Orang Tua Perlu Tahu, Begini Cara Mengetahui Tinggi dan Berat Badan Ideal Anak Balita
Si Kecil mungkin kelihatan kurus. Namun, belum tentu ia termasuk kategori kurang gizi. Untuk menentukan tinggi dan berat badan ideal anak, memang ada pengukuran khusus.
Status gizi pada anak ditandai oleh berat badan dan tinggi badan ideal anak sesuai standar pengukuran yang telah disepakati.
Standar antropometri anak sebagai rujukan untuk menilai status gizi dan tren pertumbuhan anak 0-5 tahun di Indonesia mengacu pada WHO Child Growth Standards.
Mengapa mengacu pada standar internasional? Bukankah anak-anak 'bule' cenderung bertubuh lebih besar daripada anak-anak Indonesia?
Ternyata tidak, Moms. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari negara mana pun akan tumbuh sama bila gizi, kesehatan, dan pola asuh yang benar terpenuhi.
Untuk itu, yuk cari tahu berat badan ideal anak untuk masa tumbuh kembangnya!
Pentingnya Berat Badan Ideal Anak
Foto: Orami Photo Stocks
Pemantauan tumbuh kembang anak pada 1.000 hari pertama kehidupan sangat penting. Hal ini mengingat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan pada usia ini.
Artinya, di usia anak sejak dalam kandungan hingga 2 tahun menjadi momen 'golden age' untuk tubuh kembangnya.
Pertumbuhan pada anak terjadi ketika ada pertambahan ukuran fisik, baik tinggi atau berat badan anak secara ideal.
Menjaga berat badan Si Kecil tetap normal sesuai standar antropometri anak Indonesia ternyata penting, Moms.
Kalau pertumbuhan berat badan ideal anak dapat dipertahankan di batas normal, tinggi badan dan lingkar kepala juga akan normal.
Sebaliknya, jika berat badan 'anjlok' berdasarkan persentil,artinya berat badan kurang dibanding tinggi badan, ini pertanda yang kurang baik.
Untuk skrining pertumbuhan dapat dilakukan dengan menimbang berat badan, mengukur panjang / tinggi badan, dan lingkar kepala.
Kemudian angka yang didapat dibandingkan ke dalam kurva pertumbuhan yang sesuai untuk umur dan jenis kelamin SI Kecil.
Bayi dengan berat badan lahir yang rendah artinya tidak dapat mengejar ketertinggalan (weight faltering).
Bahkan ini mempengaruhi tinggi badan dan lingkar kepala yang berakibat pada deselerasi atau kecepatan tumbuhnya berkurang.
Indeks berat badan ideal anak menurut umur (BB/U) menggambarkan berat badan dibandingkan umur anak.
Inilah tolok ukur balita dikatakan memiliki berat badan sangat kurang (severely underweight), kurang (underweight), normal, atau risiko berat badan lebih.
Namun, untuk mengidentifikasi anak dengan gizi lebih dan obesitas, lebih cocok menggunakan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U).
Baca Juga: 4 Tahapan Perkembangan Motorik Anak SD, Catat!
Mengukur Tinggi dan Berat Badan Ideal Anak
Foto: Orami Photo Stocks
Moms, seperti kita tahu sebelumnya, dalam menentukan berat badan ideal anak tak jauh berbeda antara satu negara dengan lainnya.
Adapun mengukur tinggi dan berat badan ideal anak satu ini yakni dengan menggunakan kurva World Health Organizaion (WHO).
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggunakan kurva WHO untuk kurva pertumbuhan standar yang menggambarkan pertumbuhan anak umur 4-5 tahun.
Dalam mengukur panjang badan, diukur pada posisi tidur telentang untuk anak usia 0-2 tahun dan setelah usia 2 tahun tinggi badan diukur ketika tinggi berdiri.
Tak perlu ke rumah sakit untuk mengukur berat badan ideal anak. Bahkan Moms bisa mencobanya sendiri dengan mengacu pada kurva pertumbuhan, lho!
Nah, cara mengukur tinggi dan berat badan ideal anak menurut kurva WHO antara lain:
- Tentukan umur, panjang badan, dan berat badan anak.
- Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva. Garis horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan umur dan panjang / tinggi badan.
- Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat badan, umur, dan IMT.
- Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.
Mengacu Kementerian Kesehatan RI, normalnya, berat badan ideal anak adalah sekitar 18,5-22,9 IMT.
Anak dengan BB/U rendah kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan.
Namun, tenaga medis perlu mengonfirmasinya dulu dengan indeks BB/TB (berat badan dibandingkan tinggi badan) atau IMT/U sebelum melakukan penanganan lebih lanjut.
Baca Juga: Kenapa Anak Doyan Makan Tapi Berat Badannya Sulit Naik?
Arti Berat Badan Kategori Underweight
Foto: pixabay.com
Tentunya setelah membaca kurva pertumbuhan tinggi dan berat badan ideal anak, ada beberapa kolom klasifikasi.
Salah satunya kolom underweight atau berat badan kurang.
