7 Jenis Ujian Pernikahan 5 Tahun Pertama yang Terasa Berat
Membangun rumah tangga bisa terasa berat, terutama di 5 tahun pertama. Apa saja ujian pernikahan 5 tahun pertama yang mungkin dialami pasangan suami istri?
Lima tahun pertama pernikahan sering kali disebut sebagai masa di mana dialaminya ujian pernikahan terberat.
Karena periode ini penuh dengan tantangan dan penyesuaian.
Baca Juga: 13 Ide Dekorasi Pernikahan Outdoor, Salah Satunya Rustic!
Mengapa 5 Tahun Pertama Pernikahan adalah Masa Tersulit?
Dalam kurun waktu 5 tahun pernikahan, pasangan baru biasanya menghadapi berbagai situasi yang menguji komitmen dan kemampuan mereka untuk bekerja sama sebagai tim.
Mulai dari penyesuaian hidup bersama, pengelolaan keuangan, hingga peran baru sebagai orang tua, semua aspek ini dapat menimbulkan tekanan yang cukup besar.
Meskipun demikian, melalui komunikasi yang efektif, pengertian, dan kesabaran, pasangan dapat mengatasi berbagai rintangan dan memperkuat ikatan mereka.
Lima tahun pertama ini menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan pernikahan di masa mendatang.
Melansir dari Daily Mail,survey dari firma hukum Slater & Gordon di Australia pada 2.000 orang dewasa yang sudah menikah, menemukan bahwa tahun kelima adalah tahun tersulit karena banyak pasangan yang kelelahan akibat beban kerja yang lebih berat ditambah kehadiran anak-anak.
Berikut ini faktor penyebab tahun kelima pernikahan bisa jadi masa tersulit.
1. Penyesuaian Kehidupan Bersama
Setelah beberapa tahun bersama, pasangan mulai menghadapi kenyataan hidup sehari-hari yang mungkin berbeda dari harapan awal.
Perbedaan kecil yang awalnya diabaikan bisa menjadi sumber konflik.
2. Rutinitas dan Kebosanan
Kehidupan pernikahan yang mulai stabil sering kali diiringi dengan rutinitas yang monoton, sehingga menimbulkan kebosanan.
Pasangan mungkin merindukan masa-masa romantis di awal hubungan.
3. Tekanan Finansial
Pada tahun-tahun awal pernikahan, pasangan mungkin masih dalam proses membangun karier dan stabilitas finansial.
Tekanan keuangan dapat menjadi sumber stres dan konflik.
4. Tantangan Mengasuh Anak
Jika pasangan memiliki anak, tahun kelima bisa jadi waktu di mana tantangan pengasuhan mulai terasa berat.
Tanggung jawab baru dan kurangnya waktu untuk berdua dapat memengaruhi hubungan suami istri.
5. Komunikasi yang Kurang Efektif
Seiring berjalannya waktu, pasangan mungkin menganggap komunikasi yang efektif sudah terjalin, namun seringkali kenyataannya justru sebaliknya.
Kurangnya komunikasi yang baik bisa memperburuk masalah kecil menjadi besar.
6. Harapan yang Tidak Realistis
Banyak pasangan memasuki pernikahan dengan harapan dan impian yang ideal.
Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan tersebut, kekecewaan dan rasa frustrasi bisa muncul.
Menghadapi tahun kelima pernikahan memerlukan komitmen, kesabaran, dan usaha dari kedua belah pihak untuk terus membangun dan memperkuat hubungan.
Dukungan, komunikasi yang terbuka, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan adalah kunci untuk melewati masa sulit ini.
Baca Juga: 11 Tanda Pasangan Butuh Konseling Pernikahan, Cek yuk!
Jenis Ujian Pernikahan 5 Tahun Pertama dan Cara Mengatasinya
Berikut ini adalah beberapa jenis ujian dalam 5 tahun pertama pernikahan yang mungkin dialami pasangan.
1. Ujian Penyesuaian Kehidupan Bersama
Ketika dua individu dengan latar belakang, kebiasaan, dan gaya hidup yang berbeda mulai hidup bersama, mereka harus belajar untuk menyesuaikan diri satu sama lain.
