29 September 2023

Prosedur Forceps atau Melahirkan Normal dengan Alat Bantu

Apa itu metode forceps? Kenali lebih lanjut, yuk!

Saat melahirkan normal, dokter mungkin akan perlu melakukan prosedur forceps.

Bagaimanapun cara melahirkan yang Moms jalani, tentu saja tidak terbebas sepenuhnya dari hambatan.

Dalam membantu sebuah proses persalinan, ada kalanya dokter atau bidan akan menggunakan alat forceps.

Bagaimana proses melahirkan menggunakan metode forceps? Apakah semua Moms yang hendak melahirkan perlu melewati prosedur tersebut?

Yuk, cari tahu jawabannya lewat ulasan di bawah ini, Moms!

Baca Juga: Jahitan Caesar Tasya Sobek, Cek Tanda Luka Operasi Caesar Sudah Kering!

Mengenal Teknik Forceps untuk Melahirkan

Kontraksi Rahim Pasca Melahirkan
Foto: Kontraksi Rahim Pasca Melahirkan (Orami Photo Stocks)

Forceps merupakan alat seperti sepasang sendok besar atau penjepit.

Alat ini akan ditempatkan di kepala bayi untuk membantunya keluar dari jalan lahir.

Prosedur ini biasanya dilakukan selama kontraksi saat ibu mengejan.

Dokter akan merekomendasikan penggunaan forsep saat tahap kedua persalinan.

Hal itu utamanya jika proses melahirkan tidak berkembang atau keselamatan bayi bergantung pada persalinan yang harus dilakukan segera.

Cara ini juga dapat membantu Moms untuk segera mendorong bayi keluar dari rahim.

Sebab, Moms yang kelelahan justru membahayakan bayi jika terlalu lama tersangkut di vagina atau bibir rahim.

Meskipun persalinan dengan forsep tidak umum, ini adalah solusi yang paling tepat untuk menghadapi situasi tertentu.

Cara melahirkan menggunakan prosedur ini menjadi alternatif mengeluarkan bayi dari kandungan tanpa memerlukan operasi caesar.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Bayi Mahal, Berapa Biaya Bayi Tabung?

Mengapa Dokter Menggunakan Metode Forceps?

Fakta Bayi Baru Lahir
Foto: Fakta Bayi Baru Lahir (Orami Photo Stock)

Ketika dokter atau bidan memutuskan untuk menggunakan metode forceps dalam persalinan normal, tentu hal ini melalui banyak pertimbangan.

Salah satunya untuk mencegah bayi terlalu lama atau membantu Moms yang sudah kelelahan.

Tidak hanya itu, berikut ini adalah alasan mengapa akhirnya metode forceps digunakan untuk proses melahirkan normal:

1. Persalinan Tidak Mengalami Kemajuan

Proses melahirkan adalah hal yang mempertaruhkan nyawa ibu dan juga janin dalam kandungan.

Begitu halnya saat persalinan normal, tahapan mengejan pun menjadi yang utama ketika melahirkan.

Saat Moms sudah mengejan, tetapi persalinan tidak mengalami kemajuan, sudah waktunya menggunakan forsep.

Dokter juga akan mempertimbangkan memakai forsep apabila Moms memiliki kondisi kesehatan yang membuat mengejan memicu bahaya.

2. Masalah pada Detak Jantung Bayi

Detak jantung bayi menunjukkan adanya masalah menjadi faktor lainnya.

Jika Moms sudah mengejan, bayi telah berada di jalan lahir, namun masih belum dapat keluar, dokter akan khawatir tentang perubahan detak jantung bayi.

Akibatnya, persalinan segera mungkin diperlukan. Dalam kasus seperti itu, dokter mungkin merekomendasikan penggunaan forceps.

3. Memiliki Masalah Kesehatan

Jika Moms memiliki kondisi medis tertentu, seperti penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, dokter umumnya akan membatasi waktu Moms untuk mengejan.

Lalu, dokter atau bidan kemudian akan membantu sisanya dengan forceps.

Dokter atau bidan akan sangat berhati-hati terhadap penggunaan metode forceps jika terdapat kondisi:

  • Kelainan tulang seperti osteogenesis imperfecta, atau kelainan pendarahan, seperti hemofilia
  • Kepala bayi belum bergerak melewati titik tengah jalan lahir
  • Posisi kepala bayi tidak diketahui
  • Bahu atau lengan bayi mendahului keluar melalui jalan lahir

Selain itu, bayi mungkin tidak dapat masuk melalui panggul karena ukurannya terlalu besar atau ukuran panggul terlalu kecil

Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Bayi Susah BAB, Coba Pijat Bayi dan Ganti Menu Makannya

Cara Kerja Metode Forceps

Teknik Forceps
Foto: Teknik Forceps (Orami Photo Stocks)

Metode forceps tidak benar-benar menarik bayi keluar, tetapi membantu mengarahkan bayi saat Moms mendorongnya agar tidak terlalu kelelahan.

