Tahapan Perkembangan Anak Usia 4 Tahun
Perkembangan Anak
Belajar tentang dunia! Itu lah yang setiap hari menjadi semangat utama anak usia 4 tahun. Dukung semangatnya ini dengan membiarkan dia menyalurkan rasa ingin tahu dan mengatur langkahnya sendiri di banyak kesempatan.
Ajak ke kebun binatang, taman bermain, dan jangan lupa museum atau galeri seni juga ya.
Ia akan makin terampil berjalan, memanjat, melompat, melompat-lompat, berbaris dan berlari kencang. Ia juga lebih mampu melempar, menangkap, menendang dan memantul bola.
Saat berjalan-jalan, perhatikan keamanan Si Kecil, Moms. Keterampilan motorik, kontrol diri dan kecerdasannya memang meningkat pesat, namun penilaiannya mungkin masih kurang.
Ia perlu diingatkan untuk menunggu dan berpegangan tangan sebelum menyeberang jalan misalnya.
Anak usia 4 tahun umumnya juga selalu ingin mencoba pengalaman baru. Bila Moms ingin ia belajar berenang, ini usia yang tepat.
Namun ingat, meski anak sudah bisa berenang, jangan pernah meninggalkannya sedetik pun tanpa dijaga.
Bagaimana dengan kemampuan bahasanya? Anak mulai berkomunikasi dalam kalimat kompleks dan majemuk.
Ia juga dapat mengenali lebih banyak huruf dan angka, bisa berhitung sampai 10 (meski mungkin belum bisa mengenali lambang angka), mampu mengikuti beberapa petunjuk sekaligus dan memahami penjelasan yang diberikan untuk hal-hal yang dapat mereka lihat.
Beberapa anak juga sudah mampu menceritakan pengalaman pribadinya dengan baik dengan kosa kata yang tidak lagi salah-salah. Coba amati, apakah ia juga sudah bisa mengenal beberapa bentuk dasar seperti lingkaran, persegi, segitiga dan persegi panjang?
Apakah ia sudah bisa memegang alat tulis dengan menggunakan tiga jari sebagai pegangan? Bila ya, selamat berkenalan dengan sosok baru, Moms. Sosok Si Kecil yang bersiap memasuki usia sekolah!
Baca juga: Ingin Anak Cerdas dan Mandiri? Ini Tipsnya Menurut Psikolog!
Catatan di Usia Ini
Saat mengenalkan anak usia 4 tahun dengan peraturan, hindari memberi hukuman ya, Moms. Lebih baik, jelaskan pada anak konsep konsekuensi.
Moms juga bisa menggunakan metode konsekuensi natural yang lebih efektif. Misalnya ketika anak tidak mau makan siang maka konsekuensinya dia harus menunggu sampai jam makan sore atau malam karena pada akhirnya waktu makan siang sudah habis.
Bila anak marah, beri empati tapi bersikap tegas dan jelaskan, “Kamu marah karena sekarang merasa lapar dan ingin makan. Tapi waktu makan siang memang sudah habis, Nak.”
Cara lain mengenalkan konsekuensi bisa dengan cara mengumpulkan stiker. Jelaskan pada anak bahwa ia akan mendapat stiker atau bintang di papan reward bila ia menampilkan perilaku tertentu –dan kehilangan kesempatan mengumpulkannya bila bersikap sebaliknya.
Baca juga: 5 Potensi Diri Anak yang Harus Dikembangkan Agar Bisa Sukses
Moms Coba, Deh
Di usia ini, Moms bisa menambah porsi dalam mengajarkan pada anak konsep spasial yang perlu dipelajari seperti di atas dan di bawah, atau konsep yang berlawanan seperti besar dan kecil.
Dorong juga hubungan anak Moms dengan teman-teman sebayanya. Melalui interaksi dengan teman, anak akan belajar tentang adanya nilai dan opini lain selain nilai dan opininya.
Bila anak tampak bingung atau tidak nyaman, Moms bisa mulai percakapan tentang peraturan yang berbeda untuk keluarga yang berbeda. Lalu ajari anak untuk mengikuti peraturan saat dia mengunjungi rumah teman.
Narasumber: Belinda Agustya, M.Psi., (Psikolog Anak Rainbow Castle, Jakarta Selatan dan Co-founder Markas Main Edukatif el-SkaL Indonesia, Tangerang Selatan)
(AK/INT)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.