Seputar Torsio Testis, Kondisi Darurat yang Bisa Sebabkan Infertilitas
Dads, pernahkah mendengar kondisi medis yang disebut torsio testis? Ini adalah kondisi darurat yang dapat menimbulkan gejala yang sangat menyakitkan, lho!
Perlu diketahui bahwa pria memiliki dua buah zakar yang terletak di dalam skrotum. Di dalamnya ada tali bernama korda spermatika, yang bertugas membawa darah ke testis.
Ketika terjadi torsio testis, tali tersebut terjepit. Akibatnya, aliran darah terpengaruh dan jaringan di testis bisa mati.
Menurut American Urological Association, kondisi ini terbilang jarang terjadi dan hanya memengaruhi sekitar 1 dari 4.000 pria di bawah usia 25 tahun.
Namun, pada dasarnya kondisi ini bisa terjadi pada usia berapa pun.
Baca juga: Dads, Ini Gejala dan Penyebab Terjadinya Nyeri Testis
Seperti Apa Gejala Torsio Testis?
Foto: Orami Photo Stock
Gejala utama dari torsio testis adalah nyeri yang teramat sangat, disertai pembengkakan pada kantong skrotum. Rasa sakit ini bisa timbul tiba-tiba.
Pembengkakan mungkin terbatas hanya pada satu sisi, atau dapat terjadi di seluruh skrotum.
Bila dirasakan, Dads mungkin mendapati bahwa 1 testis lebih tinggi dari yang lain. Selain nyeri dan pembengkakan, gejala lain yang juga dapat dialami adalah:
- Pusing
- Mual
- Muntah
- Ada benjolan di kantung skrotum
- Ada darah dalam air mani
Bila mengalami berbagai gejala tersebut, segeralah mencari penanganan medis darurat. Torsio testis biasanya terjadi hanya pada 1 testis.
Namun, pada beberapa kasus juga bisa terjadi torsio bilateral. Ini adalah kondisi ketika kedua testis terpengaruh secara bersamaan, tetapi sangat jarang terjadi.
Penyebab Torsio Testis
Foto: Orami Photo Stock
Banyak dari penderita torsio testis yang dilahirkan dengan risiko lebih tinggi untuk kondisi ini, meskipun mereka mungkin tidak mengetahuinya.
Biasanya, testis tidak bisa bergerak bebas di dalam skrotum. Jaringan di sekitarnya cukup kuat dan menjaga testis tetap dalam skrotum.
Namun, pada orang dengan torsio, jaringan ikat yang ada di skrotum bisa jadi terlalu lemah.
Pada beberapa kasus, ini mungkin disebabkan oleh sifat bawaan yang dikenal sebagai deformitas bell clapper.
Jika Dads memiliki kelainan ini, testis dapat bergerak lebih bebas di skrotum. Gerakan ini meningkatkan risiko korda spermatika menjadi bengkok.
Menurut studi pada 2006 di jurnal American Family Physician, deformitas ini menjadi penyebab dari 90% kasus torsio testis yang ada.
Torsio testis dapat terjadi dalam keluarga atau diturunkan secara genetik.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap risiko yang lebih tinggi tidak diketahui, meskipun deformitas bell clapper dapat berkontribusi.
Mengetahui bahwa orang lain dalam keluarga telah mengalami torsio testis dapat membantu Dads untuk waspada.
Meski begitu, tidak semua orang yang mengalami kondisi ini memiliki kecenderungan genetik.
Menurut penelitian kecil pada 2011 di The Journal of Urology, hanya sekitar 11% dari penderita torsio testis yang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi tersebut.
Selain karena faktor genetik, torsio testis juga bisa terjadi karena berbagai penyebab lain. Kondisi ini juga bisa terjadi setelah mengalami cedera pada pangkal paha, karena olahraga.
Selain itu, pertumbuhan testis yang cepat selama masa pubertas juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Baca juga: Mengenal Skrotum, Bagian Sistem Reproduksi Pria yang Bertugas Melindungi Testis
Penanganan dan Terapi
Foto: Orami Photo Stock
Torsio testis adalah keadaan darurat medis, sehingga jangan sampai gejala kondisi ini diabaikan.
Karena bisa terjadi pada anak atau remaja laki-laki, Dads perlu memberikan peringatan kepada mereka agar segera bilang jika mengalami nyeri pada testis.
Beberapa orang mungkin mengalami apa yang disebut torsio intermiten. Kondisi ini terjadi ketika testis berputar dan terlepas.
Karena kondisi ini cenderung kambuh, penting untuk mencari pengobatan, bahkan jika rasa sakit menjadi tajam dan kemudian mereda.
1. Pembedahan
Pembedahan yang bernama orchiopexy biasanya diperlukan untuk mengatasi torsio testis.
Dalam kasus yang jarang terjadi, dokter mungkin dapat melepaskan tali sperma dengan tangan. Prosedur ini disebut detorsi manual.
Pembedahan perlu dilakukan secepat mungkin untuk mengembalikan aliran darah ke testis.
