Ketahui 4 Fase Tidur, dari Terjaga Hingga Bermimpi
Apakah Moms mengetahui jika manusia akan melalui beberapa fase tidur hingga benar-benar terlelap?
Tidur bukan hanya aktivitas sehari-hari yang menjadi bagian dari rutinitas saja.
Aktivitas ini terdiri dari beberapa fase yang kompleks.
Mengapa? Karena fase tidur tersebut terdiri dari beberapa tingkatan, dan terjadi secara berurutan.
Lantas, apa saja fase tidur yang dilalui manusia dari terjaga hingga bermimpi?
Baca juga: 4 Posisi Tidur yang Baik untuk Meningkatkan Kualitas Tidur
4 Tahap Fase Tidur Manusia
Foto: Orami Photo Stock
Terdapat 2 tipe fase tidur manusia, yaitu rapid eye movement (REM) dan non-REM.
Namun, fase tidur non-REM terbagi menjadi 3.
Jika ditotal, manusia akan mengalami 4 fase tidur hingga benar-benar terlelap.
Seseorang akan mengalami 4 tahapan selama beberapa kali.
Setiap memasuki siklus tahapan yang baru, durasi masing-masing akan berlangsung lebih lama dari sebelumnya.
Fase tidur yang paling lama adalah REM, yang akan berakhir saat menjelang pagi hari saat hendak bangun tidur.
Dilansir dari laman Sleep Foundation, berikut ini 4 fase tidur manusia:
1. Tahap 1 Non-REM: Tidur Ayam
Fase tidur yang pertama adalah tahap 1 NREM.
Dalam kondisi ini, tubuh, mental, dan pikiran masih berada di alam bawah sadar.
Di tahap ini, Moms masih berada di ambang realitas atau masih setengah sadar dan setengah tertidur.
Memasuki tahap ini, pernapasan, detak jantung, dan pergerakan mata akan melambat.
Di tahap ini, seseorang umum mengalami sentakan mioklonik, yaitu kaget tanpa alasan.
Kondisi ini terjadi ketika badan tersentak seperti kaget.
Pada beberapa orang, sentakan tersebut membuatnya terjaga, sehingga harus memulai tidur dari awal fase.
Umumnya, tidur ayam ini berlangsung selama 1-5 menit.
Jika tidak terganggu, Moms lebih cepat memasuki tahap tidur selanjutnya.
2. Tahap 2 NREM: Menuju Tidur Pulas
Fase tidur selanjutnya adalah menuju pulas.
Pada tahapan ini, Moms mulai merasakan tidur nyenyak.
Saat mulai benar-benar tidur, detak jantung dan pernapasan menjadi lebih lambat.
Lalu, otot-otot dalam tubuh pun lebih rileks.
Perlahan, suhu tubuh semakin rendah, pergerakan mata terhenti, dan gelombang aktivitas otak melambat.
Seseorang menjadi semakin kurang sadar akan lingkungan sekitar.
Suara-suara mungkin terdengar dari sekitar, tetapi otak tidak dapat memahaminya.
Tahap ini biasanya terjadi selama 10-25 menit di siklus tidur pertama.
Saat terjaga dan mengulang siklus, tahap ini bisa terjadi lebih lama.
Pada beberapa orang, mereka akan mengalami tahap menuju tidur pulas ini dalam waktu yang lebih lama dari tahap lainnya.
3. Tahap 3 NREM: Tidur Pulas
Fase tidur selanjutnya adalah tidur pulas.
Di tahapan ini, otak melepaskan gelombang delta.
Karena hal tersebut, tahap tidur ini dikenal dengan istilah delta sleep.
Seseorang menjadi kurang responsif dengan aktivitas dan suara dari lingkungan.
Gerakan mata dan aktivitas otot sudah tidak lagi ada.
Bisa dibilang, tahap ini menjadi masa transisi antara tifut ringan dan deep sleep.
Saat seseorang memasuki fase tidur ini, mereka akan sulit untuk dibangunkan.
Jika terjaga, ia tidak dapat segera menyesuaikan diri dengan perubahan.
Seseorang cenderung merasa kebingungan selama beberapa menit setelah bangun.
Di tahap ini, ada beberapa gangguan tidur yang mungkin dialami, yaitu:
Parasomnia
Saat mengalami kondisi ini, gejala yang terjadi saat hendak tidur, sudah terlelap, atau terjaga.
Gangguan dapat berupa emosi, gerakan, persepsi, hingga mimpi.
Mengompol
Mengompol, yang terjadi akibat hilangnya kontrol kandung kemih selama fase 3 non-REM.
Sleepwalking
Sleepwalking, yaitu tidur berjalan yang umumnya terjadi dalam 1–2 jam setelah tertidur, dan dapat berlangsung selama 5-30 menit.
