Diet Keto Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2, Benarkah?
Diet ketogenik atau diet keto menjadi salah satu pilihan metode menurunkan berat badan yang cukup populer.
Namun, dalam penelitian Journal of Physiology, terhadap tikus untuk membandingkan western-style high-fat diet (HFD) dan diet keto.
Para ilmuwan di ETH Zurich menemukan bahwa meskipun hewan yang diberi makan diet keto terlihat sehat secara metabolik, dalam beberapa hari mereka menunjukkan penurunan toleransi glukosa yang lebih parah daripada pada hewan HFD.
“Meskipun diet ketogenik diketahui sehat, temuan kami menunjukkan bahwa mungkin ada peningkatan risiko resistensi insulin dengan diet jenis ini yang dapat menyebabkan diabetes tipe 2,” ujar Christian Wolfrum, Ph.D., co- author penelitian dan profesor di Institute of Food Nutrition and Health, ETH Zurich.
Namun, apakah dari penelitian tersebut dapat dipastikan memiliki efek yang sama terhadap manusia? Apakah diet keto bisa meningkatkan risiko diabetes pada manusia? Simak ulasannya di bawah ini.
Baca Juga: Sebelum Memulai, Ketahui 4 Kesalahan Diet Keto Pemula Berikut Ini
Butuh Penelitian Lanjutan mengenai Diet Keto Meningkatkan Risiko Diabetes
Foto: everydayhealth.com
Terlalu dini untuk membangun korelasi antara diet keto meningkatkan risiko diabetes tipe 2, dibutuhkan lebih banyak penelitian.
"Tidak mungkin untuk mengetahui apakah hasil yang sama akan terjadi pada manusia," ujar Stephanie McKercher, ahli diet Grateful Grazer di Colorado.
Pada penelitian tersebut yang menjadi objek adalah tikus, maka efek pada manusia masih harus diselidiki. Akan tetapi, tikus biasanya dianggap model yang akurat dari proses biologis pada manusia.
Julie Stefanski, RD, CDE, juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics menambahkan, studi tersebut juga singkat dan tidak berarti bahwa diet keto meningkatkan risiko diabetes.
"Penelitian ini menarik, tetapi periode penelitian yang diperiksa hanya tiga hari. Sementara penelitian ini menunjukkan resistensi insulin, itu tidak menunjukkan bahwa tikus memiliki diabetes. Dari hasil penelitian ini tidak didukung dengan kesimpulan diet keto meningkatkan risiko diabetes tipe 2,” ungkapnya.
Baca Juga: 6 Gejala Diabetes pada Wanita yang Mudah Dikenali
Lalu, Apakah Diet Keto Baik?
Foto: medium.com
Gerald Grandl, PhD, peneliti postdoctoral Institute for Diabetes and Obesity di Helmholtz Center di Munich sekaligus co-author dalam penelitian tersebut menyebutkan butuh lebih banyak penelitian mengenai diet keto meningkatkan risiko diabetes.
Meski demikian, tidak merekomendasikan diet keto sebagai metode yang tepat untuk menurunkan berat badan.
Menurutnya, diet keto umumnya rendah serat sehingga dapat berdampak buruk pada kesehatan usus, terutama dalam jangka panjang.
“Ini efektif untuk menurunkan berat badan dan resistensi insulin yang kami amati mungkin sementara. Tetapi diet keto sama sekali tidak perlu dan mungkin bukan pilihan terbaik untuk menurunkan berat badan,” jelasnya.
Sementara itu, Stefanski menjelaskan bagi yang tertarik untuk diet keto untuk menurunkan berat badan harus berkonsultasi dengan dokter dan ahli diet.
“Konsultasi dengan ahli diet terdaftar yang memiliki pengetahuan mengenai diet ketogenik sehingga dapat memberikan informasi dan pilihan yang lebih sehat mengenai rencana menurunkan berat badan daripada melakukan diet tersebut sendiri tanpa didampingi ahli, " kata Stefanski.
Dr. J. Michael Gonzalez-Campoy, direktur medis dan CEO Minnesota Center for Obesity, Metabolism, and Endocrinology, yang bekerja pada pedoman makanan sehat dengan American Association of Clinical Endocrinologists, the American College of Endocrinology, and The Obesity Society menyebutkan, sebaiknya fokus pada apa yang harus dimakan daripada apa yang tidak boleh dimakan.
Misalnya, mengontrol porsi, makan makanan segar, mengonsumsi makanan nabati, membatasi produk hewani, dan air minum.
“Tubuh manusia membutuhkan protein, karbohidrat, dan lemak. Pencernaan mereduksinya menjadi asam amino, glukosa, dan lipid. Menghilangkan salah satunya maka akan memaksa tubuh untuk mengubah jalur metabolisme untuk menebus kekurang salah satu nutrisi yang hilang tersebut,” tegasnya.
Namun, pada kasus tertentu seperti orang dengan gagal ginjal kronis pada stadium 3, 4, dan 5 tidak boleh mengikuti diet keto.
“Ginjal sangat penting untuk melindungi darah dan asidosis karena puasa mungkin tidak dapat diperbaiki. Orang dengan diabetes tipe 1 akan lebih baik menghindari diet keto karena mereka sudah berisiko ketoasidosis,” jelasnya.
Baca Juga: 3 Trik Stop Diet Keto Tanpa Alami Kenaikan Berat Badan
Jadi, sebenarnya apakah diet keto meningkatkan risiko diabetes tipe 2 masih perlu diteliti lebih jauh lagi.
Nah, bagi Moms yang ingin melakukan diet ada baiknya konsultasikan pada ahli terlebih dahulu agar dapat disesuaikan dengan kondisi tubuh dan kesehatan. Semoga bermanfaat.
(SWN)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.