Waspadai Apendisitis atau Radang Usus Buntu! Kenali Penyebab dan Gejalanya
Radang usus buntu atau apendisitis adalah peradangan usus buntu, umumnya terjadi pada anak yang beranjak dewasa hingga dewasa muda.
Namun, anak-anak usia sekolah dasar juga bisa mengalami radang usus buntu.
Jurnal American Family Physician menyebutkan bahwa pria lebih berisiko mengalami radang usus buntu daripada wanita. Dengan presentase sebesar 8,6% pada pria dan 6,7% pada wanita.
"Usus buntu atau apendiks adalah organ berbentuk tabung yang panjangnya kira-kira 10 sentimeter (kisaran 3 – 15 sentimeter), dan berpangkal di caecum (bagian awal usus besar di perut sisi kanan)," jelas dr. Adianto Nugroho, Sp.B.SubBDig, Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif RS Pondok Indah – Pondok Indah.
Seperti apa gejala, penyebab, pengobatan dan pencegahan radang usus buntu? Simak penjelasannya di bawah ini, Moms.
Baca Juga: Mengenal Intususepsi, Usus Terlipat dan Menyebabkan Sakit Perut Parah
Gejala Apendisitis atau Radang Usus Buntu
Foto: ilustrasi gejala apendisitis (Orami Photo Stock)
Gejala klasik apendisitis adalah nyeri perut di sisi kanan bawah, yang sebelumnya diawali dengan rasa tidak enak di perut bagian tengah atas.
Dapat juga disertai dengan demam dan tekstur BAB cair. Selain itu, usus buntu yang meradang akan menyebabkan sakit di perut semakin terasa jika berjalan, atau saat kaki ditekuk.
"Gejala klasik tersebut tidak selalu ditemukan pada setiap pasien. Kondisi yang paling banyak dikeluhkan adalah rasa tidak nyaman di perut kanan bawah, disertai sering sendawa seperti sakit maag," kata dr. Adianto Nugroho.
Ada pula gejala apendisitis lain yang kurang umum, meliputi:
- Nyeri tumpul atau tajam di mana saja di perut bagian atas atau bawah, punggung, atau bagian belakang
- Kencing yang menyakitkan atau sulit buang air kecil
- Muntah kemudian disusul dengan sakit perut
- Kram parah
- Sembelit atau diare dengan gas
Baca Juga: TBC Usus Bisa Sebabkan Muntah dan Diare, Ini yang Perlu Diketahui
Penyebab Apendisitis atau Radang Usus Buntu
Foto: penyebab apendisitis (Orami Photo Stock)
"Apendisitis disebabkan karena adanya sumbatan pada pangkal usus buntu oleh sesuatu yang padat, dapat berupa kotoran (feses) yang keras, atau makanan yang tidak tercerna dengan baik (dapat berupa biji jambu, biji cabai, dan sebagainya)," terang dr. Adianto.
Sumbatan tersebut akan membuat aliran mukus tidak dapat keluar ke usus besar dan lama kelamaan akan membuat usus buntu menjadi bengkak dan timbullah perkembangbiakkan kuman.
Kuman atau bakteri kemudian dapat berkembang biak dengan cepat, menyebabkan usus buntu menjadi meradang, bengkak dan berisi nanah. Jika tidak segera diobati, usus buntu bisa pecah.
Baca Juga: Polip Usus, Cari Tahu Pengertian, Penyebab, dan Gejalanya Yuk Moms!
Risiko Komplikasi Apendisitis Jika Tak Diobati
Foto: risiko komplikasi apendisitis (Orami Photo Stock)
Apabila tak segera ditangani dengan baik, apendisitis dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:
- Apendiks yang Pecah
Pecahnya usus buntu dapat menyebarkan infeksi ke seluruh perut (peritonitis) yang mungkin dapat mengancam jiwa. Kondisi usus buntu pecah ini memerlukan pembedahan segera untuk mengangkat usus buntu dan membersihkan rongga perut.
- Kantong Nanah yang terbentuk di Perut
Jika usus buntu pecah, tubuh penderita apendisitis dapat mengembangkan kantong infeksi (abses).
Untuk mengatasinya, ahli bedah akan mengeringkan abses dengan menempatkan tabung melalui dinding perut ke dalam abses.
Tabung dibiarkan di tempat selama sekitar 2 minggu, dan dokter akan meresepkan antibiotik untuk membersihkan infeksi.
Setelah infeksi sembuh, pasien akan menjalani operasi untuk mengangkat usus buntu. Dalam beberapa kasus, abses dikeringkan, dan usus buntu segera diangkat.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Makanan Pembersih Usus, Mudah Didapat!
