Stroke Saat Hamil, Bagaimana Cara Menanggulanginya? Simak di Sini!
Wanita dapat berisiko mengalami stroke ketika hamil, apalagi jika pola hidupnya tidak sehat sebelum kehamilan bahkan selama kehamilan.
Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of American Heart Association, Dr. Elena Kuklina dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan bahwa seseorang yang relatif sehat sebelum hamil tidak akan memiliki risiko stroke terlalu tinggi.
Lalu berbahayakah stroke saat hamil?
Stroke Saat Hamil
Foto: neurologyadvisor.com
Wanita muda dengan usia subur rendah terserang stroke.
Dilansir dari Very Well Health, perubahan hormon dapat membuat beberapa wanita sedikit lebih rentan terhadap pembekuan darah yang meningkatkan kemungkinan stroke.
Perubahan hormon ini terjadi selama kehamilan dan selama beberapa minggu setelah melahirkan.
ASH Publication mengatakan wanita yang memiliki masalah pembekuan darah, penyakit autoimun, tekanan darah tinggi, atau penyakit jantung, memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke, terutama selama kehamilan dan periode postpartum.
Stroke biasanya merupakan gangguan aliran darah melalui arteri yang memasok darah ke daerah otak.
Kondisi ini menyebabkan gangguan pada fungsi wilayah yang terkena dampak.
Selama kehamilan, wanita dapat mengalami pembekuan darah yang mengganggu alirah darah di arteri, dan mengalami pembekuan darah di pembuluh darah otak.
Gumpalan darah di pembuluh darah otak jarang terjadi pada orang yang tidak hamil, disebut dengan cerebral venous thrombosis (CVT) atau trombosis sinus.
Trombosis sinus yang paling umum adalah trombosis sinus sagital dan trombosis sinus dural.
Stroke hemoragik juga dapat terjadi selama kehamilan.
Baca Juga: Kolesterol Jahat yang Terlalu Rendah Ternyata Bisa Sebabkan Stroke
Gejala Stroke saat Hamil
Foto: indianexpress.com
Wanita dapat mengalami stroke arteri dan stroke vena selama kehamilan dan periode postpartum.
Ada beberapa tanda dan gejala stroke yang harus diwaspadai oleh ibu hamil.
Gejala stroke saat hamil meliputi defisit neurologis, sakit kepala, pusing atau vertigo, penglihatan ganda, penglihatan buram, kejang, dan lelah.
CDC mengungkapkan secara tradisional, stroke dapat menyebabkan kelemahan satu sisi tubuh, mati rasa, kehilangan indera, perubahan penglihatan, kesulitan berbicara atau memahami bahasa, kebingungan, atau kehilangan keseimbangan dan koordinasi.
Kombinasi apa pun dari gejala-gejala ini dapat terjadi secara intermiten, menandakan bahwa stroke sedang terjadi.
Sakit kepala yang tidak hilang bisa menjadi tanda stroke. Ini merupakan gejala utama stroke yang disebabkan oleh CVT.
Pusing yang disertai dengan muntah dan kehilangan keseimbangan merupakan tanda stroke atau keadaan darurat medis lainnya.
Selain itu, kejang juga dapat terjadi karena cedera otak akibat stroke. Kasus dengan gejala ini terbilang masih jarang.
Pendarahan hebat atau pembengkakan di dalam otak dapat menyebabkan kantuk ekstrim atau bahkan kebingungan. Ini terjadi karena RPLS, CVT, tekanan darah tinggi, dan bentuk stroke lainnya pada kehamilan.
Stroke saat hamil adalah keadaan darurat medis yang serius.Penanganan yang cepat dapat menyelamatkan kesehatan ibu dan bayi. Jika ibu hamil mengalami gejala neurologis yang tidak biasa selama kehamilan, pastikan untuk segera mendapatkan tindakan medis untuk menghindari kejadian yang tidak diharapkan.
Baca Juga: Kenali Faktor dan Gejala Awal Stroke yang Terjadi Pada Perempuan
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.