Moms dan Dads bisa mengetahu beberapa gejala sindrom couvade yang dibagi menjadi dua menurut artikel Mayo Clinic yaitu:
1. Gejala Fisik
Foto: Orami Photo Stocks
Bila Dads mengalami sindrom couvade maka akan mengalami gejala seperti mual, mulas, sakit perut, kembung, perubahan nafsu makan, masalah pernapasan, sakit gigi, kram kaki, sakit punggung, dan iritasi kemih atau genital.
Baca Juga: Deretan Manfaat Jika Ayah Rutin Mengusap Perut Ibu Hamil
2. Gejala Psikologis
Foto: Orami Photo Stocks
Sementara itu, gejala psikologis sindrom couvade termasuk perubahan pola tidur, kecemasan, depresi, penurunan libido dan kegelisahan.
Baca Juga:4 Cara Moms Membangun Bonding Saat Hamil dengan Dads
Penyebab Sindrom Couvade
Sejumlah teori masih berusaha menjelaskan bagaimana sindrom couvade disebabkan. Namun, kemungkinan beberapa factor penyebab sindrom couvade terjadi yaitu:
1. Somatisasi
Foto: Orami Photo Stocks
Gejala somatik adalah gejala fisik nyata yang dihasilkan dari tekanan emosional.
Sudah biasa bagi orang tua baru untuk merasakan kecemasan atau stres tentang kelahiran anak mereka, tidak peduli seberapa senang atau bahagianya mereka.
Diyakini bahwa perasaan cemas atau stres dapat menyebabkan gejala somatik menyerupai kehamilan.
Menjadi orang tua juga menandai perubahan dalam peran orang dewasa di masyarakat.
Ini juga dapat menyebabkan perasaan stres dan kecemasan, apakah seseorang menyadarinya atau tidak.
Para peneliti telah menyarankan beberapa pria memanifestasikan gejala kehamilan sebagai cara tanpa sadar berurusan dengan bagaimana perasaan mereka tentang tanggung jawab baru mereka dan perubahan yang akan mereka alami.
2. Perubahan Kadar Hormon
Foto: Orami Photo Stocks
Beberapa penelitian telah menunjukkan pria yang pasangannya sedang hamil dapat mengalami perubahan hormon, seperti penurunan testosteron dan peningkatan estradiol.
Mungkin saja perubahan hormon ini dapat berkontribusi pada banyak gejala sindrom Couvade.
Baca Juga: Waspadai 5 Zat Kimia yang Dapat Mengganggu Hormon Reproduksi Ini!
3. Perasaan Keterikatan
Foto: Orami Photo Stocks
Pria yang lebih terlibat dengan kehamilan pasangan dan memiliki lebih banyak keterlibatan janin (mendengarkan detak jantung, gerakan perasaan, dan sebagainya) lebih mungkin mengalami gejala kehamilan seperti sindrom couvade.
Berpartisipasi dalam acara-acara yang berhubungan dengan kehamilan dan terlibat dalam persiapan persalinan dapat membuat beberapa pria merasa lebih dekat dengan anak mereka yang belum lahir dan mengidentifikasi lebih kuat dengan peran ayah.
Hal ini dapat menyebabkan simpati pada gejala kehamilan, menurut beberapa ahli.
4. Penyebab Psikososial
Foto: Orami Photo Stocks
Beberapa dokter percaya bahwa sindrom Couvade berhubungan dengan kesehatan mental. Penjelasan umum untuk gejala meliputi:
- Iri akan kemampuan pasangan untuk hamil dan melahirkan
- Bersalah karena hamil pasangannya
- Rasa persaingan mengenai peran sebagai orang tua
Baca Juga:6 Penyebab Umum Impotensi, Dads Harus Waspada!
Apakah sindrom couvade itu nyata atau tidak, yang pasti adalah menjadi orangtua baru tentu menggairahkan emosisonal dan membuat stres.
Jika Moms hamil, maka ada baiknya Dads mengambil langkah-langkah mengelola stress dan bersiap bersama untuk menjadi orangtua.
Hadiri kelas-kelas prenatal kehamilan.
Carilah saran serta dukungan dari teman maupun keluarga, tak lupa bicaralah dengan Moms.
Memahami dan merencanakan tantangan di masa depan dapat membantu transisi Dads menjadi orang tua.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.