Ketahui Apa Saja Ciri Vagina Kering dan Pengobatannya
Jika Moms merasa nyeri di sekitar vagina saat berhubungan seksual, bisa jadi Moms mengalami vagina kering. Vagina kering atau atrophic vaginitis merupakan kondisi yang dialami oleh banyak perempuan.
Biasanya, saat mengalami vagina kering, Moms akan merasa tidak nyaman, bahkan sakit, saat berhubungan seksual dengan pasangan.
Ciri vagina kering ini umumnya disebabkan oleh produksi pelumas alami yang kurang saat bercinta.
Dalam kondisi normal, pada dasarnya, serviks atau leher rahim akan memproduksi pelumas alami yang dapat menjaga dinding vagina tetap lembap dan kenyal.
Produksinya pun akan semakin meningkat saat perempuan menerima rangsangan seksual.
Dengan produksi pelumas yang cukup, gesekan di dalam vagina pun berkurang sehingga tidak kering atau terasa nyeri saat berhubungan intim.
Baca Juga: Benarkah Makan Timun Bisa Bikin Vagina Becek?
Ciri-ciri Vagina Kering
Selain merasa tidak nyaman dan kesakitan, ada beberapa ciri vagina kering.
Nah, berikut ini beberapa ciri vagina kering yang perlu Moms ketahui dan waspadai.
1. Nyeri saat Berhubungan Seksual
Foto: Orami Photo Stocks
Menurut Bachmann dan Nevadunsky (2000), ciri vagina kering awal adalah kurangnya lubrikasi atau pelumas pada dinding vagina.
Dilansir dari Womens Health Concern, hal ini menyebabkan penipisan kulit di sekitar vagina sehingga membuatnya mudah rusak dan menimbulkan rasa sakit ketika berhubungan seksual, bahkan dapat menyebabkan pendarahan ketika berhubungan seksual.
2. Tidak Nyaman Beraktivitas
Selain itu, perempuan yang mengalami vagina kering biasanya akan merasakan sakit saat beraktivitas sehari-hari.
Mereka merasa tidak nyaman ketika duduk, berdiri, berolahraga, bekerja, dan lain sebagainya.
Ciri vagina kering ini dapat berdampak buruk terhadap kualitas hidup mereka karena produktivitas yang cenderung menurun.
Baca Juga: Mengenal Gejala dan Penyebab Vulvovaginitis, Infeksi Vagina Pada Balita
3. Bentuk Vagina Berubah
Foto: Orami Photo Stocks
Bentuk vagina yang mengalami kondisi ini pun biasanya akan memiliki bentuk yang berbeda.
Bibir vagina akan terlihat lebih tipis daripada biasanya. Tidak hanya itu, biasanya vagina juga telah kehilangan elastisitasnya.
4. Terjadi Perubahan Keputihan
Kemudian, banyak perempuan mengaku mengalami perubahan ketika keputihan sebagai ciri vagina kering.
Mereka menemukan bahwa keputihan mereka berubah menjadi lebih berair, berubah warna, dan sedikit berbau. Gejala ini pun disertai dengan gatal dan rasa terbakar di sekitar vagina.
Baca Juga: 7 Makanan Ini Tidak Baik untuk Vagina, Lebih Baik Hindari Ya!
5. Sering Buang Air Kecil
Foto: Orami Photo Stocks
Di samping itu, US Pharmacy menyebutkan bahwa ciri vagina kering sering kali disertai gangguan di kandung kemih.
Hal ini ditandai dengan frekuensi buang air kecil yang tidak normal dan nyeri saat buang air kecil.
Penyebab Vagina Kering
Pada umumnya, terjadinya ciri vagina kering disebabkan oleh perubahan hormon pada tubuh perempuan.
Dikutip dari jurnal Treating vaginal dryness, hormon estoregen merupakan hormon yang menjaga produksi pelumas alami di dinding rahim.
Ketika kadar esterogen turun, produksi pelumas pun turun dan menyebabkan vagina menjadi kering.
Penurunan kadar esterogen ini pun dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti yang dilansir dari jurnal berjudul Vaginal dryness (2018) berikut.
1. Merokok
Orang yang merokok mungkin mengalami kekeringan pada vagina.
Hal itu karena merokok memengaruhi aliran darah ke jaringan tubuh Moms, termasuk vagina. Ciri vagina kering ini dapat memengaruhi rangsangan, gairah, dan lubrikasi seksual.
Baca Juga: Benarkah Memakai Cairan Pembersih Kewanitaan Setiap Hari Membuat Vagina Kering?
2. Mengonsumsi Alkohol
Foto: Orami Photo Stocks
Alkohol membuat tubuh Moms dehidrasi dan ini memengaruhi vagina. Dengan lebih sedikit air dalam tubuh secara keseluruhan, maka pelumas yang dihasilkan di area vagian juga berkurang.
Alkohol juga merupakan depresan sistem saraf pusat yang dapat saraf tidak sepeka saat Moms tidak minum alkohol.
