Sulit Merasa Bahagia? Bisa Jadi Menderita Anhedonia
Moms, tahukah apa yang dimaksud dengan anhedonia?
Menurut American Psychological Association, anhedonia adalah ketidakmampuan seseorang untuk menikmati pengalaman atau aktivitas yang biasanya menyenangkan.
Jika dilihat lebih dari dalam lagi, anhedonia sudah menjadi salah satu dari gejala depresi, namun juga dapat terlihat pada gangguan kesehatan mental lainnya, seperti:
- Gangguan bipolar
- PTSD
- Skizofrenia
- Gangguan kecemasan
Istilah anhedonia sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang secara harfiah berarti “tanpa kesenangan”.
Jika saat ini Moms merasa mengalaminya atau melihat orang terdekat merasakan gejala-gejala yang mengarah ke anhedonia, segeralah minta bantuan profesional.
Baca Juga: Ketahui 5 Mitos Kekuatan Mental yang Kerap Jadi Salah Kaprah
Gejala Anhedonia
Foto: Orami Photo Stock
Tanda-tanda seseorang mengalami anhedonia sebenarnya tergantung pada jenis anhedonia yang dialami oleh orang tersebut.
Namun, umumnya, anhedonia ditandai dengan kurangnya perasaan atau mati rasa terhadap suatu hal.
“Mereka juga akan memiliki pandangan negatif secara keseluruhan," ungkap Dr. Susan Albers-Bowling, PsyD, psikiater di Cleveland Clinic.
Menurutnya, mereka akan berhenti tersenyum atau bereaksi negatif terhadap hal-hal yang biasanya membuat mereka bahagia.
Selain itu, tanda lainnya adalah mereka akan merasa putus asa.
Seseorang tidak akan mengalami anhedonia secara tiba-tiba. Tanda yang ditunjukkan biasanya akan muncul perlahan.
Misalkan, Moms akan mulai melepaskan dan menjauh dari hal-hal yang dulunya memberikan kebahagiaan.
Akhirnya, Moms akan merasa putus asa karena tidak lagi mampu merasa bahagia.
Jika dibiarkan, anhedonia bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius. Lantas, apa yang menjadi penyebab seseorang mengalami anhedonia? Simak ulasan berikutnya, ya.
Baca Juga: Mengenal Sindrom Patah Hati yang Bisa Sebabkan Kematian
Jenis Anhedonia
Foto: Orami Photo Stock
Saat mengalami anhedonia, seseorang menjadi tidak merasa bahagia pada hal-hal yang sebelumnya menarik perhatiannya.
Umumnya, setiap orang pasti punya kesukaannya masing-masing. Kita semua pasti memiliki suatu hal yang disukai dan akan merasa senang dan bahagia saat melakukannya.
Misalnya, Moms dulu sangat suka mendengarkan suara laut, mendengarkan musik, menonton konser, atau memeluk orang yang disayangi.
Namun, ketika mengalami anhedonia, Moms mungkin tidak akan merasakan hati yang bahagia lagi ketika melakukan itu semua.
Hal yang tadinya terasa menyenangkan, menjadi sangat hambar.
Dilansir dari laman WebMD, ada dua jenis anhedonia yang perlu dipahami, yaitu:
Anhedonia Sosial
Kondisi ini terjadi ketika seseorang tidak ingin menghabiskan waktu dengan orang lain.
Anhedonia Fisik
Kondisi ini terjadi ketika Moms tidak lagi menikmati sensasi fisik, seperti:
- Pelukan yang terasa hambar
- Hubungan seks yang tidak memiliki daya tariknya lagi
- Makanan favorit menjadi tidak terasa lezat lagi
Anhedonia Musikal
Kondisi ini terjadi ketika seseorang tidak mengalami respons kesenangan saat mendengarkan musik.
Sebenarnya, ada satu jalur di otak yang memungkinkan musik memengaruhi respons emosional.
Namun, anhedonia sebabkan fungsi tersebut terganggu, sehingga mendengarkan musik tidak lagi terasa menyenangkan.
Tentunya, anhedonia ini akan memengaruhi hubungan Moms dengan pasangan, anak, kerabat, dan orang-orang terdekat lainnya.
Tidak hanya itu, anhedonia juga dapat memengaruhi produktivitas kerja dan kualitas kehidupan sehari-hari.
Lantas, seperti saja tanda-tanda yang ditunjukkan oleh seseorang saat mengalami anhedonia? Simak ulasan berikutnya, ya, Moms.
Baca Juga: Pernikahan Tidak Bahagia? Ini 7 Cara Menghadapinya!
Penyebab Anhedonia
Foto: Orami Photo Stock
Ada banyak faktor yang memengaruhi seseorang mengalami anhedonia.
Kondisi ini bisa menjadi salah satu gejala gangguan kesehatan mental, pengaruh lingkungan, atau adanya reaksi kimia tertentu di otak.
Berikut ini beberapa faktor penyebab anhedonia, yaitu:
1. Perubahan Senyawa Kimia pada Otak
Beberapa ahli memiliki teori bahwa anhedonia terjadi karena adanya pengurangan hormon dopamin atau neurotransmiter kesenangan di otak.