Kebiasaan sehari-hari seperti rutinitas bangun tidur, pola makan, cara mengelola rumah tangga, dan kebiasaan bersosialisasi bisa menjadi sumber konflik.
Selain itu, gaya hidup yang berbeda, misalnya, salah satu pasangan mungkin lebih suka kegiatan luar ruangan sementara yang lain lebih menikmati waktu di rumah, juga dapat menimbulkan konflik jika tidak dikelola dengan baik.
Cara Mengatasi:
Proses penyesuaian ini memerlukan komunikasi yang baik, pengertian, dan kesabaran.
Dengan belajar untuk saling berkompromi dan memahami, pasangan dapat mengatasi ujian ini dan membangun dasar yang kuat untuk pernikahan yang harmonis dan bahagia.
2. Ujian Keuangan
Ujian keuangan dalam lima tahun pertama pernikahan sering kali menjadi sumber stres dan konflik bagi pasangan.
Pengelolaan keuangan bersama memerlukan keterbukaan, kejujuran, dan kesepakatan mengenai cara mengatur penghasilan dan pengeluaran.
Perbedaan dalam cara mengelola uang, membuat anggaran, dan menetapkan prioritas finansial dapat menimbulkan ketegangan.
Pasangan mungkin menghadapi tekanan untuk memenuhi kebutuhan finansial, seperti membayar cicilan rumah, melunasi utang, atau menabung untuk masa depan.
Selain itu, perbedaan besar dalam penghasilan masing-masing pasangan bisa menyebabkan ketidakseimbangan dan rasa tidak adil.
Cara Mengatasi:
Komunikasi yang terbuka mengenai keuangan, serta kesediaan untuk berkompromi dan bekerja sama dalam mencapai tujuan keuangan bersama, sangat penting untuk mengatasi ujian ini dan membangun stabilitas finansial dalam pernikahan.
3. Ujian Konflik yang Berkaitan dengan Komunikasi
Bagaimana pasangan menyelesaikan perselisihan dan berkomunikasi dapat sangat mempengaruhi keharmonisan hubungan mereka.
Konflik sering kali muncul dari perbedaan pendapat, harapan yang tidak terpenuhi, atau stres sehari-hari, dan cara pasangan menangani perselisihan ini sangat penting.
Beberapa pasangan mungkin cenderung menghindari konflik atau bersikap defensif, yang dapat memperburuk situasi.
Komunikasi yang tidak efektif, seperti tidak mendengarkan dengan baik atau tidak mengungkapkan perasaan dengan jujur, dapat memperbesar masalah kecil menjadi besar.
Cara Mengatasi:
Untuk mengatasi ujian ini, pasangan perlu belajar teknik komunikasi yang sehat, seperti berbicara dengan jujur dan penuh hormat, mendengarkan tanpa menghakimi, dan mencari solusi bersama.
Dengan membangun keterampilan komunikasi yang baik, pasangan dapat mengurangi konflik, memperkuat ikatan emosional, dan menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan memuaskan.
4. Ujian dalam Pengasuhan Anak
Kehadiran anak memerlukan penyesuaian besar dalam rutinitas harian, prioritas, dan waktu bersama.
Pasangan harus belajar untuk bekerja sama sebagai tim dalam membesarkan anak, yang melibatkan pembagian tugas, pengambilan keputusan tentang pendidikan dan pengasuhan, serta penanganan stres dan kurang tidur.
Konflik dapat muncul dari perbedaan pandangan tentang cara terbaik mengasuh anak atau dari ketegangan yang timbul akibat tekanan tambahan.
Selain itu, waktu berkualitas untuk berdua sering kali berkurang, yang dapat memengaruhi keintiman dan komunikasi pasangan.
Cara Mengatasi:
Untuk mengatasi ujian ini, penting bagi pasangan untuk menjaga komunikasi yang terbuka dan memberikan dukungan emosional satu sama lain.
Sebaiknya pasangan suami istri juga mencari cara untuk tetap menjaga kedekatan sebagai pasangan, meskipun peran sebagai orang tua juga membutuhkan perhatian penuh.