Akibatnya, hubungan pikiran dengan tubuh mungkin tidak seefektif dalam menstimulasi lubrikasi vagina. Terlebih ketika bercinta.
3. Alergi Terhadap Suatu Produk Kewanitaan
Meskipun mungkin berbau harum, produk pembersih tertentu mungkin tidak cocok dengan vagina, Moms.
Beberapa produk, seperti deterjen, tissue beraroma, sabun pembersih area kewanitaan, dan lain sebagainya, dapat menyebabkan iritasi dan kepekaan yang berkontribusi pada ciri vagina kering.
Baca Juga: Berbahayakah Vagina yang Terlalu Berkeringat? Ini Penyebab dan Pencegahannya
4. Mengonsumsi Pil KB
Foto: Orami Photo Stocks
Umumnya, apa pun yang memengaruhi dan menurunkan kadar estrogen yan dapat menyebabkan kekeringan pada vagina sampai tingkat tertentu, termasuk pil KB.
Pil ini menurunkan estrogen sebagai cara mencegah ovulasi, di antara efek lainnya.
Jika kekeringan vagina dirasakan, Moms dapat mempertimbangkan untuk memilih alat kontrasepsi lain, seperti alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) .
5. Mengonsumsi Antidepresan
Beberapa antidepresan yang paling umum, seperti selective serotonin re-uptake inhibitor (SSRI) dan antidepresan trisiklik, dapat memiliki efek samping seksual. Salah satunya menyebabkan ciri vagina kering.
Obat-obatan ini dirancang untuk mengubah komunikasi antara sel saraf dan otak.
Meskipun bermanfaat untuk suasana hati, ini juga dapat memperlambat komunikasi dari vagina ke otak Moms, sehingga pelumasan berkurang.
Efek seksual antidepresan berkaitan erat dengan dosis yang dikonsumsi. Semakin tinggi dosis yang Moms konsumsi, semakin besar kemungkinan Moms mengalami kekeringan di area vagina.
Moms dapat berkonsultasi lebdengan dokter Moms tentang kemungkinan menurunkan dosis atau mengonsumsi obat lain yang tidak memiliki efek samping seksual.
Baca Juga: Bibir Vagina Bengkak, Ketahui Penyebab dan Cara Mengobatinya
6. Hamil
Foto: Orami Photo Stocks
Tidak mengherankan jika kehamilan memengaruhi hormon.
Salah satu contohnya adalah penurunan hormon estrogen. Hal ini dapat menyebabkan ciri vagina kering dan meningkatkan iritasi.
Libido juga dapat berfluktuasi selama kehamilan. Ini dapat memengaruhi tingkat pelumasan vagina.
7. Melahirkan
Setelah melahirkan, kadar estrogen cenderung turun. Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang sedang menyusui, yang dapat menekan pelepasan estrogen.
Akibatnya, banyak orang tidak mengalami menstruasi saat sedang menyusui.
Kadar estrogen tubuh biasanya akan kembali normal setelah melahirkan atau karena sesi menyusui menjadi lebih jarang.
Baca Juga: Gejala dan Penyebab Varises Vagina Saat Hamil
8. Menjelang Menopause atau Telah Menopause
Foto: Orami Photo Stocks
Saat Moms mendekati atau berada di periode menopause, kadar estrogen mulai turun. Karena estrogen adalah hormon kunci dalam pelumasan vagina, kekeringan vagina adalah salah satu efek samping yang paling umum.
Tanpa menggunakan pelumas atau pelembap saat berhubungan seks, orang yang mendekati atau pascamenopause dapat mengalami ketidaknyamanan, pendarahan, dan bahkan kulit robek saat berhubungan seks.
Cara Mengatasi Vagina Kering
Vagina yang kering tentu akan mengganggu aktivitas harian maupun seksual Moms.
Rasa tak nyaman yang ditimbulkan akibat ciri vagina kering tak jarang memengaruhi mood dan membuat Moms jadi enggan berhubungan seksual.
Nah, untuk mengatasi permasalahan tersebut, berikut beberapa tips dan cara mengatasi vagina kering.
1. Seks Teraturrogen Topikal
Foto: Orami Photo Stocks
Dilansir dari Medical News Today, cara yang dapat dilakukan adalah terapi esterogen topikal. Cara ini biasanya dilakukan dengan mengoleskan langsung obat di area vagina untuk meredakan gejala.
Metode ini memiliki risiko yang lebih rendah daripada terapi esterogen dengan meminum pil karena melibatkan penyerapan esterogen yang rendah. Contoh terapi estrogen topikal adalah sebagai berikut:
- Cincin Vagina (Estring)
Cincin vagina yakni cincin fleksibel yang dimasukkan ke dalam vagina.
Cincin ini akan terus-menerus melepaskan estrogen dalam jumlah rendah ke dalam jaringan vagina dalam jangka waktu 90 hari.
Baca Juga: 6 Bahan Alami untuk Mengatasi Vagina Kering
- Krim Vagina (Estrace, Premarin)
Krim vagina yakni menggunakan aplikator khusus, krim ini sering dioleskan ke dalam vagina.
