04 Desember 2024

Ingin Tahu Cara Menghitung Tetesan Infus? Yuk, Simak!

Cara menghitung cairan infus ternyata mudah kok, Moms

Jika Moms pernah menjalani perawatan di rumah sakit, cairan infus pasti bukan hal yang asing. Menariknya, ada cara menghitung tetesan infus, lho.

Tetesan ini memiliki fungsi khusus dalam perawatan medis.

Walaupun memahami teknik menghitung laju tetesan bisa memperkaya pengetahuan, penting untuk diingat bahwa hanya tenaga medis yang bisa menentukan dosis dan kecepatan tetesan yang tepat.

Jadi, hindari menyesuaikan laju tetesan infus sendiri tanpa arahan dari profesional medis.

Apa Itu Cairan Infus?

Cairan infus adalah larutan steril yang diberikan melalui pembuluh darah menggunakan selang dan jarum (atau kateter) sebagai metode untuk memasukkan zat-zat penting ke dalam tubuh.

Cairan infus biasanya digunakan untuk mengatasi dehidrasi, memberikan nutrisi, atau memasukkan obat-obatan secara langsung ke aliran darah.

Ada dua jenis cairan utama yang digunakan dalam infus, Moms.

1. Cairan Kristaloid

Cairan kristaloid mengandung natrium klorida, natrium glukonat, natrium asetat, kalium klorida, magnesium klorida, dan glukosa.

Cairan ini biasanya digunakan untuk menjaga keseimbangan elektrolit, menghidrasi tubuh, mengembalikan pH, dan sebagai resusitasi cairan.

Contoh cairan kristaloid adalah saline, Ringer laktat, dan dextrose.

2. Cairan Koloid

Cairan koloid memiliki molekul yang lebih berat dibandingkan cairan kristaloid.

Jenis cairan ini digunakan pada pasien yang mengalami penyakit kritis, operasi berat, dan sebagai resusitasi cairan. Contoh cairan koloid adalah gelatin, albumin, dan dekstran.

Cara Menghitung Tetesan Infus

Cara Menghitung Tetesan Infus
Foto: Cara Menghitung Tetesan Infus (medgadget.com)

Sebelum mulai mempelajari cara menghitung tetesan infus ini, Moms perlu menyiapkan peralatan dasar untuk infusan, seperti jarum, alat suntik, serta cairan obat-obatan yang dibutuhkan.

Tak hanya itu, flush biasanya juga dibutuhkan untuk mendorong obat ke dalam intravena atau kantong cairan infus.

Adapun cara menghitung tetesan infus yang kita patut ketahui, antara lain sebagai berikut.

1. Metode Pemberian Cairan Infus

Cara menghitung tetesan infus yang pertama yakni menentukan metode cairan infus.

Metode pemberian cairan infus, yang dikenal juga dengan sebutan faktor tetes, yaitu set makro dan set mikro, antara lain:

  • Set makro: Biasanya digunakan untuk cairan yang perlu diberikan lebih cepat dan dalam jumlah lebih besar. Lubang tetesan lebih besar, dengan tetesan yang lebih cepat dan biasanya kurang dari 60 tetes per mL.
  • Set mikro: Digunakan untuk pengelolaan cairan yang lebih hati-hati, biasanya di pediatrik. Lubang tetesan lebih kecil dan tetesan lebih lambat, biasanya 60 tetes per mL atau lebih.

Berapa besarnya penentuan metode ini berdasarkan anjuran dokter dan perawat setempat.

Melansir Infusion Nurse, satu set makro tetesan infus terdiri dari 10, 15, atau 20 tetes untuk menghasilkan 1 mL cairan.

Umumnya, standar yang biasanya digunakan tergantung dari jenis cairan yang harus dimasukkan ke dalam tubuh.

Jika cairan tersebut bening dan encer, perawat mungkin memasang infus dengan jumlah 20 tetes/1 mL.

Sementara itu, bila cairan infus lebih kental seperti darah, pasien mungkin akan mendapat 15 tetes/1 mL.