5. Ujian Hubungan dengan Keluarga Besar
Menyeimbangkan hubungan dengan keluarga besar dari kedua belah pihak dapat menimbulkan konflik dan ketegangan.
Campur tangan mertua atau anggota keluarga lainnya, baik dalam bentuk nasihat yang tidak diminta, harapan yang tinggi, atau kritik, dapat memengaruhi kehidupan rumah tangga.
Pasangan mungkin menghadapi tekanan untuk memenuhi harapan atau tradisi keluarga yang berbeda, yang bisa menjadi sumber perselisihan.
Cara Mengatasi:
Menghadapi situasi ini memerlukan keterampilan komunikasi yang baik dan kemampuan untuk menetapkan batas yang sehat.
Pasangan harus belajar untuk mendukung satu sama lain serta berdiskusi secara terbuka tentang perlunya membuat batasan dengan keluarga besar setelah menikah.
Partikan mencari solusi yang adil untuk menjaga keseimbangan antara menghormati keluarga besar dan melindungi keharmonisan pernikahan mereka.
6. Ujian Karier dan Pekerjaan
Tekanan untuk mencapai tujuan karier, memperoleh promosi, atau menyelesaikan proyek penting bisa menimbulkan stres dan mengurangi waktu berkualitas bersama.
Perbedaan dalam prioritas karier juga dapat menjadi sumber konflik.
Misalnya ketika salah satu pasangan memiliki pekerjaan dengan jam kerja panjang atau sering harus bepergian, sementara yang lain menginginkan lebih banyak waktu bersama di rumah.
Selain itu, jika salah satu pasangan merasa kariernya kurang didukung oleh yang lain, ini bisa menimbulkan rasa ketidakpuasan dan ketegangan.
Cara Mengatasi:
Untuk mengatasi ujian ini, penting bagi pasangan untuk mendiskusikan aspirasi karier mereka secara terbuka, saling mendukung dalam pencapaian profesional, dan menemukan keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Dengan begitu, mereka dapat membangun hubungan yang kuat sambil tetap mencapai tujuan karier masing-masing.
Baca Juga: 13 Ujian Rumah Tangga, Paling Umum Masalah Finansial!
7. Ujian Intimasi dan Kedekatan Emosional
Pada awal pernikahan, pasangan mungkin mengalami penurunan dalam frekuensi dan kualitas keintiman fisik karena berbagai faktor, seperti stres dari pekerjaan, tanggung jawab pengasuhan anak, atau rutinitas harian yang padat.
Kurangnya waktu bersama dapat menyebabkan berkurangnya kedekatan emosional dan komunikasi yang mendalam.
Selain itu, perubahan dalam hasrat seksual atau harapan yang berbeda terkait keintiman bisa menimbulkan ketegangan dan frustrasi.
Cara Mengatasi:
Mengatasi ujian ini memerlukan upaya sadar dari kedua belah pihak untuk menjaga koneksi emosional.
Misalnya dengan meluangkan waktu untuk berdua, berkomunikasi secara terbuka tentang kebutuhan dan perasaan masing-masing, dan berusaha untuk memahami serta memenuhi keinginan pasangan.
Dengan komitmen dan usaha bersama, pasangan dapat memperkuat keintiman dan kedekatan emosional mereka, menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan memuaskan.
Memahami jenis-jenis ujian ini dan faktor penyebabnya dapat membantu pasangan untuk lebih siap menghadapi dan mengatasinya dengan cara yang efektif.
Tips Menguatkan Pernikahan di Tengah Banyak Ujian
Meski banyak ujian pernikahan 5 tahun pertama yang menghadang keluarga Moms, tetap kuatkan ikatan Moms dan Dads dengan tips berikut ini.
1. Komunikasi secara Terbuka
Psikolog Liza Djaprie mengatakan bahwa untuk mengatasi permasalahan di tahun-tahun pertama menikah, penting untuk memiliki sikap terbuka dan jujur dengan pasangan.
"Kemampuan bersikap terbuka dan jujur, saling menghormati, komunikasi, serta kemauan untuk terus belajar bersama, menjadi titik sentral kebahagiaan dan kelanggengan hubungan suami istri," kata Liza.