Penelitian telah menunjukkan bahwa krim esterogen adalah pengobatan yang efektif dan dapat ditoleransi dengan baik untuk ciri vagina kering.
- Tablet Vagina (Vagifem),
Tablet vagina yakni memasukkan tablet dengan menggunakan aplikator khusus ke dalam vagina.
2. Over-The-Counter (OTC) Treatment
Kemudian, cara lain yang bisa digunakan untuk mengatasi ciri vagina kering adalah menggunakan over-the-counter (OTC) treatment, yakni penggunaan obat tertentu tanpa menggunakan resep.
Berikut beberapa produk yang dapat digunakan:
- Menggunakan Pelumas
Pelumas digunakan pada saat bercinta untuk meningkatkan kelembapan dan mengurangi rasa sakit saat berhubungan seks.
Pelumas berbahan dasar air lebih disarankan daripada pelumas berbahan dasar minyak karena pelumas berbahan dasar minyak dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan kondom.
- Pelembab vagina
Pelembab vagina dapat digunakan setiap untuk membantu menjaga kelembapan alami vagina.
3. Seks Teratur
Foto: Orami Photo Stocks
Berhubungan seks secara teratur dapat membantu mengatasi kondisi ciri vagina kering.
Aliran darah ke jaringan vagina meningkat saat seorang wanita terangsang dan ini membantu merangsang produksi kelembapan.
Foreplay atau pemanasan dan gairah yang memadai sebelum berhubungan seks akan membantu mengatasi kekeringan vagina dan membuat seks lebih menyenangkan.
4. Tidak Menggunakan Produk Pemersih Vagina
Banyak produk pembersih vagina mengandung pewangi dan pewarna yang dapat mengiritasi atau mengeringkan jaringan vagina.
Pada dasarnya, vagina mengandung bakteri baik yang seimbang dan dapat membersihkan diri sendiri.
Dengan demikian, tidak perlu douching atau penggunaan sabun wangi di sekitar area sensitif vagina.
Baca Juga: Ini Alasan Otot dan Kulit Vagina Harus Digunting Saat Persalinan Normal
5. Diet Asam Lemak
Foto: Orami Photo Stocks
Dilansir dari jurnal berjudul Natural Treatments for Vaginal Dryness and Atrophy, dokter spesialis kesehatan organ reproduksi perempuan asal Amerika Serikat, dr. Jennifer Berman, mengatakan bahwa diet tinggi asam lemak dapat membantu meningkatkan kelembaban vagina.
Labu mentah, biji wijen, biji bunga matahari, dan ikan (terutama salmon, makarel, dan tuna) adalah beberapa contoh makanan yang mengandung asam lemak tinggi.
Suplemen vitamin A dan B serta beta-karoten juga memiliki kadar asam lemak omega 3 yang tinggi.
Selain itu, Moms juga harus mengonsumsi makanan yang mengandung isoflavon, yang dapat membantu mengatur penurunan kadar estrogen.
Beberapa contoh makanan tinggi isoflavon adalah biji rami, kedelai, kacang-kacangan, ceri, kacang-kacangan, apel dan seledri.
Ia juga menyarankan untuk melengkapinya dengan multivitamin/multimineral dengan tambahan vitamin B kompleks.
Pola makan dan hidrasi yang buruk pasti memengaruhi sekresi vagina, aliran darah, dan lubrikasi. Oleh karena pada dasarnya vagina adalah kulit, minum banyak cairan pun disarankan.
6. Perhatikan Bahan Pakaian Dalam
Pakaian dalam yang terbuat dari bahan sintetis bisa menyebabkan iritasi vagina dan mungkin membatasi pergerakan udara.
Pilihlah celana dalam yang berbahan katun meningkatkan aliran udara yang baik dan memungkinkan vagina untuk "bernapas" sehingga mengurangi risiko ciri vagina kering.
Baca Juga: Bibir Vagina Bengkak, Ketahui Penyebab dan Cara Mengobatinya
7. Olahraga Teratur
Foto: Orami Photo Stocks
Olahraga teratur juga penting dalam mengurangi terjadinya ciri vagina kering.
Dua puluh menit aktivitas kardiovaskular, setidaknya tiga kali per minggu, membantu menjaga kesehatan jantung dan aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk vagina dan juga keseimbangan hormon.
Estrogen dan testosteron, dua hormon yang menurun seiring bertambahnya usia dan menopause, memiliki efek langsung pada atrofi dan kekeringan vagina.
Olahraga teratur membantu menjaga keseimbangan hormon dengan merangsang kelenjar adrenal dan ovarium.
Baca Juga: Ada Benjolan di Vagina, Berbahaya Atau Wajar?
Itulah ciri-ciri, penyebab, dan cara mengatasi ciri vagina kering.
Apabila gejala yang dirasakan tak kunjung mereda atau sembuh, pastikan untuk langsung menghubungi dokter atau klinik terdekat agar mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.