Ada beberapa bagian otak yang diyakini terlibat dalam kemampuan untuk mengalami kegembiraan dan kesenangan seperti:
- Amigdala, yang memproses emosi
- Korteks prefrontal, yang merencanakan dan memproses penghargaan
Nah, pada seseorang yang mengalami anhedonia, sistem otak ini tidak berfungsi.
Sebagian besar otak terlibat dalam memungkinkan seseorang untuk mengalami kenikmatan.
Ketika hal ini gagal, saat itulah anhedonia dapat terjadi. Namun, hal tersebut masih terbatas pada teori semata.
Sejauh ini, belum ada mekanisme yang jelas dan akurat tentang apa yang terjadi pada otak hingga dapat menyebabkan anhedonia.
Baca Juga: Pola Makan yang Memicu Hormon Kebahagiaan dan Mencegah Penuaan
2. Depresi
Dilansir dari laman Good Therapy, anhedonia paling sering dikaitkan dengan gejala depresi.
Selain itu, banyak orang depresi memiliki gejala utama, yaitu anhedonia.
Anhedonia cenderung mengabadikan diri. Mereka merasa putus asa karena mereka tidak dapat menikmati kegiatan yang mereka nikmati sebelumnya.
Hormon dopamin, bahan kimia yang berkontribusi pada perasaan penghargaan atau kesenangan, mungkin tidak ada dalam jumlah yang tepat pada orang depresi.
3. Gangguan Kecemasan
Anhedonia juga dikaitkan pada gejala gangguan kecemasan.
Pada kasus ini, anhedonia sering terjadi sebagai kurangnya kesenangan dalam aktivitas yang menyebabkan kecemasan.
Kecemasan dapat menyebabkan depresi melalui anhedonia karena individu mungkin rentan terhadap depresi.
Mereka menjadi mati rasa terhadap aktivitas yang menyebabkan kecemasan.
4. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar juga dikaitkan dengan anhedonia. Anhedonia pada gangguan bipolar mungkin berasal dari disregulasi dalam sistem pemrosesan penghargaan mereka.
Seseorang yang mengalami anhedonia selama episode depresi. Misalnya, mereka mengalami kesulitan untuk merasakan manfaat saat aktivitas tertentu.
Selain itu juga ketika mereka membuat aktivitas yang sebelumnya dinikmati menjadi kurang menyenangkan.
5. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan memiliki perilaku yang baik.
Anhedonia bisa sulit diobati pada mereka yang didiagnosis dengan skizofrenia. Hingga 80% orang dengan skizofrenia mungkin mengalami anhedonia.
Artinya, anhedonia pada pengidap skizofrenia menunjukkan tidak adanya sesuatu yang terjadi pada sebagian besar individu yang sehat.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa karena anhedonia adalah gejala negatif skizofrenia, sehingga lebih sulit untuk diobati.
6. PTSD (Posttraumatic Stress Disorder)
Sering kali, seseorang dengan PTSD juga mengalami anhedonia. Anhedonia sering memengaruhi bagaimana seseorang akan mati rasa emosional yang terjadi karena mengalami trauma.
Beberapa penelitian juga menunjukkan, anhedonia akibat PTSD juga memungkinkan seseorang merasa emosi negatif pada peristiwa yang sebelumnya mereka senangi.
Itulah penyebab anhedonia yang dapat terjadi. Lalu, bagaimana cara yang tepat untuk mengatasinya?
Baca Juga: Trauma setelah Hadapi Perceraian, Mungkinkah Mengalami PTSD?
Mengatasi Anhedonia
Foto: Orami Photo Stock
Melihat faktor penyebabnya yang beragam dan berhubungan dengan gangguan kesehatan mental, maka mengatasi anhedonia harus berdasarkan diagnosis yang tepat.
Jangan sesekali melakukan diagnosis sendiri (self-diagnose) yang rentan sekali keliru.
“Sebenarnya, tidak ada pengobatan langsung untuk anhedonia itu sendiri. Anhedonia sering dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental lainnya," ucap Dr. Albers-Bowling.
Maka dari itu, penyebab utamanya lah yang harus ditangani dengan baik.
Nah, dengan mengobati depresi atau masalah kesehatan mental secara keseluruhan, anhedonia dapat menghilang.
Beberapa cara yang dapat ditempuh, seperti melakukan terapi, atau minum antidepresan, tergantung pada penyebab anhedonia itu sendiri.
Beberapa orang juga mengalami perbaikan dengan melakukan perubahan gaya hidup.
Misalnya, melakukan meditasi, perubahan pola makan dan gaya hidup, serta manajemen waktu yang lebih baik juga dapat membantu.
Itulah hal penting yang perlu dipahami tentang anhedonia. Ingat, tidak ada salahnya meminta bantuan profesional apabila dibutuhkan.
Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik, ya, Moms.
- https://dictionary.apa.org/anhedonia
- https://www.health.com/mind-body/anhedonia
- https://www.webmd.com/depression/what-is-anhedonia
- https://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/anhedonia
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.