2. Perhitungan TPM (Tetesan per Menit)

Tetesan Infus
Foto: Tetesan Infus (motherhomecarekar.com)

Selain itu, cara menghitung tetesan infus yakni dengan menggunakan TPM (Tetesan per Menit).

Faktor tetes diperlukan dalam cara menghitung tetesan infus, yakni dengan menentukan set makro atau mikro terlebih dahulu.

Cara menghitungnya yakni dengan rumus cara menghitung tetesan infus, yang dikutip dari manual CSL Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ, Perhitungan Cairan Infus:

  • Jumlah TPM = Kebutuhan Cairan x Faktor Tetes / Lama Pemberian x 60 menit

Contoh:

Pasien A akan diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 250 cc dalam 2 jam.

Diketahui faktor tetes infusan adalah 15 tetes / menit. Jumlah tetesan per menit (TPM) adalah:

  • TPM = 250 x 15 / (2 x 60) = 31.25 tetes = 32 tetes permenit.

Jenis Cairan Infus

Tak hanya mengenal cara menghitung tetesan infus, Moms juga perlu mengenali jenis-jenis cairan infus.

Jenis cairan infus yang digunakan akan sangat bergantung pada keadaan medis pasien.

Meski cairan tersebut umumnya dibagi menjadi empat kelompok, yaitu cairan pemeliharaan, cairan pengganti, cairan khusus, dan cairan nutrisi, pilihan jenis cairan harus selalu didasarkan pada evaluasi dan rekomendasi dari tim medis.

Cairan infus pemeliharaan ditujukan untuk pasien yang tidak bisa memenuhi kebutuhan elektrolit dan masih dalam tahap normal dan stabil.

Tujuan pemberian cairan infus beragam, dari memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit hingga memungkinkan ekskresi ginjal.

Namun, kebutuhan ini bisa sangat beragam tergantung pada kondisi medis pasien, sehingga penentuan dosis dan jenis cairan harus selalu diawasi oleh tim medis.

Biasanya, cairan infus pemeliharaan yang digunakan adalah NaCl 0,9%, glukosa 5%, glukosa salin, dan ringer laktat atau asetat.

1. Cairan Pengganti

Dirawat dengan Infus
Foto: Dirawat dengan Infus (saaolpunjab.com)

Mengutip Science Direct, cairan infus jenis ini bertujuan untuk mengembalikan volume sirkulasi (untuk meningkatkan laju pembersihan keton) dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit.

Hampir menyerupai jenis sebelumnya, tetapi ini diutamakan bagi mereka yang mengalami masalah saluran pencernaan (ileostomy, fistula, drainase nasogastrium, dan drainase bedah) atau infeksi saluran kencing.

Pasien dengan gagal ginjal juga memerlukan cairan pengganti ini.


2. Cairan Khusus

Seterusnya, cairan jenis khusus ini berisi natrium bikarbonat 7,5% atau kalsium glukonas.

Pasien yang menggunakan cairan khusus adalah para penderita gangguan keseimbangan elektrolit.

Adapun pemberian cairan infus ini berdasarkan rekomendasi dokter dan perawat tergantung penyakit yang diderita.

3. Cairan Nutrisi

Tangan di Infus (Orami Photo Stocks)
Foto: Tangan di Infus (Orami Photo Stocks) (Orami Photo Stock)

Pernahkah mendengar bahwa infus digunakan ketika seseorang tidak bisa makan melalui mulut? Nah faktanya, ada cairan infus untuk mengisi nutrisi dalam tubuh, lho.

Mengutip University of Rochester Medical Center, cairan nutrisi ini mengandung kalori, protein, dan lemak.

Ini juga memiliki elektrolit termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium, dan kalsium.

Ketika seseorang tidak bisa makan karena gangguan pencernaan atau tidak bisa makan melalui mulut, cairan infus nutrisi menjadi alternatifnya.

Adapun beberapa kasus pasien membutuhkan cairan nutrisi, antara lain sebagai berikut.