Sebelum menggunakan forceps, dokter akan memberikan anestesi epidural atau spinal pada ibu hamil.

Setelah itu, dokter juga akan memasang kateter urine untuk mengosongkan kandung kemih ibu.

Agar mempermudah proses persalinan, dokter juga akan melakukan prosedur episiotomi.

Ini merupakan prosedur dengan membuat sayatan di jalan lahir untuk memudahkan proses mengeluarkan bayi dengan bantuan forceps.

Selayaknya saat melahirkan normal, Moms juga harus berada dalam posisi berbaring dengan kedua kaki terbuka lebar sesaat sebelum penggunaan forceps.

Baca Juga: 18 Obat untuk Puting Lecet Alami dan yang Tersedia di Apotek

Melansir UT Southwestern Medical Center, dokter akan menggeser satu setengah di sepanjang satu sisi kepala bayi dan mengulanginya di sisi lain.

Artinya, pada tahapan ini alat forceps akan bertemu dengan wajah bayi.

Selama kontraksi berikutnya, dokter akan meminta Moms untuk mendorong dan mulai menggunakan forceps untuk membantu mengarahkan kepala bayi keluar.

Namun terkadang, melahirkan dengan bantuan forceps tidak selalu berhasil dengan baik.

Sebagai alternatifnya, dokter mungkin menyarankan penggunaan alat bantu persalinan berupa vakum ekstraktor.

Akan tetapi, jika cara tersebut juga tidak membuahkan hasil, operasi caesar bisa menjadi pilihan terakhir.


Risiko Menggunakan Metode Forceps

Prosedur Forceps (Orami Photo Stock)
Foto: Prosedur Forceps (Orami Photo Stock)

Metode forceps adalah cara yang aman untuk membantu proses melahirkan bayi.

Terlepas dari keamanannya, metode ini tetap memiliki beberapa risiko atau efek samping.

Maka, sebelum melakukan metode ini, dokter akan menjelaskan beberapa risikonya, seperti:

1. Risiko untuk Ibu

Melansir National Health Service, ada beberapa kemungkinan risiko yang dialami Moms jika menggunakan metode forceps ketika melalui persalinan.

Berikut beberapa risiko yang mungkin dialami ibu melahirkan:

  • Pembekuan darah

Setelah melahirkan dengan bantuan, ada kemungkinan lebih tinggi akan terbentuk gumpalan darah di pembuluh darah di kaki atau panggul.

Moms dapat membantu mencegah hal ini dengan bergerak sebanyak mungkin setelah melahirkan.

Ibu melahirkan mungkin juga disarankan untuk memakai kaos kaki khusus anti-pembekuan dan suntikan heparin.

Suntikan ini yang membuat darah lebih kecil kemungkinannya untuk menggumpal.

  • Inkontinensia urine

Inkontinensia urine (kencing bocor) cukup jarang terjadi setelah melahirkan.

Namun, risiko ini lebih umum terjadi setelah persalinan ventouse atau forceps.

Biasanya, ibu melahirkan melakukan fisioterapi untuk membantu mencegah hal ini terjadi, termasuk konsultasi tentang latihan dasar panggul.

Baca Juga: 9 Penyakit yang Timbul Setelah Operasi Caesar, Waspada Moms!

  • Inkontinensia anal

Inkontinensia anus atau anal yakni kentut yang tidak disengaja atau kotoran yang bocor dapat terjadi setelah melahirkan.

Terutama jika Moms mengalami robekan tingkat 3 atau 4.

Risiko pada ibu hamil ini membutuhkan perawatan lanjutan yang rutin dari dokter.

  • Robekan vagina

Ada kemungkinan lebih tinggi Moms mengalami robekan vagina yang melibatkan otot atau dinding anus atau rektum.

Inilah yang dikenal sebagai robekan tingkat 3 atau 4.

Robekan semacam ini mempengaruhi:

  • 3 dari setiap 100 wanita melahirkan secara normal
  • 4 dari setiap 100 wanita menjalani persalinan ventouse
  • 8 sampai 12 dari setiap 100 wanita melahirkan dengan forceps

Baca Juga: 6 Bahan Herbal untuk Detox Rahim untuk Mempercepat Program Hamil

2. Risiko untuk Bayi

Selain untuk ibu, forsep juga bisa berdampak pada kesehatan bayi.

Risiko yang mungkin dialami Si Kecil setelah melalui forceps adalah:

  • Tanda di kepala bayi akibat capitan forceps yang biasanya akan hilang dalam waktu 48 jam
  • Memar di kepala bayi (cephalohematoma)
  • Luka kecil di wajah atau kulit kepala bayi
  • Menguningnya kulit dan mata bayi

Baca Juga: Selamat! Felicya Angelista Melahirkan Anak Kedua, Intip Momen Melahirkannya, Yuk!