Di fase ini, tubuh mulai melakukan perbaikan dan pertumbuhan jaringan.
Baca Juga: Gangguan Tidur Narkolepsi: Gejala, Penyebab, hingga Pengobatannya
Bukan itu saja, berikut ini beberapa hal lain yang dilakukan tubuh:
- Meningkatkan kekuatan tulang dan otot.
- Meningkatkan pasokan darah menuju otot.
- Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Tahap tidur ini membuat seseorang mengalami penurunan detak jantung, otot menjadi lebih rileks, dan gelombang otak melambat.
Tidur pulas umumnya berlangsung selama 10-25 menit.
Jika tubuh mendapatkan waktu yang cukup, tubuh akan terasa bugar saat terbangun di pagi hari.
Baca juga: 3+ Doa Susah Tidur Agar Tidur Nyenyak dan Selalu dalam Lindungan Allah SWT
4. Tidur REM: Tidur Bermimpi
Di fase ini, proses bernapas menjadi lebih cepat, pendek, dan tidak teratur.
Mata pun bergerak ke segala arah, terlihat seperti gelisah.
Selain itu, terjadi peningkatan detak jantung dan aktivitas otak, tekanan darah, dan meningkatkan kemungkinan ereksi (mimpi basah) pada pria.
Bisa dibilang, tahap REM ini menjadi fase yang paling penting guna menunjang fungsi kognitif otak.
Jika waktu tidur cukup, maka dapat menunjang ingatan, proses belajar, dan kreativitas seseorang.
Meski dapat terjadi di fase tidur sebelum ini, mimpi lebih sering terjadi di fase tidur REM.
Seseorang umumnya menghabiskan 20 persen dari total tidurnya di tahap ini.
Baca Juga: 5 Cara Menghias Kamar Tidur Sederhana, Ternyata Mudah Dilakukan!
Fase tidur ini juga dikenal dengan sebutan tidur paradoks.
Alasannya adalah, otot-otot dalam tubuh menjadi lebih rileks saat otak dan sistem tubuh lainnya aktif bekerja.
Mimpi dalam fase tidur ini terjadi akibat adanya peningkatan aktivitas otak, tetapi otot mengalami kelumpuhan sementara secara sengaja.
Period pertama REM umumya terjadi dalam 70-90 menit setelah tertidur.
Sedangkan siklus tidur lengkap membutuhkan waktu selama 90-110 menit.
Hal tersebut berarti, setelah fase tidur REM, otak akan mengulang siklus tidur dari tahap awal.
Fase REM di siklus tidur pertama terjadi relatif singkat.
Di siklus selanjutnya, tidur REM mengalami peningkatan durasi, meski tidak senyenyang siklus pertama.
Di fase ini, seseorang cenderung kehilangan kemampuan untuk mengatur suhu tubuh, karena di bawah pengaruh tidur REM.
Suhu tubuh biasanya akan menyesuaikan lingkungan, sehingga bisa saja terlalu panas atau dingin.
Kedua kondisi tersebut tentunya dapat mengganggu kualitas tidur seseorang, sehingga berpengaruh pada kebugaran bada saat bangun di pagi hari.
Perbedaan Fase Tidur Orang Dewasa dan Bayi
Foto: Orami Photo Stock
Dilansir dari laman University of Michigan, selama tidur, seseorang biasanya mengalami 3 tahap tidur non-REM sebelum memasuki tidur REM.
Normalnya, sejumlah fase tersebut memakan waktu sekitar 1-2 jam setelah tertidur, dan terulang sebanyak 3-4 kali setiap malam.
Pada orang dewasa, mereka cenderung menghabiskan lebih banyak waktu pada fase non-REM ketimbang REM.
Bisa dibilang, 80 persen aktivitas tidur orang dewasa berada dalam 4 fase non-REM.
Sedangkan 20 persen lainnya adalah fase REM.
Pada bayi saat tidur, mereka menghabiskan setengah waktu tidurnya di fase non-REM, dan 50 persen lainnya adalah fase REM.
Baca juga: Simak Manfaat Tidur Siang untuk Tubuh, Lebih dari Menghilangkan Lelah!
Itulah pentingnya mengetahui fase tidur bagi manusia.
Ketika sejumlah fase tersebut terganggu, maka kualitas tidur pun menurun.
Seseorang bahkan bisa saja kurang tidur yang berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Beberapa gangguan kesehatan yang bisa saja terjadi, seperti mudah sakit dan susah sembuh, insomnia, penyakit kardiovaskular, dan lain-lain.
- https://www.sleepfoundation.org/how-sleep-works/stages-of-sleep
- https://www.uofmhealth.org/health-library/hw48331
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.