  • Gangguan Penyerapan Makanan. Seperti pada fistula enterokutaneus, atresia intestinal, kolitis infeksiosa, maupun penyumbatan usus halus.
  • Kondisi yang Mengharuskan Usus Beristirahat. Kasus dengan pankreatitis berat, status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri mesenterika, dan diare berulang.
  • Gangguan Motilitas Usus. Ileus yang berkepanjangan, pseudo-obstruksi, dan skleroderma.
  • Gangguan Makan. Muntah tanpa henti, gangguan hemodinamik, dan hiperemesis gravidarum.

Manfaat Cairan Infus

Infus
Foto: Infus (Freepik.com/freepik)

Setelah mengetahui cara menghitung tetesan infus, penting juga untuk memahami beberapa kondisi medis yang mungkin memerlukan penggunaan infus.

Infus pada umumnya digunakan untuk memberikan pasokan elektrolit dan cairan bagi mereka yang mengalami dehidrasi atau kondisi medis tertentu.

Moms juga harus tahu ada beberapa manfaat dari cairan infus itu sendiri. Meskipun pada dasarnya, manfaat cairan infus untuk memberi pasokan elektrolit dan cairan pada tubuh bagi yang dehidrasi.

Meskipun tidak setiap kondisi medis memerlukan infus, metode ini sangat efektif bagi pasien dalam kondisi darurat yang memerlukan pengiriman obat langsung ke aliran darah.

Kondisi yang dimaksud seperti serangan jantung, keracunan dan stroke.

Karena kondisi-kondisi tersebut tidak memungkinkan untuk meminum obat melalui mulut karena membutuhkan waktu yang lama untuk obat diserap darah dan disalurkan.

Maka dampaknya akan menyebabkan kondisi semakin buruk. Infus merupakan salah satu cara yang dapat mencegah kondisi tersebut.

Infus juga biasanya dibutuhkan ketika pasien mengalami muntah-muntah dan diare hingga kehilangan banyak cairan tubuh.

Infus memungkinkan pergantian elektrolit dan cairan tubuh dengan cepat dan akurat. Beberapa kondisi yang mungkin memerlukan infus meliputi:

  • Dehidrasi parah
  • Keracunan makanan
  • Stroke dan serangan jantung
  • Gangguan sistem imun tubuh
  • Infeksi
  • Pemberian obat kemoterapi
  • Peradangan kronis
  • Dan kondisi-kondisi lainnya

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa kondisi tubuh yang mengalami sakit parah yang perlu mendapatkan perawatan khusus yang dapat menggunakan infus.

Penggunaan infus pun tidak bisa dilakukan sembarangan, dibutuhkan prosedur khusus dan dilakukan oleh perawat atau dokter yang telah memahami prosedur infus dengan baik.

Adapun prosedur infus sendiri pertama-tama diberikan kepada pasien yang terlebih dahulu telah menentukan jenis infus yang digunakan sesuai dengan kondisi pasien.

Selanjutnya, infus akan disuntikkan melalui area kulit yang telah dibersihkan. Melalui prosedur ini, cairan infus langsung masuk ke aliran darah.

Perawat, dokter dan tenaga medis yang berpengalaman saja yang dapat melakukan prosedur infus.

Karena jika terjadi kesalahan, penggunaan infus dapat berakibat fatal terutama akan mempengaruhi kondisi kesehatan tubuh.

Prosedur Terapi Infus

Orang Diinfus
Foto: Orang Diinfus (freepik.com)

Sebelum terapi intravena diberikan, dokter atau perawat akan menentukan jenis infus yang tepat untuk Moms.

Proses ini melibatkan pemilihan tipe cairan dan alat yang sesuai dengan kebutuhan medis Moms.

Selain itu, mereka akan menetapkan dosis infus dan menghitung laju tetesan infus.

Perhitungan ini dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor, seperti berat badan, usia, dan kondisi kesehatan Moms secara keseluruhan.

Setelah jenis infus dan dosisnya ditentukan, barulah infus bisa disuntikkan melalui kulit.

Prosedur ini dimulai dengan membersihkan area yang akan disuntik menggunakan alkohol.

Langkah ini penting untuk memastikan area tersebut steril dan bebas dari kuman serta bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.


Pada orang dewasa, jarum intravena umumnya disuntikkan pada punggung tangan atau lipatan antara lengan atas dan bawah.