Perawatan Usai Persalinan dengan Forceps

Pasca Ibu Melahirkan
Foto: Pasca Ibu Melahirkan (Orami Photo Stocks)

Untuk mempercepat proses pemulihan setelah persalinan normal dengan bantuan forceps, Moms bisa melakukan beberapa tips berikut ini:

  • Berikan kompres hangat atau dingin pada bagian tubuh yang terasa nyeri.
  • Duduklah secara perlahan dan hati-hati. Jika tempat duduk terasa keras, gunakan alas bantal yang empuk untuk duduk.
  • Hindari mengejan terlalu keras saat buang air besar, karena dapat memberikan tekanan pada luka sehingga akan terasa nyeri.
  • Lakukan senam Kegel untuk melatih otot-otot dasar panggul dan membantu proses pemulihan.
  • Minum cukup air putih dan perbanyak asupan serat.

Selain beberapa tips di atas, Moms juga bisa menggunakan pengobatan herbal, seperti mengoleskan minyak lavender ke area tubuh yang terluka akibat proses persalinan.

Penelitian menyebutkan bahwa minyak lavender memiliki efek antiradang dan antibakteri yang bisa mempercepat penyembuhan luka.

Namun, konsultasikan dulu ke dokter sebelum menggunakannya.

Baca Juga: 8 Rekomendasi Merk Sepatu Bayi yang Nyaman, Harga Mulai 80 Ribuan!

Kondisi Dilarang Menggunakan Forceps

Ekstraksi Vakum
Foto: Ekstraksi Vakum (Orami Photo Stocks)

Tidak semua ibu melahirkan boleh menggunakan teknik forsep.

Persalinan forsep tidak boleh digunakan apabila terdapat kondisi sebagai berikut:

  • Bayi tidak dapat masuk melalui panggul ibu
  • Bayi mengalami kelainan perdarahan atau kondisi yang menyebabkan tulang melemah
  • Kepala bayi tidak berada di titik tengah jalan lahir
  • Lengan atau bahu bayi memimpin jalan keluar dari jalan lahir
  • Posisi kepala bayi tidak diketahui

Dokter dapat mencegah komplikasi persalinan forsep untuk tidak menggunakannya pada kondisi di atas.

Jadi, semua pertimbangan perlu dilakukan sebelum melahirkan dengan teknik forsep.

Baca Juga: Tidak Ingin Melahirkan Caesar, Ini 3 Persiapan Melahirkan Normal yang Harus Dilakukan

Perbedaan Forceps dan Ekstraksi Vakum

Proses Melahirkan Normal
Foto: Proses Melahirkan Normal (Orami Photo Stocks)

Melahirkan dengan forceps dan ekstraksi vakum serupa dalam risiko dan manfaatnya.

Sering kali pilihan di antara keduanya tergantung pada pelatihan dan pengalaman dari fasilitas kesehatan.

Melahirkan dengan forceps adalah pilihan yang kurang umum karena membutuhkan lebih banyak keterampilan untuk menggunakannya.

Tetapi, ada beberapa contoh di mana forsep dapat bekerja dan ekstraksi vakum tidak terlalu efektif.

Ekstraksi vakum mengharuskan bayi untuk membuat kepala terlebih dahulu dan tidak diputar.

Beda halnya dengan forceps, yang dapat melahirkan bayi sungsang (kaki terlebih dahulu).

Forceps dapat digunakan untuk membantu memutar bayi ke posisi yang lebih baik untuk melahirkan normal.

Forseps juga memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi daripada ekstraksi vakum.

Baca Juga: Seberapa Penting Obat Pelunak Rahim untuk Ibu Melahirkan?

Itu dia informasi seputar metode forceps untuk membantu persalinan tanpa operasi.

Apa pun teknik melahirkan yang dipilih, pastikan untuk mematuhi saran dari dokter kandungan, ya, Moms.

Hal ini semata-mata demi kebaikan dan keselamatan Moms maupun si calon buah hati.

Semoga persalinan yang hendak dilakukan berjalan sesuai dengan rencana, ya, Moms, Dads!

  • https://primayahospital.com/kebidanan-dan-kandungan/persiapan-melahirkan-dengan-bantuan-forceps/
  • https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/forceps-delivery/about/pac-20394207
  • https://www.nhs.uk/pregnancy/labour-and-birth/what-happens/forceps-or-vacuum-delivery/
  • https://utswmed.org/medblog/forceps-vacuum-delivery/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3704058/
  • https://www2.hse.ie/wellbeing/child-health/assisted-vaginal-birth/forceps-delivery.html
  • https://www.tommys.org/pregnancy-information/giving-birth/forceps-or-vacuum-delivery-assisted-birth'
  • https://emedicine.medscape.com/article/263603-overview

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.