Lalu, apa yang terjadi jika pasangan suami dan istri sedang mengalami konflik atau dihadapkan dengan masalah?
"Apa pun kendala yang ada, baik dirasakan oleh satu atau kedua belah pihak, bisa dibicarakan baik-baik, lalu dicari jalan tengah serta kesepakatan bersama untuk mengatasinya.
Komitmen untuk menjalankan kesepakatan itu juga menjadi penting dan krusial," ujar Liza.
2. Minta Maaf dan Memaafkan dengan Cepat
Pernikahan sering kali mulai berantakan ketika salah satu pihak menyimpan dendam.
“Memaafkan adalah salah satu hal terpenting dan juga salah satu hal tersulit yang harus dilakukan pasangan.
Ketika pasangan saling memaafkan, mereka dapat maju ke masa depan dan tidak terjebak dalam situasi yang menyakiti mereka," kata Aura De Los Santos, psikolog klinis di NCHC (National Coalition on Health Care), seperti melansir dari laman Verywell Mind.
Cobalah untuk memaafkan pasangan secepat mungkin.
Menyimpan dendam menghabiskan ruang mental dan emosional dan hampir selalu berdampak pada kesehatan dan tingkat stres.
Pastikan juga untuk segera minta maaf dengan tulus jika melakukan kesalahan.
Cobalah memahami mengapa mereka kesal atau marah pada kita.
3. Saling Memberi Ruang
Salah satu hal tersulit untuk diseimbangkan dalam pernikahan adalah jumlah waktu yang tepat untuk dihabiskan bersama.
Terlalu banyak bisa terasa seperti mencekik, sedangkan terlalu sedikit bisa diartikan kurang perhatian.
Saat pasangan membutuhkan ruang atau keluar malam bersama teman-temannya, tawarkan diri untuk menjaga anak-anak atau menjalankan tugas rumah tangga.
4. Tetap Berkencan dengan Pasangan setelah Menikah
Menjaga kebiasaan berkencan dengan pasangan setelah menikah adalah salah satu cara efektif untuk menguatkan pernikahan di tengah berbagai ujian.
Setelah menikah, terutama dengan tuntutan pekerjaan, pengasuhan anak, dan rutinitas sehari-hari, pasangan sering kali melupakan pentingnya meluangkan waktu khusus untuk satu sama lain.
Berkencan secara teratur dapar membantu menjaga api romantisme tetap menyala.
Dengan menciptakan momen-momen berharga bersama dapat memperkuat ikatan emosional.
5. Meminta Bantuan Konselor Pernikahan
Meminta bantuan konselor adalah langkah yang bijaksana untuk menguatkan pernikahan di tengah ujian.
Karena konselor pernikahan memiliki keahlian untuk membantu pasangan mengatasi konflik, memperbaiki komunikasi dengan pasangan, dan menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi.
Baca Juga: 10 Tips Menghadapi LDR Setelah Menikah Agar Tetap Romantis
Ujian pernikahan 5 tahun pertama dapat menguji ketahanan dan komitmen pasangan.
Mulai dari penyesuaian hidup bersama hingga pengelolaan keuangan, konflik, pengasuhan anak, dan hubungan dengan keluarga besar.
Meskipun penuh tantangan, periode ini juga memberikan peluang untuk memperkuat ikatan melalui komunikasi yang efektif, saling pengertian, dan komitmen bersama.
Dengan dukungan satu sama lain dan, jika diperlukan, bantuan profesional seperti konselor pernikahan, pasangan dapat melewati beragam ujian pernikahan 5 tahun pertama ini.
Jika dapat melewati masa sulit ini, maka akan terbangun fondasi yang kuat untuk pernikahan yang bahagia dan harmonis di masa depan.
- https://www.dailymail.co.uk/femail/article-2433072/THIRD-year-marriage-happiest-enjoy-David-Walliams-Lara-Stone-Isla-Fisher-Emily-Blunt-Penelope-Cruz-Jane-Embry.html
- https://www.verywellmind.com/strengthen-a-marriage-and-avoid-divorce-1270948
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.