Skistosomiasis, Infeksi Parasit yang Bisa Sebabkan Kerusakan Organ
Apakah Moms pernah mendengar tentang penyakit bernama skistosomiasis?
Ini adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu organisme menular yang bertahan hidup dari inang.
Inang yang dimaksud bisa jadi tubuh manusia dan hewan.
Dibanding virus dan bakteri, parasit memiliki ukuran yang lebih besar.
Pada kasus schistosomiasis, parasit penyebabnya adalah sejenis cacing yang menyerang tubuh dan merusak beberapa organ.
Penyakit ini juga dikenal dengan nama Bilharziasis.
Cacing yang menyebabkan penyakit ini biasanya hidup di keong air tawar di daerah tropis Amerika Selatan, Afrika, Asia, dan Corsica, sebuah pulau di Laut Mediterania.
Baca juga: Mengulik Ulkus Kornea, Infeksi yang Membuat Mata Merah dan Membengkak
Studi pada 2014 di jurnal The Lancet mengungkapkan, skistosomiasis dapat menyebabkan banyak komplikasi jika tidak segera diobati.
Beberapa komplikasinya adalah:
- Anemia
- Penyakit hati
- Radang otak
- Gangguan paru
Seperti Apa Gejala Skistosomiasis?
Foto: Gatal (Orami Photo Stocks)
Pada beberapa kasus, gejala seringkali tidak muncul secara signifikan ketika larva penyebab skistosomiasis menginfeksi.
Namun, menurut studi pada 2019 di European Journal of Hybrid Imaging, banyak orang menunjukkan tanda-tanda infeksi dalam beberapa minggu.
Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung untuk waktu yang singkat.
Namun, dalam beberapa kasus, gejala bisa terus terjadi selama bertahun-tahun.
Berdasarkan lama gejala, skistosomiasis dibagi menjadi 2, yaitu akut dan kronis.
Skistosomiasis akut, atau jangka pendek, dapat berlangsung 2-8 minggu.
Gejala yang biasanya muncul adalah:
- Gatal di area kulit tempat masuknya larva
- Ruam
- Demam
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Batuk atau gejala pernapasan lainnya
Baca juga: 7+ Pantangan Makanan untuk Penyakit Liver, Jangan DiIanggar!
Jenis kondisi akut ini dikenal sebagai sindrom Katayama.
Gejala dapat terjadi sejak pertama kali terinfeksi atau beberapa waktu kemudian.
Sementara itu, skistosomiasis kronis biasanya terjadi jika pengobatan tidak segera dilakukan.
Seperti namanya, gejala bisa berlangsung hingga bertahun-tahun dan seringkali menjadi lebih serius.
Beberapa gejala skistosomiasis kronis adalah:
- Sakit perut
- Organ hati membesar
- Darah dalam urine dan tinja
- Masalah buang air kecil
- Luka di dinding usus atau area tubuh bagian dalam lainnya
- Polip hati
- Sirosis, atau jaringan parut pada hati
Beberapa orang yang berisiko tinggi terkena infeksi berulang lebih mungkin mengalami skistosomiasis kronis.
Misalnya, nelayan atau orang yang secara teratur mencuci di danau atau sungai.
Penyebab dan Cara Penularan Skistosomiasis
Foto: Parasit (verywellhealth.com)
Seseorang dapat terinfeksi skistosomiasis ketika berenang atau berdiri di air tempat cacing parasit hidup.
Selain itu, orang yang sudah terinfeksi juga bisa mengeluarkan telur cacing dalam tinjanya.
Ketika telur cacing menetas, larva dapat mengapung bebas ke dalam air.
Jika berada di dalam air, larva tersebut dapat melewati kulit dan masuk ke tubuh tanpa disadari.
Setelah masuk melalui kulit, larva akan menyerbu aliran darah. Mereka akan berkembang biak dan bertelur.
Beberapa telur ini dikeluarkan melalui tinja, dan jika limbah dibuang ke danau, itu akan mengontaminasi air.