Sementara itu, pada bayi, lokasi penginfusan bisa berbeda, seperti di kaki, tangan, atau bahkan kulit kepala, tergantung pada kondisi dan kebutuhan medis bayi.

Saat kateter dimasukkan ke dalam pembuluh vena, Moms mungkin akan merasakan sedikit ketidaknyamanan.

Rasa nyeri dan tegang ini adalah reaksi normal dan biasanya akan segera berkurang setelah prosedur selesai.

Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai prosedur terapi infus ini, Moms diharapkan dapat merasa lebih tenang dan siap menjalani proses tersebut.

Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan kekhawatiran kepada tenaga medis yang merawat Moms agar mereka dapat memberikan dukungan dan penjelasan yang diperlukan.

Risiko dan Efek Samping Terapi Infus

Perawat Mengecek Infus
Foto: Perawat Mengecek Infus (freepik.com)

Terapi infus, meskipun sangat umum dan seringkali penting untuk perawatan medis, tetap memiliki beberapa risiko dan efek samping yang perlu dipertimbangkan.

Salah satu risiko yang paling umum adalah infeksi.

Meskipun area suntikan dibersihkan dengan alkohol untuk mengurangi risiko infeksi, tetap ada kemungkinan bahwa bakteri atau virus dapat masuk ke tubuh melalui titik masuk jarum.

Ini dapat menyebabkan infeksi lokal di area suntikan atau, dalam kasus yang lebih parah, infeksi sistemik yang menyebar ke seluruh tubuh.

Selain infeksi, ada juga risiko terjadinya phlebitis, yaitu peradangan pada pembuluh darah di tempat infus dimasukkan.

Phlebitis dapat menyebabkan nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di sekitar area suntikan.

Dalam beberapa kasus, phlebitis bisa menjadi kondisi yang serius jika tidak segera diobati dan dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah yang berpotensi berbahaya.

Efek samping lainnya adalah infiltrasi, di mana cairan infus bocor ke jaringan di sekitar vena.

Hal ini bisa terjadi jika jarum atau kateter keluar dari vena atau jika dinding vena bocor.

Gejala infiltrasi termasuk pembengkakan, dingin, dan nyeri di area sekitar suntikan. Jika tidak segera ditangani, infiltrasi dapat menyebabkan kerusakan jaringan.

Alergi terhadap cairan atau obat yang diberikan melalui infus juga merupakan risiko yang perlu diperhatikan.

Reaksi alergi bisa berkisar dari ringan, seperti ruam dan gatal-gatal, hingga berat, seperti kesulitan bernapas dan anafilaksis, yang memerlukan penanganan medis darurat.

Selain risiko-risiko tersebut, pasien juga bisa mengalami ketidakseimbangan elektrolit jika cairan infus tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan berbagai masalah, mulai dari kelelahan dan kelemahan otot hingga gangguan jantung yang serius.

Mengingat berbagai risiko dan efek samping ini, sangat penting bagi tenaga medis untuk memantau pasien dengan cermat selama dan setelah pemberian infus.

Jika ada tanda-tanda komplikasi, tindakan cepat dan tepat harus segera dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dan memastikan keselamatan serta kenyamanan pasien.

Pasien juga disarankan untuk segera melaporkan segala ketidaknyamanan atau gejala yang tidak biasa kepada petugas kesehatan agar dapat ditangani dengan segera.

Nah, Moms, apa pun jenis cairannya, cara menghitung tetesan infus tetap sama, yakni menggunakan rumus jumlah tetesan per menit (TPM).

Namun, proses menghitung tetesan infus biasanya dilakukan oleh tim medis profesional, ya Moms.

Jenis dan dosis cairan yang digunakan akan dihitung dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan spesifik pasien.

Kini Moms sudah tidak bingung lagi, bukan? Semoga bermanfaat, ya!

  • https://www.sciencedirect.com/topics/veterinary-science-and-veterinary-medicine/fluid-replacement
  • https://infusionnurse.org/2011/03/25/calculating-and-counting-drops/
  • https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=90&contentid=P02391#:~:text=The%20fluids%20have%20calories%2C%20protein,for%20healthy%20growth%20and%20development.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.