Diagnosis Apendisitis atau Radang Usus Buntu
Foto: diagnosis apendisitis (Orami Photo Stock)
Mendiagnosis radang usus buntu tidak selalu mudah.
Sebab, gejalanya seringkali tidak jelas atau mirip dengan penyakit lain, seperti masalah kandung empedu, infeksi kandung kemih atau saluran kemih, penyakit Crohn, gastritis, batu ginjal, infeksi usus, dan masalah ovarium.
Untuk membantu diagnosis, dokter biasanya akan melakukan beberapa tes di bawah ini:
- Pemeriksaan perut untuk mencari peradangan
- Tes urin (kencing) untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih
- Pemeriksaan rektal
- Tes darah untuk melihat apakah tubuh melawan infeksi
- CT scan menunjukkan penampang tubuh dengan menggunakan kombinasi sinar-X dan teknologi komputer
- Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambar organ perut yang detail
- USG perut menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menunjukkan gambar organ
Baca Juga: Mengenal FODMAP Diet untuk Penderita Sindrom Iritasi Usus Besar (IBS)
Cara Mengatasi Apendisitis atau Radang Usus Buntu
Foto: operasi apendisitis (Orami Photo Stock)
Kebanyakan orang yang mengalami radang usus buntu akan memerlukan operasi yang disebut usus buntu. Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan usus buntu yang sakit.
Jika usus buntu belum pecah, operasi dapat meminimalisir risiko pecahnya usus buntu dan mencegah penyebaran infeksi.
Sebelum operasi, pasien biasanya akan menerima antibiotik intravena (IV) untuk mengobati infeksi. Beberapa kasus radang usus buntu ringan, dapat sembuh dengan antibiotik saja.
Lalu, dokter akan mengawasi dengan cermat untuk menentukan apakah mereka memerlukan pembedahan. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengobati infeksi perut ketika usus buntu telah pecah.
Jika pasien apendisitis memerlukan pembedahan, sebagian besar operasi usus buntu dilakukan secara laparoskopi. Prosedur laparoskopi dilakukan dengan ruang lingkup melalui sayatan kecil.
Mengutip Cleveland Clinic, pendekatan invasif minimal ini dapat membantu pasien sembuh lebih cepat, dengan sedikit rasa sakit. Cara ini juga akan mencegah berulangnya usus buntu akut yang komplikasi.
Pasien bisa bangun dan bergerak dalam waktu 12 jam setelah operasi. Pasien juga harus dapat kembali ke rutinitas normal dalam 2 hingga 3 minggu.
Setelah operasi usus buntu, sebaiknya segera menghubungi dokter kembali jika terjadi hal-hal berikut:
- Muntah yang tidak terkontrol
- Nyeri perut bertambah
- Pusing/rasa ingin pingsan
- Darah dalam muntah atau air kemih
- Peningkatan rasa sakit dan kemerahan di area saat dokter menyayat perut
- Demam
- Nanah di sekitar luka bekas operasi
Sementara jika pasien sudah mengalami pecahnya usus buntu, usus buntu akan mengeluarkan nanah yang akan menyebar ke seluruh bagian rongga perut dan menimbulkan infeksi berat.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya juga harus dengan operasi, yakni operasi perut besar (laparotomi).
Pasien dengan kasus ini mungkin memerlukan antibiotik jangka panjang untuk membersihkan infeksi sepenuhnya.
Waktu pemulihan pun mungkin dapat memakan waktu hingga 6 minggu atau bahkan lebih lama.
Baca Juga: 5 Makanan Pantangan setelah Operasi Usus Buntu, dan Tips agar Cepat Sembuh
Cara Mencegah Apendisitis atau Radang Usus Buntu
Foto: mencegah kondisi apendisitis (Orami Photo Stock)
Sebenarnya, apendisitis tidak dapat dicegah, tetapi dapat dikurangi risiko serangan akutnya dengan pengaturan pola makan yang baik dan kebiasaan buang air besar yang baik.
Jadi, Moms sebaiknya selalu mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat, seperti buah-buahan dan sayuran segar.
Dr. Adianto pun menyarankan untuk membiasakan buang air besar minimal sehari sekali.
Itu dia informasi seputar radang usus buntu yang perlu diwaspadai. Semoga informasinya bermanfaat ya, Moms.
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/appendicitis/symptoms-causes/syc-20369543
- https://www.aafp.org/afp/2018/0701/p25.html
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8095-appendicitis
- https://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-appendicitis
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.