Underweight adalah kegagalan Si Kecil untuk mencapai berat badan ideal anak seusianya.
Si Kecil dapat dikatakan memiliki berat badan kurang atau underweight jika angka IMT kurang dari angka 18,5.
Tentunya ini akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, sesuai usianya dalam jangka waktu tertentu.
Penyebabnya bisa beragam, salah satunya karena kekurangan energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan sesuai usianya
Salah satu cara menaikkan berat badan Si Kecil adalah memberikan makanan yang dapat membantu Si Kecil cepat gemuk.
Bukan sekadar tinggi kalori, tapi juga harus kaya gizi dan seimbang. Contoh makanannya antara lain seperti di bawah ini:
- Susu dan keju
- Pasta, nasi, kentang, labu, jagung, dan sebagainya (sumber karbohidrat)
- Alpukat (buah tinggi kalori dan lemak sehat)
- Telur dan ikan (sumber protein)
- Minyak zaitun, mentega, dan margarin (sumber lemak)
Moms yang memiliki buah hati dengan berat badan ideal, tetap perlu berhati-hati.
Meski masuk dalam kategori berat badan normal, Si Kecil berisiko masuk kategori underweight jika nafsu makannya turun atau sakit dalam waktu lama.
Konsultasikan dengan ahlinya agar balita dengan berat badan kurang bisa mengejar ketertinggalannya serta dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Baca Juga: 7 Cara Menambahkan Berat Badan Anak
Arti Berat Badan Overweight
Foto: pixabay.com
Tak hanya kekurangan berat badan, overweight juga menjadi 'ancaman' bagi orang tua dalam memperhatikan tumbuh kembang anak.
Tinggi dan berat badan ideal anak bisa masuk ke dalam kategori ini jika laju makan tidak diperhatikan.
Anak dikatakan overweight apabila IMT pada angka 23-24,9 IMT.
Moms bisa melakukan langkah-langkah yang disarankan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berikut untuk Si Kecil agar berat badannya kembali ideal:
- Terapkan pola makan sehat dan gizi seimbang. Perbanyak makanan tinggi serat karena lebih mengenyangkan.
- Ganti snack tinggi kalori dengan buah segar dan air putih di antara jadwal makan berat dan camilan
- Ajak Si Kecil memperbanyak aktivitas fisik (misalnya berjalan kaki, bersepeda, atau berolahraga bersama) dan mengurangi bermain gadget
- Puji dan semangati Si Kecil untuk setiap keberhasilannya menerapkan perilaku sehat
- Libatkan seluruh anggota keluarga serta guru dan teman di sekolah untuk membantu Si Kecil mengatasi obesitas.
Target penurunan berat badan Si Kecil yang obesitas adalah 0,5 kg dalam seminggu atau turun mencapai 20% di atas berat badan ideal.
Selain itu, kalau berat badan Si Kecil belum masuk kategori ideal, Moms bisa mempertahankannya karena tubuhnya masih bisa meninggi.
Konsultasikan juga masalah berat badan Si Kecil kepada ahlinya, ya.
Baca Juga: Anak Gemuk Belum Tentu Sehat, Ketahui Tips Menjaga Berat Badan Anak
Mengutip Kementerian Kesehatan RI, perlu tindakan pencegahan untuk memelihara tumbuh kembang anak tetap optimal.
Misalnya dari upaya sederhana seperti perbaikan status gizi, imunisasi, menggunakan air bersih, dan sedini mungkin dalam mendeteksi penyakit atau infeksi.
Tentunya perlu adanya keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh tubuh.
Ini fungsinya untuk melaju pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas atau produktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain.
Orang tua juga perlu memperhatikan jika terjadi keterlambatan tumbuh kembang anak, khususnya di bawah usia 5 tahun.
Mengutip Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemantauan tumbuh kembang anak bisa ditemukan secara dini jika menunjukkan gejala seperti:
- Gangguan pertumbuhan : misalnya status gizi kurang atau buruk, anak bertubuh pendek.
- Gangguan perkembangan : misalnya terlambat bicara.
- Gangguan mental emosional anak: seperti gangguan konsentrasi dan hiperaktif.
Baca Juga: Apakah Berat Badan Bayi Moms Normal? Coba Cek Dulu Panduannya!
Yuk, pantau berat badan, tinggi badan, hingga lingkar kepala Si Kecil sesuai dengan usianya, dengan tools Pertumbuhan dari Orami Apps.
Fitur ini akan memudahkan para orang tua untuk memastikan buah hati tumbuh sehat sekaligus dapat mendeteksi gangguan pertumbuhan sejak dini.
- https://www.who.int/childgrowth/standards/en/
- https://www.idai.or.id/professional-resources/kurva-pertumbuhan/kurva-pertumbuhan-who
- https://www.kemkes.go.id/index.php?txtKeyword=status+gizi&act=search-by-map&pgnumber=0&charindex=&strucid=1280&fullcontent=1&C-ALL=1
- http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/klasifikasi-obesitas-setelah-pengukuran-imt
- https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pemantauan-tumbuh-kembang-1000-hari-pertama-kehidupan-anak
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.