Ini adalah siklus yang sulit untuk dipatahkan di banyak daerah yang bergantung pada jenis pembuangan limbah yang seperti ini.
Perlu dipahami bahwa cacing itu sendiri tidak menyebabkan penyakit. Telur adalah masalah sebenarnya.
Di dalam tubuh, telur dapat menyebar ke berbagai bagian dan menyebabkan infeksi.
Baca Juga: 7 Manfaat Daun Korejat, Termasuk untuk Obat Sakit Mata, Sakit Gigi, dan Sakit Tenggorokan
Pengobatan untuk Skistosomiasis
Foto: Minum Obat (Orami Photo Stock)
Kabar baiknya, skistosomiasis sangat mungkin untuk disembuhkan dengan obat-obatan.
Biltricide (praziquantel) adalah obat anthelmintik, yang dapat membunuh parasit seperti cacing.
Biasanya diminum 3 kali dalam satu hari untuk mengobati infeksi dan membersihkan tubuh dari telur.
Jika infeksi tidak sepenuhnya sembuh, dokter mungkin akan meresepkan obat lain untuk diminum selama 3-6 minggu.
Meski begitu, pada beberapa kasus, pengobatan skistosomiasis juga bisa gagal, karena:
- Beberapa kasus skistosomiasis resisten terhadap obat, yang berarti obat tersebut tidak berpengaruh pada cacing
- Penyakit terlambat disadari atau dideteksi
- Orang yang tinggal di daerah tertentu yang sangat mungkin untuk terinfeksi ulang
Baca Juga: Mengenal Arti Simbiosis Parasitisme sebagai Edukasi Anak
Bisakah Dicegah?
Foto: Merebus Air (freepik.com)
Skistosomiasis dapat menyebabkan masalah medis yang parah bahkan sebelum penderita menyadarinya.
Itulah sebabnya menghindari infeksi sama sekali adalah cara terbaik untuk tetap sehat.
Baca juga: Mengenal Penyakit Hashimoto, dari Gejala hingga Pengobatannya
Jika Moms mengunjungi suatu daerah di mana skistosomiasis sering terjadi, cobalah ambil langkah pencegahan berikut ini:
- Jangan pergi ke sungai, danau, atau sumber air tawar lainnya
- Jangan mencelupkan jari-jari kaki ke dalam air tersebut
- Hanya minum air yang aman
- Jika tidak yakin dari mana air berasal, rebus setidaknya selama 1 menit sebelum diminum atau digunakan untuk memasak
- Rebus air yang digunakan untuk mandi
- Jika secara tidak sengaja bersentuhan dengan air tawar, gosokkan handuk dengan kuat pada kulit untuk mencegah parasit masuk ke kulit
Itulah pembahasan mengenai skistosomiasis.
Dapat diketahui bahwa penyakit ini sangat berbahaya, karena bisa merusak organ tubuh dan menyebabkan komplikasi.
Meski tidak semua orang yang terinfeksi berakhir dengan masalah kesehatan yang serius, tetapi risikonya tinggi.
Jika Moms bepergian ke daerah di mana penyakit ini sering terjadi, sebaiknya hindari bersentuhan atau menggunakan air tawar dan lakukan langkah pencegahan tadi.
Segera temui dokter jika merasa telah terkena air yang dipenuhi parasit, bahkan jika tidak memiliki gejala.
Deteksi dan pengobatan dini sangatlah penting untuk mencegah risiko komplikasi serius dari skistosomiasis.
Terlebih, penyakit ini bisa terjadi tanpa menimbulkan gejala. Jadi, tidak ada salahnya untuk waspada, ya!
- https://doi.org/10.1016/S0140-6736(13)61949-2
- https://ejhi.springeropen.com/articles/10.1186/s41824-019-0064-4
- https://www.verywellhealth.com/what-is-schistosomiasis-1958983
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/173081
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.