Jika aliran darah terputus selama lebih dari 6 jam, jaringan testis bisa mati. Testis yang terkena kemudian perlu diangkat.
Baca juga: Jarang Diketahui! Ini Fakta Menarik Seputar PMS pada Pria
Dalam prosedurnya, dokter akan membuat sayatan kecil di skrotum dan memperbaiki tali atau saluran di dalamnya.
Jahitan kecil akan digunakan untuk menjaga testis tetap di skrotum. Dokter bedah kemudian menutup sayatan dengan jahitan.
Prosedur pembedahan ini biasanya tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit. Setelah prosedur, pasien akan beristirahat di ruang pemulihan selama beberapa jam sebelum dipulangkan.
Seperti halnya prosedur bedah lain, Dads mungkin merasa tidak nyaman setelah operasi.
Dokter akan meresepkan obat pereda nyeri dan menyarankan beberapa perawatan rumahan seperti:
2. Minum Obat Pereda Nyeri
Untuk meredakan nyeri yang terjadi setelah operasi, Dads bisa minum obat pereda nyeri yang sudah diresepkan dokter.
Selama sekitar 2-4 minggu setelah operasi, skrotum biasanya akan mengalami pembengkakan.
Untuk mengatasi hal ini, gunakan kompres es beberapa kali sehari selama 10-20 menit, untuk mengurangi pembengkakan.
3. Jaga Kebersihan Area Skrotum
Setelah operasi, pastikan untuk menjaga area skrotum tetap bersih dan kering. Dengan cara mencucinya dengan air hangat dan sabun, lalu keringkan secara perlahan.
4. Istirahat
Dokter biasanya akan merekomendasikan untuk menahan diri dari jenis kegiatan tertentu selama beberapa minggu setelah operasi.
Ini termasuk aktivitas seksual, seperti masturbasi dan hubungan intim.
Dads juga akan disarankan untuk menghindari aktivitas atletik atau berat.
Selama masa pemulihan ini, penting juga untuk menahan diri dari mengangkat benda berat atau mengejan saat buang air besar.
Pastikan untuk banyak istirahat agar tubuh pulih sepenuhnya. Namun, jangan benar-benar diam saja.
Tetaplah lakukan aktivitas ringan seperti berjalan untuk membantu meningkatkan aliran darah ke area skrotum dan mendukung pemulihan.
Baca juga: Mengenal Transeksual, Mengubah Gender Melalui Prosedur Medis
Komplikasi Bila Tidak Ditangani
Seperti disebutkan tadi, torsio testis merupakan kondisi darurat yang artinya butuh penanganan medis sesegera mungkin.
Bila penanganan tidak dilakukan dengan cepat, ada beberapa komplikasi fatal yang mengintai, yaitu:
1. Infeksi
Foto: Orami Photo Stock
Jika jaringan testis yang mati atau rusak parah tidak diangkat, gangrene dapat terjadi.
Ini adalah infeksi yang berpotensi mengancam jiwa, karena dapat menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh dan menyebabkan syok.
2. Infertilitas
Foto: Orami Photo Stock
Jika terjadi kerusakan pada kedua testis, maka akan terjadi kemandulan. Namun, jika terjadi hanya pada 1 testis, umumnya kesuburan tidak terpengaruh.
3. Deformitas Kosmetik
Foto: Orami Photo Stock
Hilangnya satu testis dapat membuat kelainan bentuk yang dapat menyebabkan menurunnya rasa percaya diri, hingga gangguan emosional.
Namun, ini dapat diatasi dengan penyisipan prostesis testis.
4. Atrophia
Foto: Orami Photo Stock
Torsio testis yang tidak diobati dapat menyebabkan atrofi testis. Ini dapat menyebabkan ukuran testis mengecil secara signifikan.
Testis yang mengalami atrofi bisa jadi tidak mampu menghasilkan sperma lagi.
Baca juga: 7+ Manfaat Zinc, Mulai dari Mengatasi Ruam hingga Meningkatkan Kualitas Sperma
5. Kematian Testis
Foto: Orami Photo Stock
Jika tidak diobati selama lebih dari beberapa jam, testis dapat menjadi rusak parah, sehingga perlu diangkat melalui operasi.
Testis biasanya dapat diselamatkan jika mendapat perawatan dalam waktu 4-6 jam.
Menurut laman Kids Health, setelah periode 12 jam, ada peluang 50% untuk menyelamatkan testis. Setelah 24 jam, kemungkinan menyelamatkan testis turun menjadi 10%.
Itulah pembahasan mengenai torsio testis. Dapat diketahui bahwa kondisi ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani segera. Jadi, waspadai setiap gejala yang dijelaskan tadi, ya.
- https://www.aafp.org/afp/2006/1115/p1739.html
- https://doi.org/10.1016/j.juro.2011.01.022
- https://www.healthline.com/health/testicular-torsion
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/190514
- https://www.verywellhealth.com/testicular-torsion-4580081
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.